The Era of Brand in
Hand Marketing
Konvergensi internet dan teknologi mobile telah
menghadirkan brand atau produk di tangan konsumen, termasuk Anda. Tapi kenapa
marketer Indonesia
belum memanfaatkannya secara maksimal?
Bayangkan, ketika berkendara melintasi Jl. Asia Afrika,
Senayan, Jakarta,
tiba-tiba pesan berisi tawaran diskon besar-besaran di sebuah mal di kawasan
Senayan muncul di layar handphone Anda. Atau ketika Anda akan berbelanja di
hypermarket di sebuah awasan, Anda pencet nomor tertentu untuk menanyakan
hypermarket yang menawarkan harga susu termurah. Tak sampai lima menit kemudian, di layar handphone Anda
muncul daftar harga susu di hypermarket yang berlokasi di kawasan itu.
Itulah salah satu bentuk layanan mobile marketing yang
kini tengah digarap oleh marketer-marketer di Indonesia. Ini belum termasuk
layanan perbankan, tiketing, dan sebagainya. Intinya, mobile marketing di
Indonesia berkembang pesat meski dari sisi fitur masih terbatas. Sebagian besar
memang masih sebatas teks, belum masuk ke video yang memungkinkan seorang
pelanggan mendapatkan informasi lengkap dengan produk yang ingin dia beli. Toh,
dengan semakin berkembangnya teknologi, peluang untuk menghadirkan brand atau
produk secara lengkap ke dalam genggaman Anda dalam jangka pendek akan
terwujud.
Awalnya adalah internet. Melalui internet, pemasar bisa
berinteraksi, pemasar dengan mudah mendapatkan pelaporan atas usaha marketig
yang dilakukan, konsumen juga mendapat respon yang lebih cepat, dan perusahaan
juga bisa elaukan targeting dengan
berbasis data lengkap sehingga ketepatan mencpai target yang ingin
dituju sangat tinggi.
Kini konvergensi internet dan teknologi wireless mulai
menantang asumsi banyak perusahaan untuk merevisi strategi marketing mereka.
Kombinasi antara internet dan telepon seluler membuat semula yang tidak mungkin
menjadi mungkin. Termasuk misalnya bagaimana melakukan branding dan komunikasi
pemasaran, bahkan penjualan secara one-to-one, sementara mereka (targetted)
berbelanja, menyaksikan pertandingan sepak bola, jalan-jalan, bekerja atau
melakukan sesuatu di rumah.
Di masa lalu, paradigma pengiklan didasarkan pada pola
komunikasi satu arah. Pengiklan
seakan berada di atas dan konsumen berada di pihak menerima secara pasrah atau
pasif. Kini, perkembangan sistem teknologi komunikasi digital yang begitu cepat
membuat konsumen bisa berinteraksi dengan merek dengan beragam cara. Sekarang,
interaksi itu bisa dilakukan melalui hand-phone, PDA, dan peralatan lainnya.
Melalui peralatan itu dan perkembangan teknologi komunikasi data membuat
pameran produk – dengan menggunakan teknologi hologram seperti yang banyak kita
saksikan di film-film misalnya -- bukan lagi mimpi.
Intinya, mobile
marketing kini menjadi topik atau bahkan aplikasi di bidang marketing yang
banyak menarik perhatian dan penting baik oleh kalangan praktisi maupun
akademisi. ”Mobile marketing memang baru belakangan ini jadi perhatian.
Kira-kira setahun atau dua tahun belakangan. Jadi, relative masih sangat baru,”
kata Ricky Afrianto, Senior Brand Manager PT Fonterra Brands Indonesia. Karena
sifatnya yang masih baru, belum banyak yang memanfaatkannya. Saat ini masih
dominan marketing konvensional.
Mobile
Marketing Association mendefinisikan moble marketing sebagai penggunaan media
wireless sebagai media untuk mendeliver isi secara terintegrasi dan kendaraan
untuk mendapatkan respon secara langsung dalam program komunikasi pemasaran
yang menggunakan media silang.
Meski bukti
empiris efektivitas mobile marketing masih jarang, marketer di seantero dunia
meningkatkan anggaran belanja untuk kegiatan marketingnya di media mobile.
Sebab dalam kondisi lingkungan komunikasi pemasaran yang berubah cepat,
marketer terus mencari alternatif jalan yang lebih baik investasi marketing
mereka. Pasar masal belakangan ini yang terfragmentasi – dan karenanya juga
terjadi pada media komunikasi impersonal – menuntut pola pemasaran one-to-one.
Itu sebabnya efektivitas advertising yang bersifat massal kini menjadi
berkurang.
Di sisi lain,
belakangan berkembang teknologi yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara
personal, seperti telepon seluler, PDA dan sebagainya. Pertumbuhan pelanggan
seluler sangat pesat. Saat ini jumlah penggunaa telepon seluler di Indonesia
mencapai 120 juta. Penggunanya mulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Menurut
sebuah survey, pengguna paling besar adalah kalangan remaja. Fitur-fitur yang
ditawarkan kepada segmen ini sangat bervariatif sehingga mendorong segmen ini
untuk menggunakan layanannya secara aktif.
Pertumbuhan
pengguna handphone di Indonesia itu luar biasa. Bila total penduduk Indonesia
tahun ini 245 juta berarti separoh penduduk Indonesia saat ini merupakan
pengguna handphone. Bayangkan, coverage pasar global saja pada 1998 terdapat
sekitar 200 juta user seluler di seluruh dunia, tahun 2004 jumlahnya membengkak
jadi 1,6 miliar customer. Kemudian, tahun 2006 meningkat lagi menjadi sekitar
2,6 miliar user seluler. Angka ini diprediksi tumbuh 20% menjelang 2015.
Rasanya, tidak ada produk maupun perangkat teknologi yang jangkauan pasarnya
mengalahkan teknologi mobile.
Hebatnya lagi,
menurut data Nielsen, satu dari seratus orang pengguna handphone di Indonesia
menggunakannya untuk mengakses internet. Dengan kata lain, saat ini terdapat
sekitar 1,2 juta pengguna handphone yang biasa menjelajahi dunia maya. Ini
memang luar biasa. Meski mereka sebagian besar penjelajah dunia maya melalui
handphone tersebut sebatas membaca atau menjawab email, namun ada kecenderungan
makin maraknya fenomena buzz marketing. Melalui email, atau jaringan media
sosial yang mereka akses melalui handphone, mereka menyebarkan informasi
tentang produk, baik yan positif maupun negatif. Sehingga penyebaran informasi
tersebut terjadi hanya dalam hitungan menit.
Pada event Piala
Eropa tahun lalu, Coca-Cola Turki berhasil meraih 9 juta pelanggan selama
berlangsungnya event tersebut lewat game sepakbola interaktif melalui ponsel.
Produsen Coca-Cola menempatkan kode masuk ke game sepakbola tersebut di bawah
tutup botol Coca-Cola atau di balik kemasan lainnya. Peserta yang berhasil
menyelesaikan game tersebut mendapat hadiah menarik seperti voucher pulsa, atau
hadiah lainnya.
Pemanfaatan
mobile marketing juga dilakukan perusahaan rekaman EMI Music Eropa yang menjual
lagu digital. EMI mencari siapa saja orang yang mengunduh musik mereka di
internet dan mobile phone. Data itu digunakan untuk berkomunikasi semakin akrab
dengan pelanggan sekaligus menawarkan musik yang sesuai dengan psikografi
pelanggan. Dengan cara seperti itu perusahaan musik dunia tersebut berhasil
meningkatkan penjualannya.
Laporan AdMob
menunjukkan, pada Juli 2008 traffic rate mobile marketing di Indonesia
meningkat menjadi 9,64 kali dibanding pada tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut
memperlihatkan Indonesia berada di peringkat atas mengalahkan Amerika Serikat
dan India. Transaksi perbankan lewat ponsel sudah bukan barang baru. Guna
mempermudah pelanggan, transaksi perbankan sejumlah bank seperti BCA dan BNI
bisa dilakukan di ponsel. Lewat ponsel pelanggan bisa mengecek saldo, membayar
sejumlah tagihan atau transfer uang.
Teknologi mobile
marketing memang menjanjikan manfaat yang luar biasa. Dengan teknologi
tersebut, pemasar mempunyai alternatif baru dalam mempertahankan pasar yang ada
sekaligus menarik pelanggan baru. Contoh kasus di atas juga memperlihatkan
mobile marketing mampu mendongkrak penjualan.
Meski mobile
marketing menawarkan peluang menarik dan inovatif, penting untuk disadari bahwa
teknologi ini juga memiliki keterbatasan. Beberapa keterbatasan tersebut antara
lain disebabkan oleh keterbatasan fitur dari beberapa peralatan telekomunikasi
bergerak. Misalnya, peralatan komunikasi bergerak memiliki kemampuan proses
yang terbatas atau bandwidth yang rendah, ukuran layar yang terbatas, dan
jumlah karakter dari teks yang dikirim maupun di download terbatas. Itu
sebabnya, design dan isi pesan m-dvertising terbatas sehingga muncul kendala
dalam bentuk volume data dan penampilan visualnya.
Namun, beberapa
tahun silam, pakar marketing Philip Kotler mengatakan bahwa pasar lebih cepat
berubah ketimbang pemikiran tentang pasar itu sendiri (marketing). Karena itu,
seorang marketer harus mampu mengikuti dinamika yang terjadi di pasar. Marketer
juga harus mampu mengadopsi segala perubahan itu dalam mindset-nya. Dikaitkan
dengan teknologi yang terus berkembang, marketer harus mampu mengikuti
perkembangan tersebut dan kemudian memanfaatkan keunggulan teknologi itu untuk
diaplikasikan dalam kegiatan marketing.
Rempoa, 3 Februari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar