Passion dan
kreativitas agency di bidang komunikasi pemasaran sungguh luar biasa. Inilah
awarding pertama untuk mereka berdasarkan pilihan marketer.
Hani, seorang media
buyer bagi perusahaan periklanan di Jakarta mengeluhkan masalah kliennya yang
super rewel, maunya harus cepat padahal kliennya itu jika memberi materi pasti
selalu mepet. Dia jadi blingsatan memasukkan iklan itu. Masalahnya, iklan
sekarang harus antri!!! Apalagi di program khusus atau program-program
prime-time. Berebut! Bisa bonyok-bonyok karena baku hantam dengan pemasang iklan yang lain.
Ribuan umpatan dan
caci-maki keluar dari mulut tipisnya. “Dasar pengusaha! Iklan bagus harus di
media besar! Ah... omong kosong!”. Jika tak mau repot, ya dipasang saja di
media seadanya. Murah dan nggak perlu capek-capek antri! Impact-nya pun
seadanya. Mungkin. Atau kalau tetap mau di media besar tanpa harus antri, ya
bayar lebih mahal atau manfaatkan hubungan personal.
(http://dhanan.blogspot.com/2008/02/saat-udara-semakin-ruwet.html)
Penggalan tulisan
itu sengaja saya kutip sebagai pembuka tulisan ini. Sebab dari tulisan itu kita
mengetahui bagaimana repotnya seorang pekerja agency periklanan meladeni
kliennya.
Service bagi
pemasang iklan adalah segala-segalanya. Sebab saat ini semakin banyak dan
berkembang agency-agency periklanan. Mereka sangat kreatif, termasuk dalam
membaca trend dan memanfaatkan media. Mereka faham bahwa promo melalui periklanan
kini banyak mendapatkan pesaing. Media untuk mempublikasikan iklan semakin
banyak dan beragam. TV misalnya, selain stasiunnya semakin banyak, ada sebaran
program-program yang seringkali berbenturan waktunya antara satu progfram
unggulan dengan program unggulan lainnya. Ini membuat para media placement
harus memutar otak.
Selain itu, iklan
sendiri kini mendapat pesaing berupa event dan aktivitas pemasaran lain seperti
public relations, dan sebagainya. Belum lagi dengan semakin berkembangnya
teknologi seperti intenter dan telepon seluler serta piranti komunikasi lainnya,
hal-hal negatif dan positif pada sebuah merek bisa menyebar dari satu pihak ke
pihak lainnya dengan kecepatan dan daya sebar yang belum sempat kita bayangkan
lima sepuluh tahun lalu.
Di sisi lain,
tuntutan pemilik merek kini bukan lagi sekadar meningkatkan awareness. Pemilik
merek selalu berhitung bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan untuk promosi harus
meningkatkan penjualan sekian. Itu sebnabnya dewasa ini perpindahan account
pemilik merek dari satu agency ke agency lainnya cukup tinggi.
Beberapa agency kini
mengembangkan diri menjadi apa yang disebut dengan one stop service. Lo mau apa, gua ada. Lo
belum minta sudah gua sediain. Sebuah agency periklanan yang mendukung predikat ini adalah agency yang
mempunyai kapasitas untuk memberi pelayanan di tiga bidang yaitu, pertama,
konsultasi komunikasi pemasaran, kedua pelayanan perencanaan dan pemesanan
media, dan ketiga pelayanan kreatif. ”Tanpa diminta klien, kami turut
merumuskan strategi komunikasi merek klien, brand development, hingga consumer
insight. Itu semua bagian dari layanan
Dwi Sapta, dan tidak dikenakan biaya,” President Director Dwi Sapta A.
Adji Watono.
Pelayanan
konsultasi pemasaran merupakan barisan terdepan yang berhadapan langsung dengan
pihak pemilik merek sebagai pemakai jasa periklanan. Para pemilik merek selalu
mempersepsikan bahwa di dalam agency periklanan terdapat sekumpulan para ahli
dalam komunikasi pemasaran. Para “tenaga ahli” inilah yang diharapkan membawa
pengetahuan, keahlian, pengalaman serta efisiensi yang tidak dimiliki
perusahaan ke dalam perusahaan pemilik merek.
Para pemilik
merek memiliki ekspektasi bahwa para agency ini memiliki kemampuan untuk
menemukan solusi dari berbagai masalah bisnis kliennya yang kompleks. Dengan
menghemat sejumlah besar uang klien atau merekomendasikan peluang pendapatan yang atraktif, para agency menampilkan fungsi
yang nilainya luar biasa.
Di sisi
lain, ada beberapa kelemahan bila
menggunakan jasa agency. Pertama, beberapa kontrol terhadap fungsi
aktivitas pemasaran hilang. Kedua, Agency seringkali cenderung mengutamakan
pada klien-klien yang besar. Ketiga, sering agency tersebut malah tidak efisien
dalam belanja media misalnya. “Ada
agency yang berbasis integrated marketing communications (IMC) memberikan price
yang kadang tidak masuk akal. Sebab setelah kita tinjau lebih dalam ternyata
IMC tersebut tidak bisa diterima oleh pasar karena mungkin segmentasinya terlalu
tinggi. Hal ini lah yang terkadang menjadi pemborosan,” Niluh Putu Ayu
Setiawati, Brand Management OTC KalbeFarma.
Itu sebabnya, untuk mengapresiasi kerja para agency
tersebut, Majalah MIX-MarketingXtra memberikan award bagi mereka. Inilah
awarding pertama untuk para agency di bidang marketing communications yang
pertama di Indonesia
berdasarkan pilihan para marketer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar