Saat
ini konsumen terus-menerus dibanjiri dengan iklan tradisional dengan berulang
pesan. Publik dibombardir dengan iklan yang seringkali memotong acara TV.
Susahnya, publik sendiri tidak begitu menikmati iklan-iklan yang muncul. Mereka
seringkali memindahkan saluran ke sasiun TV lain untuk menghindari iklan itu.
Karena
itu, pendekatan komunikasi merek melalui saluran komunikasi tersebut kini sedang sekarat. Pertama, hanya
publik yang benar-benar ingin menonton dan mempunyai banyak waktu yang menonton
iklan itu. Kedua, ada kemungkinan di beberapa
kesempatan ketika Anda siap untuk membeli sesuatu, merek yang diiklankan itu
akan datang dalam pikiran Anda. Itu berarti fungsi iklan yang
mengingatkan tercapai. Namun, itu tidak berarti
bahwa konsumen membeli karena mereka memiliki hubungan emosional yang riel
dengan merek. Sebab yang sering terjadi adalah hanya merek yang berteriak
paling keras (sering beriklan) yang mendapat perhatian publik.
Para pengelola
merek kini menyadari bahwa untuk mendapatkan nilai seumur hidup pelanggan yang
aman adalah dengan mendapatkan loyalitas pelanggan secara benar. Bukan yang
artifisial seperti dengan memberikan hadiah yang bersifat fungsional. Hubungan
antara merek dan khalayak target kini menglami revolusi. Dunia pemasaran kini
memasuki era exeriential marketing yang berfokus pada upaya memberikan target
audience pengalaman pelanggan yang luar biasa merek yang relevan.
Itu berarti,
kata Shaz Smilansky dalam bukunya, Experiential
Marketing: A Practical Guide to Interactive Brand Experiences, merek harus menambah nilai bagi
kehidupan mereka sehingga pada akhirnya membuat konsumen ingat. Ini berarti
pula bahwa keberhasilan pemasaran merek bukan lagi ditentukan oleh
keras-kerasan teriakan merek, tetapi karena memberi mereka pengalaman yang tak
terlupakan.
Ambil contoh sabun mandi LUX. Sebagai sebuah sabun mandi, titik paling
dekat bagi konsumen itu tentunya adalah pada saat mandi, seperti diakui oleh
Erni Kertasasmita, Senior Brand Manager LUX PT Unilever Indonesia Tbk. “Tapi,
kami melihat mandi bukan hanya sebagai proses rutinitas saja,” kata Erni.
Melalui sebuah riset yang pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu,
terungkap bahwa mandi bagi konsumen bisa digunakan untuk menggali hal positif,
menyadari potensi diri, sampai melahirkan inspirasi. “Mandi adalah sebuah 'me
time',” kata Erni. Durasi mandi bahkan dipengaruhi oleh keadaan emosi. “Kalau
habis bertengkar, biasanya mandinya lebih lama,” tambah Erni. Pada saat mandi
pikiran ternyata bisa mengembara ke banyak hal. “Bahkan ada konsumen yang
menetralisir konflik dengan cara mandi,” kata Erni.
Lalu ketika dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perkembangan strategi
komunikasi LUX sehingga para bintang tidak lagi menjadi 'menara gading', mandi
digunakan sebagai sebuah cara untuk merebut cinta mereka. Seperti kita tahu,
iklan LUX sering menampilkan adegan mandi yang sangat memorable itu, namun
masih sangat star oriented. “Sekarang pun komunikasi LUX masih berorientasi
bintang tapi mulai mengajak konsumen untuk berpartisipasi untuk menjadi cantik
dengan menggali hal positif dalam diri masing-masing,” kata Erni.
Pengalaman hidup
dengan merek (live brand experience) mengandung tiga dimensi. Dimensi pertama
adalah brand-relevant.Kedua, komunikasi dua arah. Ketiga, dapat dilakukan
melalui tatap muka (langsung) atau jarak jauh. Pengalaman hidup ini, dirancang
untuk membawa kepribadian merek untuk hidup degan inti dari pengalaman adalah
nilai tambah.
Namun, pengalaman merek bukan
tujuan dari akhir dari konsep experiential marketing. Tujuan yang ingin dicapai
dari experiential marketing adalah konsumen membeli kembali dan terjadinya
pembicaraan tentang pengalaman publik saat meka mengkonsumsi merek tersebut. Disadari,
orang-orang berbicara tentang pengalaman setiap hari
karena hidup penyatuan dari pengalaman sehari-hari. Pengalaman nyata.
Jika seseorang
menjalankan aktivitasnya sehari-sehari seperti biasa, dan dalam rutinitas
normal itu mereka mendapatkan suatu pengalaman merek yang positif, mereka
cenderung membahas atau mendiskusikannya kepada sebagian besar orang. Mereka
akan mengatakan pengalamannya bahwa mereka telah berinteraksi dengan merek
selama sisa hari mereka, bisa seminggu, sebulan bahkan sepanjang hidupnya.
Setelah
memberikan pengalaman yang positif kepada mereka yang telah menghabiskan uang
mereka dengan susah payah untuk melakukan pembelian produk dan jasa Anda, tugas
Anda berikutnya adalah memperkuat dan membangun hubungan yang nyata antara pelanggan
Anda dan merek.
Menurut
Smilansky, experiential marketing merupakan metodologi yang cepat merevolusi
wajah pemasaran seperti yang kita kenal. Untuk beradaptasi dengan Buku ini
adalah panduan praktis untuk experiential marketing. Dengan menerapkan metodologi
pengalaman komunikasi pemasaran seperti yang dilakukan merek-merek yang sudah
terbukti berhasil, pembaca buku ini akan menemukan konsumen hl-hal yang
mengejutkan bahwa konsumen Anda menjadi merek advokat dan penginjil merek Anda.
Bahkan, mereka akan dengan sukarela memberikan rekomendasi pribadi.(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar