Survey yang dilakukan Grocery Manufacturers Association, SheSpeaks, dan
Booz & Company tahun lalu menunjukkan bahwa pembeli menghabiskan lebih
banyak waktu untuk mempersiapkan perjalanan belanja mereka. Lalu
peluang apa yang bias dimanfaatkan dari perilaku pembelanja itu?
Berbagai studi
perilaku konsumen dalam berbelanja menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari
seluruh pembelian di pasar swalayan, toko-toko obat serta gerai-gerai ritel
lainnya, adalah tak terencana (Shimp, 2003: 334). Dalam pengertian umum, ini berarti banyak
keputusan pemilihan produk dan merek dibuat sembari konsumen berada di dalam
toko
Sementara
itu, survey yang dilakukan Grocery Manufacturers Association,
SheSpeaks, dan Booz & Company tahun lalu menunjukkan pembelanja memutuskan 40 persen dari merek-merek yang akan mereka beli
sebelum masuk toko. Studi yang dilakukan terhadap 3600 pembelanja itu mengkonfirmasi
bahwa pembeli tidak memilih merek tertentu sebelum mereka memasuki toko. Seelum
masuk ke toko, mereka biasanya hanya sederet merek yang mereka pertimbangkan.
Ini yang yang menjadi elemen kunci dalam
pemilihan merek di rak.
Kenapa
merek-merek tersebut dipertimbangkan untuk dibeli, ini dipengaruhi oleh banyak
faktor. Ada yang karena iklan tradisional, termasuk website milik produsen dan
pengecer, ada kupon, pemasaran melalui e-mail, media sosial, dan aplikasi
mobile. Dalam kondisi seperti itu, shopper marketer selalu berusaha untuk mencari
bentuk-bentuk touch-point yang secara menguntungkan bisa mempengaruhi konsumen
ketika mereka berada dalam dan di luar mode berbelanja.
Perilaku Pembelanja di Luar Toko
Hampir semua
pembeli merencanakan pembelian mereka sebelum mereka memasuki toko. Namun ini tidak berarti mereka tidak menyusun
daftar belanja rinci sebelum ke toko. Minimal catatan ini ada di dalam benak
mereka. Survei Grocery Manufacturers Association, SheSpeaks, dan Booz
& Company menunjukkan bahwa sebagian besar pembeli masuk toko tanpa daftar
rinci. Sebaliknya, sebagian pembeli
besar memiliki daftar tertulis. (Lihat Tabel 8.)
Selain itu, untuk
banyak item dalam kategori yang mereka rencanakan untuk dibeli, pembeli
seringkali belum memutuskan merek yang akan dibeli sebelum mereka mencapai
toko. Sebaliknya, mereka memiliki lebih banyak pertimbangan yang disusun dalam
pikiran dan mereka memutuskannya saat di toko. Dengan demikian, shopper maketer
memiliki peluang untuk membangun preferensi dan niat beli sebelum pembeli
memasuki toko. Kemudian, memperkuat preferensi mereka dan "menutup
transaksi"nya di toko.
Pembeli juga
melakukan penelitian – mempelajari kualitas dan membanding-bandingkan harga -- sebagai
persiapan mereka berbelanja. Sekitar tiga perempat dari pembeli disurvei sedang
melakukan penelitian di luar toko. (Lihat Tabel 9.)
Selama di luar
toko tersebut, mereka berusaha mencari informasi tentang harga. Mereka membanding-bandingkan
berbagai penawaran, terutama yang diberikan pengecer dan produsen melalui
brosur dan kupon yang berkaitan dengan harga di media cetak, meski trend
berburuan melalui online itu makin meningkat.
Bahkan ada pula
pembelanja yang menghabiskan waktu 3 jam atau lebih setiap minggu. Dalam hal
ini, pembelanja perempuan perburuannya lebih lama ketimbang lelaki. Di seluruh kategori 86 persen pembeli
perempuan melakukan penelitian, sedagkan di pihak lelaki hanya 47 persen.
Fenomena ini
memberikan gambaran peluang bagi pemasar untuk untuk mempengaruhi pembeli selama
di luar toko. Misalnya,
dengan memajang produk berdiskon di
jendela pajang yang lebih besar. Sebab, dari survey tersebut diketahui bahwa
harga (dalam hal ini diskon) merupakan sesuatu yang harus diinformasikan di
luar toko. Apalagi saat perekonomian
l\sedang terganggu. Data pada semester pertama 2009, menunjukkan sekitar 1,6
miliar kupon telah ditebus di Amerika Serikat. Ini berari naik 23 persen dibandingkan
semester sebelumnya. Data penebusan kupon ini merupakan tingkat penebusan paling
tinggi sejak resesi pada awal 1990s.
Harga merupakan
faktor penting. Tidak hanya dalam menentukan apakah yang ada dalam daftar
belanja jadi dibeli atau tidak, tetapi juga dalam memutuskan kemana pembeli
ingin berbelanja. (Lihat Tampilan 10.). Meskipun harga adalah faktor paling
penting dalam pemilihan toko, namun demikian, dalam keputusan memilih toko,
keragaman merek juga memainkan peran kunci bagi kebanyakan calon pembeli.
Dalam hal
pemilihan produk, pembeli seakan menginformasikan kepada marketer bahwa merek mapan dan karakteristik produk yang
unik adalah dua faktor di luar toko yang paling berpengaruh dalam pilihan merek
mereka. (Lihat Tampilan 11.) Tapi, sekali lagi, pengaruh harga tetap dominan, selain
kupon dan reputasi sebagai nilai tambah sebuah merek juga ikut memainkan peran
utama dalam pemilihan merek (Bersambug).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar