Sebuah survey pada 2010 lalu mendapati, lebih dari
90% dari perusahaan meningkatkan investasi di media sosial di2009. The New York
Times menulis bahwa pada 2010 perusahaan-perusahaan seperti Clorox, Coca-Cola,
Kellogg, Kraft Foods,PepsiCo dan Procter & Gamble menjadikan media social
sebagai media utama. Penelitian Nielsen menunjukkan bahwa penggunaan media
social konsumen global naik 82% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, waktu
rata-rata yang dihabiskan setiap warga AS di Facebook dan Twitter pada bulan
Desember 2009 naik143% tahun ke tahun.
Namun demikian harus diakui bahwa
benar segala sesuatunya kini berubah. Bahkan dalam banyak kasus, benar bahwa
segala hal yang lama akhirnya menjadi baru lagi. Namun, dalam perubahan itu, prinsip-prinsip
fokus kepada pelanggan dan layanan pada dasarnya tidaklah berubah atau baru. Hanya
saja, mungkin perhatian pada elemen-elemen ini mungkin telah berkurang. Sebab begitu
bisnis berkembang, kontrak dan penyususnan rencana makin dikembangkan
berdasarkan kebutuhan dan tren pasar, laba, dan pengaruh teman, meski tetap selalu
mengikuti arahan stakeholder dan pemegang saham.
Sosial media adalah bagian
penting dari strategi pemasaran yang lebih besar, penjualan yang lebih lengkap,
pelayanan, dan komunikasi pemasaran yang mencerminkan kemampuannya beradaptasi
dengan pasar. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus realistis tentang bagaimana
mengintegrasikan strategi sosial ke dalam mesin yang dikendalikan oleh manusia
untuk mendengarkan, belajar dan terlibat
secara aktif dengan pelanggan kita.
Kenapa? Sosial media telah
menjukkan pengaruhnya dalam mendemokratisasikan, mengubah cara perusahaan
berkomunikasi dengan pelanggan, cara pelanggan mempengaruhi keputusan
perusahaan dan kemampuan pelanggan dalam mempengaruhi keputusan perusahaan. Melalui
platform seperti Twitter, YouTube, dan Facebook, siapapun kini dapat menemukan
dan terhubung dengan orang lain untuk berbagi minat yang sama, tantangan, dan
keyakinan – mambangun komunitas yang membentuk dan mengarahkan persepsi merek
para anggotanya. Tanpa keterlibatan dalam komunitas ini, perusahaan akan
kehilangan kesempatan besar untuk membentuk pesan pemasaran mereka.
Media baru telah menciptakan
generasi influencer baru dan menset ulang hirarki otoritas. Dua perubahan itu
kini membuat mereka yang selama itu memegang kekuasaan tanpa ada yang berani
membantah menjadi benar-benar panik. Selama itu, sebagian besar dari formula
dan metodologi penyusunan program pemasaran dan komunikasi pemasaran
mengabaikan peran influencer baru. Namun, realitas menunjukkan bahwa mereka ini
bisa mengilhami aksi, perubahan, tren, dan merekrut pendukung.
Evolusi media baru juga mendorong
sebuah transformasi luar biasa dalam layanan pelanggan, hubungan masyarakat,
hubungan masyarakat (PR), dan evolusi komunikasi perusahaan yang paling
dramatis dalam beberapa dekade. Dalam dunia pelanggan dan dukungan produk,
social media telah menempatkan "pelanggan" kembali kepada pelanggan,
layanan mencabut ideologi yang berkaitan dengan taktik pemotongan biaya ketika
berinteraksi langsung dengan pembeli
mempengaruhi keputusan pembelian orang lain.
Demikian juga, dalam dunia
komunikasi, demokratisasi media telah menempatkan "publik" kembali ke
PR. Ini semua menciptakan sebuah tim
baru dalam organisasi untuk secara proaktif mendengarkan, belajar, terlibat,
mengukur, dan melakukan perubahan secara real time. Namun bagaimanapun,
penggunaan alat tidak menjamin orang mendengarkan. Engagement dibentuk oleh
interpretasi dari niatnya. Agar media sosial bisa saling menguntungkan
antara Anda dan pelanggan Anda, Anda
harus melibatkan mereka dalam percakapan bermakna dan menguntungkan,
memberdayakan mereka sebagai peserta
dalam pemasaran dan layanan Anda.
Rahasia keberhasilan dalam mengendalikan lanskap
pemasaran dan layanan baru adalah memahami bahwa media social itu adalah
tentang antropologi, sosiologi, dan etnografi, dan bukan tentang teknologi dan
alat-alat social. Pemasaran media dan layanan baru membutuhkan baik media baru
maupun konvensional. Prosesnya masih melibatkan iklan, PR, layanan pelanggan,
komunikasi pemasaran, sumber daya manusia (SDM), penjualan, dan hubungan
masyarakat.
Pesan ini jelas. Dalam proses
pemasaran maupun komunikasi pemasaran persyaratannya adalah adanya dialog. Sosial
media telah menciptakan dan memperbesar lapisan baru influencer di semua
industri. Disini mereka yang bermain -- dalam prosesnya -- tidak hanya membaca
dan menyebarkan informasi, tetapi juga bagaimana mereka berbagi dan membuat
konten. Ini yang memungkinkan kita benar-benar memahami masa depan komunikasi,
yang sudah berlangsung saat ini.
Ini juga yang membedakan antara komunikasi
baik inbound atau outbound saat ini dan sebelumnya. Sekarang ini, seperti yang
lainnya, komunikasi harus didukung percakapan. Dalam konteks kebaruan ini, komunikator
terbaik selalu dimulai sebagai pendengar terbaik, dan para pendengar terbaik
adalah mereka yang berempati saat mereka mendengarkan.
Sosial media adalah sumber bagi
pembelajaran dan perluasan wawasan yang tidak pernah berakhir. Sosial media
juga memberikan alat-alat baru komunikasi, dan juga kesempatan baru untuk
belajar tentang bagaimana, kapan, dan di mana kita menggunakannya. Sosial media
adalah saluran distribusi yang baik untuk pengetahuan, pendidikan, dan
pengalaman. Sosial media adalah sarana, bukan tujuan.
Sosial media adalah satu babak
dalam evolusi New Media. Ia bukan saluran siaran satu arah, dan para pemainnya bukan
lagi sebagi penyiar TV. Perusahaan Anda sekarang bagian dari komunitas yang
membuat publik ingin menginformasikan segala hal yang diketahui dan dilakukan.
Bagi perusahaan dan perorangan, ini merupakan peluang untuk membangun
keunggulan dan mendapatkan pengaruh untuk mendapatkan atensi, menanamkan
antusiasme, memberdayakan para pendukung, dan menciptakan sebuah komunitas yang
loyal kearah yang lebih bermakna. .
Hirarki pesan yang selama ini
dipercaya para pelaku bisnis dan pemasaran dapat mempengaruhi audience, kini
runtuh. Sekarang, untuk menarik pelanggan, klien, atau stakeholder potensial,
perusahaan harus mendekati mereka dari segala arah; dari atas ke bawah, dari
bawah ke atas, dan dari sisi samping ke sisi samping. Perusahaan harus keluar
dari sesuatu yang kurang dipahami dan tidak lagi berpikir pesimistis.
Buku ENGAGE! : The Complete Guide for Brands and Businesses to Build,
Cultivate, and Measure Success in the New Web ini bisa menjadi panduan utama bagi siapa saja yang melakukan
branding dan membangun bisnis di era social media. Dalam ENGAGE!,
Brian meneliti lanskap media sosial secara menyeluruh dan memaparkan cara
efektif menggunakan media social. Ini membawa Anda melalui langkah-langkah
rinci dan spesifik yang diperlukan untuk mengkonseptualisasikan, melaksanakan,
mengelola, dan mengukur program pemasaran dan komunikasi pemasaran melalui
media sosial. Tujuannya adalah untuk meningkatkan visibilitas, membangun
komunitas para pengguna merek yang loyal, dan meningkatkan keuntungan.
Separoh pertama buku ini ibarat
seperti buku yang mensurvei dunia media sosial secara umum. Di dalamnya
digambarkan semua aspek dari interaksi sosial dan dampaknya terhadap pemasaran
dan komunikasi perusahaan, serta bagian layanan pelanggan. Skema pemasaran
tradisional yang seakan tak bisa balik lagi, kini luluh karena tekanan massa dalam bentuk tsunami
percakapan. Situasi ini memaksa pemasar untuk mendengarkan.
Bagian kedua dari buku ini
terdiri dari empat bagian yang membahas tentang detail tanggung jawab baru pemasar
karena munculnya media social. Bagian ini juga lebih berfokus pada pendekatan
"pemasaran baru." Salah satu bagian yang paling luar biasa adalah
yang terkait dengan "mendefinisikan aturan keterlibatan." Ini jelas
menunjukkan kaum skeptis bahwa revolusi media sosial bukan merupakan fenomena
yang berlalu didorong atau dikendalikan oleh influencer, tetapi realitas yang
terjadi hari ini yang salah satunya adalah hasil inkarnasi dari Web social.
Itu berarti, buku ini mengupas
hampir semua yang ingin diketahui para pemasar tentang pemasaran melalui media
sosial dan munculnya konsumen sosial baru. Engage! menunjukkan kepada Anda
tentang bagaimana cara menyusun strategi yang efektif berdasarkan contoh yang
terbukti berhasil. Bahkan buku ini juga
memamaparkan cara untuk mengukur
keberhasilan dan ROI. “Sekali lagi Brian Solis menunjukkan pemahaman yang
mendalam tentang kekuatan media baru. Dia menunjukkan bagaimana media sosial
dapat memberikan suara, kredibilitas, dan koneksi baik untuk perusahaan maupun pelanggan
mereka,” komentar Price Floyd, Principal Deputy Assistant Secretary of Defense
for Public Affairs, tentang buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar