Hampir 29 tahun lalu, Jack Trout menulis buku tentang Positioning: The Battle for Your Mind (McGraw-Hill,
1981) bersama Al Ries. Yang ditulis
dalam buku itu, menurut mereka, lebih menekankan pada aspek komunikasi. Ini merupakan salah satu bentuk kerisauan Al Ries dan Trout terhadap membanjirnya informasi
sehingga mempengaruhi efektivitas dari komunikasi – khususnya iklan – yang
biasa dilakukan pemasar.
Dalam Positioning: The Battle for Your Mind Al
Ries dan Trout mendefinisikan
positioning sebagai sesuatu yang kita lakukan untuk menempatkan suatu produk,
sebuah barang dagangan, jasa, perusahaan, institusi, atau orang termasuk diri
kita sendiri, pada pikiran calon konsumen.
Setelah 29 tahun
beredar dan masuk dalam jajaran 100 buku terbaik sepanjang waktu, Trout melihat
ada sesuatu yang kurang dari buku Positioning:
The Battle for Your Mind, yakni kurang
memberi perhatian pada repositioning. Dalam buku itu, positioning dibahas di
bab 8 sebagai suatu cara untuk melekatkan sesuatu yang negatif merek pesaing.
Untuk menyempurnakan itu, Trout menulis buku Repositioning: Marketing in An Era of
Competition, Change, and Crisis bersama Steve Rivkin. Sebelumnya, Rivkin
pernah bekolaborasi bersama Trout menulis buku Differentaite or Die: Survival in Our Era of Killer Competition
(John Wiley & Sons, Inc: ). Menurut
mereka, sejatinya konsep positioning itu bersaudara kembar dengan
repositioning. Artinya, bila kita
berbicara tentang positioning, seyogyanya kita juga tidak melupakan
repositioning, minimal untuk waktu ke depan. Trout mengakui, saat itu
repositioning kurang mendapat perhatian. Sekarang, konsep repositioning menjadi perhatian karena tiga alasan yang
disebut Trout dengan tiga c, yakni competition, change, dan crisis.
Dalam prolognya
-- Trout dan Rivkin menunjukkan contoh
beberapa perusahaan yang sempyongan karena keenggannya untuk berubah sebagai
bukti pentingnya melakukan reposisitioning untuk menghadapi perubahan. Digital
Equipment – produsen terbesar kedua komputer mini -- misalnya hancur karena
pemiliknya lebih memilih wait and see
terhadap apa yang dilakukan pesaingnya, IBM. Demikian pula Xerox. Disini Trout
melihat, CEO Xerox tidak melakukan perubahan strateginya secara nyata ketika
pasar pengkopian dokumen diserbu pencetak laser.
Trout dan Rivkin
membahas tiga c secara rinci di Bab 1, 2 dan 3. Di Bab 1 buku ini, Trout dan
Rivkin mengawali dengan definisi positioning dan repositioning. Menurut mereka,
positioning adalah bagaimana Anda
mendiferensiasikan Anda sendiri di dalam pikiran calon konsumen Anda. Sedangkan
repositioning adalah bagaimana Anda
menyetel persepsi-persepsi (perbedaan) itu, apakah persepsi tentang Anda
ataukah tentang pesaing Anda.
Contoh
repositioning seperti yang ditunjukkan dalam buku Positioning adalah bagaimana cara Tylenol mereposisi Aspirin hingga
Tylenol bisa menyalip penjualan Aspirin. Ketika Aspirin menguasai pasar,
Tylenol menampilkan iklan, ”Aspirin dapat menyebabkan iritasi pada perut,” dan
melanjutkan, ”penyebab asma atau reaksi-reaksi alergi karena peradangan usus.”
Kemudian dikunci dengan, ”Untung ada Tylenol.”(Ries and Trout, 2000:79). Disini
Aspirin diposisikan Tylenol sebagai obat yang mempunyai efek samping ”berbahaya”
sementara Tylenol aman.
Dari gambaran
Tylenol terlihat bahwa dalam melakukan repositioning kadang-kadang kita
terpaksa menyerang pesaing. Ini tentu berbahaya. Untuk itu Trout dan Rivin
menyarankan untuk berhati-hati sebab bisa jadi menimbulkan serangan balik,
termasuk dari merek lain.
Trout dan Rivkin
mengambil contoh saat Campbell melunurkan produk soup siap masak tahun lalu.
Dalam iklannya diselpikan “tuduhan” bahwa pesaingnya, Progresso, menggunakan
monosodium glutamate (MSG). Pada akhirnya, dua-duanya menderita. Ini karena Progresso
menanggapi iklan itu dengan mengatakan bahwa Campbell juga menggunakan MSG.
Salah satu
prinsip dalam repositioning tersebut adalah menciptakan celah sendiri dengan
melihat kelemahan posisi pesaing. Kenapa? Dalam melihat persaingan
(competition), konsisten dengan gagasannya seperti dituangkan dalam buku Positioning, menurut mereka, persaingan
sebenarnya bukanlah di pasar melainkan di pikiran publik. Dewasa ini, terjadi
overcommunications berkaitan dengan terjadinya ledakan bentuk mediayang secara
dramatis mempengaruhi cara publik menyerap atau mengabaikan informasi.
Overcommunication itu terjadi sejak1970-an. Namun kalau dulu diistilahkan Trout
dan Rivkin sebatas overload, sekarang berubah menjadi megaload.
Serangan
informasi itu terasa terutama melalui meda elektronik. Setiap hari jutaan informasi online. Dimanapun
Anda berada selalu didera informasi internet, televisi yang kini tumbuh luar
biasa baik melalui jaringan tradisional maupun internet. Terpaan itu membuat
publik menjadi bingung. Susahnya, pada sisi yang lain, publik sangat membenci
kebingungan itu.
Pada kondisi itu,
agar pesan kita masuk ke benak konsumen, seperti yang dikemukakan dalam buku Positioning (hal. 14), Trout dan Rivkin menekankan pentingnya
kesederhanaan (simplicity) pesan. Beberapa program iklan yang paling berhasil
adalah memfokuskan pada satu kata. Volvo misalnya, keamanan; Listerine dengan
pembunuh kuman. Sejatinya, ini merpakan pengulangan dari buku-bukumereka
terdahulu. Topik yang sama
juga dibahas di buku Differentiate or Die
(Trout and Rivkin, 2008: 83-88), dan New
Positioning (1996:1-38).
Setelah menaiknya
suhu persaingan dalam beberapa dekade terakhir, kata Trout dan Rivkin, masalah
lain yang dihadapi pemasar saat ini adalah perubahan (change) terutama karena
perkembangan teknologi. Pada 1901, Arthur H. Pitney mematenkan mesin perangko
yang kemudian berjaya selama puluhan tahun. Namun kini, mesin perangko itu bisa
dikatakan nyaris menganggur karena budaya surat menyurat yang dulu berperangko
kini digantikan oleh email atau sms atau messanger. Email juga demikian.
‘’Kenapa harus menunggu sampai di depan komputer, kalau kita sudah BlackBerry
yang bisa mengirim pesan kemanapun, kapanpun dan dari manapun ?’’
Untuk menghadapi
perubahan ini yang diperlukan tentu saja kemampuan untuk juga berubah. Selama
bertahun-tahun, Crisco dari Procter & Gamble merupakan market leader untuk
produk shortening – lemak padat yang memiliki tekstur yang lembut dan banyak
digunakan sebagai bahan perenyah product bakery. Kemudian, konsumen
menginginkan minyak nabati dan P&G pun mengembangkan Crisco Oil. Sekarang
di minyak jagung, yang terbesar adalah Mazola. Kemudian Mazola memproduksi
markgarine bebas kolesterol dari jagung Mazola Corn Oil Margarine karena
konsumen mengingkan itu..
Intinya, dalam
kondisiyang terus berubah kita hars tetap fokus dan mejadi spesialis. Bila
Duracell fokus pada batteri alkaline yang awet, Eveready harus bicara tentang
lampu senter, alat berat, dicharge ulang, dan batteri alkaline. Castrol boleh
fokus pada oli mesin kecil berkinerja tinggi, sementara Pennzoil da Quaker
State bisa fokus pada semua jenis mesin (hal. 103).
Lalu bagaimana
dengan krisis ? Pada saat krisis makro semisal resesi membuat semuanya
berubah. Implikasinya semua rencana jangka panjang berakhir. Pemilik merek
harus menangkap peluang dan melupakan masa lalu. Ambil contoh saat General
Motors mengalami krisis. Menurut Trout dan Rivkin, banyak merek-merek produk GM
yang bisa dikembangkan. Chevrolet misalnya, sampai saat ini orang Amerika masih
bangga dengan Chevrolet. Lalu kenapa GM tidak menggunakan tagline, “America’s favorite
American car.”
Ahirnya, Trout
dan Rivkin menuliskan pesan bahwa dalam repositioning dibutuhkan kesabaran
karena membutuhkan waktu, repositioning
dilakukan bukan untuk sekadar karena yang lain melakukannya, repositioning juga
harus dimulai dari da diakhiri oleh CEO, dan terakhir repositioning harus
jelas.
Rempoa, 20 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar