Anda memiliki
follower akun Twitter tak begitu banyak? Jangan khawatir sebab ternyata
banyaknya follower tidak menjamin Anda menjadi orang ”yang berpengaruh. Ambil
contoh penyanyi Lady Gaga. Dengan jumlah follower mencapai lebih dari 14
juta, dia disebut-sebut sebagai pemilik akun dengan jumlah follower terbanyak, Ternyata
pengaruhnya tak sehebat penyanyi lainnya, Bono yang jumlah followernya jauh di
bawah Lady Laga.
Sebuah riset yang
dilakukan agensi Vocus dan Brian Solis, menyebutkan bahwa Bono dengan follower
jauh dibawah Lady Gaga, dianggap lebih memiliki pengaruh dibandingkan penyanyi
wanita tersebut. Solis adalah penulis pendamping buku Putting the Public Back in Public Relations: How Social Media Is Reinventing
the Aging Business of PR. Dia juga pemberi kata pengantar buku PR 2.0 karya
Deirddre Breakenridge. Tahun lalu, Solis meluncurkan buku barunya, ENGAGE! : The Complete Guide for Brands and Businesses
to Build, Cultivate, and Measure Success in the New Web (John Wiley & Sons, Inc., 2010)
Solis memang dari
awal konsisten menyatakan bahwa menjadi orang terkenal tidak otomatis membuat dia
berpengaruh. Dia menyadari bahwa hal itu adalah pertanyaan yang sangat subyektif.
Karena itu, dia melakukan survey untuk melihat apakah ada perbedaan antara
populer dan berpengaruh. Survey dilakukan terhadap para profesional pemasaran
dan komunikasi yang setiap hari bekerja dengan para influencer. Survey
dilakukan dari 25 Agustus 2010 sampai September 10, 2010, 739.
Hasilnya,
diperoleh gambaran bahwa 90% dari respondennya menarik perbedaan yang jelas antara
populer dan berpengaruh. Informasi ini diperoleh dari jawaban responden ketika ditanya
"ya atau tidak" atas pertanyaan, "Apakah ada perbedaan besar
antara popularitas dan pengaruh?"
Seseorang yang
berpengaruh – menurut responden – adalah orang yang berhasil memotivasi,
menciptakan kesetiaan, dan menyebabkan orang untuk mengambil tindakan.
Sementara popularitas adalah sesuatu yang – atau mungkin orang itu kelihatan --
lucu dan ketenarannnya berkurang dengan mudah di tengah penonton berubah-ubah.
"Menyukai Anda dan mendengarkan Anda adalah dua hal yang berbeda,"
tulis seorang responden. "Popularitas adalah ekspresi volume sedangkan
pengaruh adalah ekspresi nilai," kata yang lain. Apakah almarhum Mbah
Maridjan masuk dalam kategori ini?
Beberapa contoh
orang-orang yang memiliki popularitas tinggi tidak berhasil menunjukkan
penaruhnya. "Cara saya melihatnya, Simon Cowell dari American Idol
memiliki pengaruh, bahkan ketika ia tidak sangat populer," tambah seorang
responden ketiga. Namun, menggali lebih dalam, ditemukan bahwa garis antara
pengaruh dan popularitas memang abu-abu. Jadi tidak selalu merupakan dikotomi
sederhana antara ya atau tidak. Sebagai contoh, satu responden menulis,
"Pengaruh adalah tingkat berikutnya setelah popularitas," mengacu
pada hubungan sebab akibat antara dua konsep, sementara yang lain berkata,
"Anda bisa populer tanpa pengaruh dan sebaliknya."
Solis juga
melihat apakah menjadi populer di Twitter – dalam hal ini dilihat dari jumlah
follower-nya – juga menjadi berpengaruh. Hasil riset yang dirilis dengan judul
“Influencer Grudge Match: Lady Gaga vs
Bono” menunjukkan bahwa sebanyak 57% responden yang terdiri dari eksekutif
senior menyatakan bersedia untuk membayar seseorang berpengaruh di Twitter — dan
bukan yang populer, untuk mendorong follower-nya melakukan “tindakan tertentu”.
Ditegaskan dalam laporan tersebut bahwa 90% responden yang terdiri dari
praktisi komunikasi pemasaran di seluruh dunia, melihat adanya perbedaan nyata
antara “influence” dan “popularity”. Popularitas dalam hal ini dikaitkan dengan
eskpresi angka, sementara pengaruh adalah ekspresi nilai.
Meski demikian,
sebanyak 84% responden menyetujui adanya korelasi antara jumlah follower dan
kemampuan men-drive action. Sementara, kebanyakan responden melihat orang yang
paling berpengaruh adalah mereka yang memiliki koneksi paling intens di dalam
jaringan mereka sendiri, dibandingkan dengan yang melakukan sedikit koneksi,
atau tanpa kedalaman hubungan sama sekali. Kedalaman hubungan ini, bersama
dengan kualitas atau fokus dari jaringan, kualitas tweet, dan kapasitas untuk
mendorong hasil yang terukur adalah hal-hal yang menentukan dampak nyata
seorang influencer.
Laporan ini diperkuat oleh sebuah artikel yang
dimuat di NY Times pada Maret lalu. Laporan menyebutkan bahwa seseorang dengan
jutaan follower kadang tidak nge-tweet
secara periodik, sementara ada figure
lain dengan follower ratusan tibu
namun lebih banyak nge-tweet dan tweet-nya, tidak hanya dibaca tapi di-re-tweet oleh yang para follower-nya.
Artikel NYTimes memuat hasil penelitian yang
diadakah biro riset, Twitalyzer—menghasilkan Influence Index yang berusaha memecahkan pertanyaan mengenai siapa
orang paling berpengaruh di Twitter. Influence Index mengukur
berapa sering account Twitter
seseorang di-mention oleh orang lain,
termasuk retweets, ketika seorang
pengguna twitter menyiarkan pesan
orang lain di timeline-nya sendiri. Influence
Index, tulis artikel tersebut, tidak hanya mengukur siapa yang paling banyak
berkicau di Twitter tapi juga mengukur seberapa besar seseorang terpengaruh
topik yang sedang diperbincangkan.
Di antara temuan riset
tersebut menghasilkan nama-nama seperti Stephen Fry (aktor Inggris), Luciana
Huck (bintang TV Brazil), dan Barrack Obama (Presiden Amerika
Serikat). Banyak nama-nama yang muncul dari empat negara
dengan penetrasi pengguna Twitter terbesar yaitu AS, Inggris, Brazil dan Kanada. Influence Index diukur dalam skala 0
sampai 100, yang merupakan gabungan dari pengaruh, jumlah follower, dan frekuensi nge-tweet.
Dengan metode seperti ini, nama besar seperti Lady Gaga memiliki Influence
Index 41, jauh dibawah host American Idol Ryan Seacrest yang berada di
urutan 81—pada saat penelitian dilakukan, Seacrest memiliki 3,8 juta orang follower.
Namun demikian, untuk bisa mempengaruhi orang lain dibutuhkan persyaratan, yakni kredibilitas. Atribut seperti kredibilitas, kepercayaan,
ketulusan, dan keahlian dari agen perubahan yang dapat mempengaruhi penerimaan
dan pemahaman pesan-pesan oleh target perubahan atau anggota oragnisasi (Gist
1987). Bila atribut ini tidak menguntungkan, kemampuan agen perubahan untuk
menciptakan kesiapan untuk perubahan terhambat.
Kredibilitas mengacu persepsi seseorang tentang
kebenaran sepotong informasi. Ini berfungsi sebagai sarana untuk penerima
informasi untuk menilai sumber atau pemancar komunikasi dalam kaitannya dengan
informasi. Peringkat ini berkorelasi dengan kesediaan penerima untuk atribut
kebenaran dan substansi untuk informasi (Hovland et al. 1953).
Kredibilitas sumber informasi atau pesan dalam
penelitian ini dilakukan dengan dasar pemikiran dari Ohanian (1990) yang telah
menguji dimensi kredibilitas tersebut dalam konteks selebriti sebagai sumber
informasi. Dalam studi yang dilakukannya, Ohanian (1990) menyebutkan skala
pengukuran untuk persepsi terhadap keahlian, trustworthiness, dan daya tarik. Skala-skala tersebut memiliki
validitas dan reliabilitas yang tinggi sebagai ukuran kredibilitas sumber yang
didefinisikan sebagai karakteristik positif komunikator yang mempengaruhi
akseptansi perima pesan.
Daya
tarik (attractiveness). Daya tarik
merupakan sifat yang dimiliki oleh seseorang yang dapat menimbulkan rasa ketertarikan
terhadap dirinya. Kelayakan
untuk dipercaya (trustworthiness)
berkaitan dengan anggapan atas tingkat obyektivitas dan kejujuran sumber pesan
itu, dan keahlian (expertise) adalah
pengetahuan khusus yang dimiliki oleh komunikator untuk mendukung pesan yang
disampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar