Paradigma yang harus
dipegang dalam menyusun marketing plan adalah tidak ada strategi yang valid dan
reliabel untuk semua produk dan waktu. Karena lingkungan berbeda dan selalu
berubah. Untuk itu diperlukan analisis data yang dikumpulkan melalui riset
pasar.
Dalam kondisi perubahan yang sangat cepat dan persaingan
yang ketat, pendekatan marketing yang cocok untuk kondisi sekarang, hampir bisa
dipastikan tidak akan cocok untuk kondisi besok. Dengan kata lain, tak ada
strategi atau operasional perusahaan yang sama dari tahun ke tahun. Banyak
contoh para eksekutif yang berhasil membangun suatu merek namun gagal ketika menangani merek atau produk lainnya.
Juga banyak suatu strategi berhasil mendongkrak penjualan pada waktu tertentu,
namun ketika diterapkan untuk periode selanjutnya ternyata gagal.
Salah faktor ketidakberhasilan tersebut adalah bahwa
perbedaan situasi yang harus dihadapi. Dengan kata lain, ketika lingkungan
berubah, suatu strategi bisa jadi tidak memiliki validitas dan reliabilitas di
kondisi lainnya. Karena itu, sejalan dengan terjadinya perubahan lingkungan
bisnis, kemampuan untuk mengembangkan marketing plan yang efektif yang
memungkinkan perusahaan untuk menjadi lebih responsif dan beradaptasi pada
pasar akan membedakan antara pemenang dan pecundang.
Ada tiga prinsip
dasar yang perlu dalam menyusun kerangka perencanaan. Pertama, perusahaan harus mengadopsi suatu orientasi atau filosofi
marketing. Berbeda dengan perusahaan yang berorientasi pada produk – yang fokus
pada produksi yang secara teknis mumpuni pada tingkat harga serendah mungkin –
atau perusahaan yang berorientasi pada penjualan – dimana perusahaan fokus pada
upaya dan teknik membujuk -, perusahaan yang berorientasi marketing fokus pada
bagaimana caranya mereka memuaskan konsumen. Produk bisa berganti-ganti, namun
kebutuhan dasar dan kelompok konsumen akan terus ada. Perusahaan kamera film akan
bangkrut ketika muncul kamera digital, kecuali perusahaan itu beralih menjadi
pencipta image.
Prinsip kedua
adalah perusahaan menerapkan suatu pendekatan perencanaan yang komprehensif.
Seperti diketahui, dalam manajemen terdapat lima fungsi klasik yang begitu
familiar di telinga, yakni memimpin, menganalisis, merencanakan, mengorganisasi
dan mengontrol. Agar efektif, marketing plan harus secara komprehensif
memperhatikan lima fungsi tersebut. Pendekatan yang tidak melibatkan kelima
fungsi secara keseluruhan akan mengakibatkan ketidakoptimalan hasil. Ini karena
kelima fungsi tersebut pada dasarnya adalah saling mendukung satu sama lain.
Banyak penelitian membuktikan hanya perusahaan yang berhasil menciptakan dan
mempertahankan kepuasan pelanggannya dalam jangka panjang yang menjadi
pemenang.
Prinsip ketiga
adalah perusahaan terus menggunakan marketing plan. Perusahaan pemenang umumnya
mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang cepat. Ini berarti marketing
plan seyogyanya merupakan suatu proses berkelanjutan yang terus menerus
berusaha mengeksploitasi perubahan-perubahan tersebut menjadi keunggulan
perusahaan. Perubahan bisa mengancam dan bisa pula merupakan peluang. Hanya
perusahaan yang bisa mengubah perubahan tersebut menjadi peluang yang bajal
menjadi pemenang. Disinilah pentingnya riset.
Di banyak bisnis
modern, proses penyusunan marketing plan paling dasar adalah mengkombinasikan
ketiga prinsip tadi ke dalam suatu bangunan yang terdiri atas lima fase:
kustomerisasi bisnis, analisis, penyusunan strategi, implementasi, dan kontrol.
Kustomerisasi bisnis mengacu pada proses bagaimana perusahaan berkomitmen untuk
memuaskan konsumennya.
Pada tahap ini,
tugas utama para senior manager adalah memberikan arahan yang dianggap penting
dalam memfasilitasi proses ini. Tantangan utamanya adalah bagaimana memotivasi,
menginspirasi dan mendorong semua staf untuk mengapresiasi bahwa tujuan utama
mereka bekerja adalah untuk memuaskan konsumen. Karena itulah perlu dibangun
suatu budaya perusahaan yang berorientasi pada marketing.
Tahap berikutnya
adalah penyusunan rencana. Proses ini melibatkan analisis situasi persaingan
yang dihadapi perusahaan. Dalam konteks persaingan tersebut, persahaan harus
menentukan posisi yang telah dicapai dan akan dicapai perusahaan. Untuk
menganalisis persaingan, dibutuhkan informasi. Pada tahap ini peran riset untuk
mengumpulkan data, menafsirkan, dan memberi masukan kepada manajemen menjadi
semakin penting. Informasi yang dikumpulkan meliputi pasar, konsumen dan
konsumen potensial, dan pesaing. Sebagai contoh, marketing research diharapkan
mampu menghasilkan informasi market size dan trend pasar, kebutuhan konsumen,
tingkat kepuasan, aktivitas pesaing dan kinerja pesaing.
Selain itu, pada
tahap ini juga perlu dilakukan evalusai seluruh kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman atau yang disebut dengan analisis SWOT. Analisis SWOT yang bagus
akan menghasilkan strategi pengembangan yang merupakan kapitalisasi dari
kekuatan yang dimiliki perusahaan, meminimalkan kelemahan, mengeksploitasi
semua peluang, dan sejauh mungkin menghindari ancaman.
Dalam
menganalisis pasar, ada dua jenis pasar yang perlu diperhatikan, immediate market dan wider world. Immediate market menunjuk
pada pasar yang secara khusus telah dijamah dan secara potensial akan menjadi
pasar perusahaan. Sementara itu wider world terdiri atas faktor-faktor
yangberkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, teknologi dan lingkungan di
sekitar perusahaan. Faktor-faktor tersebut akan membentuk sikap konsumen dan
perilaku pesaing.
Proses
perencanaan tahap ketiga bertujuan untuk menentukan kemana perusahaan akan
bergerak dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Ini melibatkan penentuan
tujuan pemasaran bersama dengan strategi untuk mencapainya. Keduanya harus
searah dan cocok dengan isu-isu penting yang telah diidentifikasi dalam
analisis SWOT.
Pada tahap
keempat, proses bertujuan untuk menyusun suatu bauran pemasaran (marketing mix)
dimaksudkan memunculkan persepsi pada konsumen bahwa produk atau merek yang
ditawarkan memiliki keunggulan dibandingkan produk pesaing. Selain menentukan
positioning, yang juga penting adalah merancang organisasi yang mampu mendukung
rencana pemasaran yang disusun.
Selanjutnya tahap
akhir dari proses perencanaan adalah kontrol. Dalam lingkungan bisnis yang
berubah cepat, yang harus dikontrol sangat sederhana, yakni apakah strategi
berjalan melenceng atau sesuai dengan tujuan pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar