Pekan lalu, saya mendapat kehormatan untuk
memberikan training media kepada para tenaga lapangan sebuah perusahaan yang
bergerak di perkebunan. Temanya tentang Apa yang Ingin Diketahui Wartawan Saat
Perusahaan Mengalami Krisis. Pesertanya sekitar 35 orang di sebuah hotel di
kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Ketika
pertama dihubungi dan mendapat penjelasan tentang pelatihan tersebut,
saya merasa tergeran-heran. “Kok tenaga lapangan?.’ Bukankah yang harus dilatih
adalah staf public relations atau yang biasa berhubungan dengan media misalnya.
Namun saya tak menanyakan hal itu lebih lanjut. Saya faham setelah mendapat penjelasan
bahwa mereka adalah tenaga lapangan di kebun dan tidak pernah mendapat
pelatihan seperti itu.
Saat dialog
selama pelatihan, saya makin menyadari kenapa perusahaan itu perlu melatih staf
lapangannya untuk berhubungan dengan media. Rupanya, terutama di beberapa
daerah, mereka sering didatangi para wartawan yang mencari berita. Dalam mencari berita para wartawan itu mendatangi langsung ke
daerah-daerah atau di lapangan. Apalagi saat perusahaan mendapat masalah misalnya. “Sering Pak. Seminggu sekali kami kedatangan
wartawan,” kata salah seorang peserta.
Selain tenaga lapangan, informasi lain, para tenaga
penjual di lapangan juga sering mendapat pertanyaan dari pedagang reseller,
konsumen atau bahkan wartawan yang mungkin kebetulan bertemu atau wartawan
tersebut masih berhubungan keluarga dengan reseller tersebut. “kami sering
kesulitan bagaimana menjawabnya,” kata salah seorang peserta.
Dari keterangan itu, saya lalu menarik persoalan ini
ke perkembangan media terkembang media kahir-akhir ini. Bayangkan misalnya,
tiba-tiba Anda ditelpon seorang reporter Daily Mail di London yang meminta
komentar Anda atas puluhan bahkan ratusan komentar negatif atau kemarahan yang
diposting ke blog, Twitter, Facebook dan update tentang pernyataan CEO Anda
yang tampaknya tidak berbahaya di sebuah konferensi kecil, dua hari sebelumnya?
Yang muncul di benak orang pertamakali tentu
pertanyaan, "Apa itu Twitter?" Kedua,
"Mengapa reporter ini menelpon
dia? Bagaimana mereka mengetahui dan mendengar tentang kami?" Ketiga, keheranan Anda.
“Dia bilang, dia dari Daily Mail London? Sepertinya itu di Inggris! Kami kana
da di Jakarta, Indonesia? "
Tapi, saya yakin Anda kini tidak seperti itu. Sebab,
Anda sekarang sadar benar bahwa penetrasi media sosial kini luar biasa dan
memiliki jangkauan di seluruh dunia. Anda kini menyadari bahwa banyak orang
memiliki dan menuliskan apa saja melalui blog, memposting pesan melalui
Twitter, dan memperbarui status Facebook mereka. Dalam hal pernyataan CEO Anda
itu, komentar atau pesan-pesan yang menunjukkan kemarahan itu dibuat dan
diupload tepat saat CEO Anda itu mengatakannya. Komentar atas pernyataan CEO
itu bertebaran dan jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu, jika tidak jutaan,
dalam hitungan hanya beberapa jam.
Namun apapun yang terjadi, sebelum para wartawan itu menghubungi Anda, mereka berhubungan dengan resepsionis Anda terlebih dulu. Para wartawan itu mungkin belum mendapatkan nomor handphone Anda sehingga yang pertama dia hubungi adalah kantor Anda. Dan yang menerima sudah tentu resepsionis atau petugas penerima telepon kantor Anda.
Namun apapun yang terjadi, sebelum para wartawan itu menghubungi Anda, mereka berhubungan dengan resepsionis Anda terlebih dulu. Para wartawan itu mungkin belum mendapatkan nomor handphone Anda sehingga yang pertama dia hubungi adalah kantor Anda. Dan yang menerima sudah tentu resepsionis atau petugas penerima telepon kantor Anda.
Karena itulah saya melihat sesuatu yang positif bila
resepsionis, tenaga penjualan di lapangan, manajer kebun untuk perusahaan
perkebunan, manajer lapangan perusahaan tambang, dan pekerja lapangan yang
berhubungan langsung dengan konsuen atau reseller untuk mendapatkan pelatihan
tentang media. Bahkan, pelatihan itu semakin penting untuk mempersiapkan mereka
ketika pereusahaan atau merek mengalami masalah atau krisis yang tidak terduga.
Ambil contoh resepsionis misalnya, dialah staf yang
pertama kali berinteraksi ketika seorang wartawan, kolega atau konsumen
menelpon kantor Anda. Demikian pula dengan tenaga sales di lapangan.
Kemungkinan besar mereka juga akan ditanya wartawan atau reseller ketika perusahaan atau merek mendapat masalah.
Anda tidak harus mendaftarkan resepsionis Anda,
penjaga keamanan, dan personil pendukung lainnya dalam sebuah kelas pelatihan
media formal. Sebaliknya, membuat kebijakan yang mensosialisasikan prosedur
atau tatacara ketika berhubungan dengan media secara tak terduga dan membaginya
dengan seluruh staf Anda. Namun tentunya bila mereka dilatih secara khusus akan
jauh lebih efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar