Sepanjang 2011, MIX mencatat
beberapa kasus Public Relations terheboh yang mengancam reputasi citra
perusahaan, individu, atau
badan Pemerintah.
Akibat kasus penggelapan dana yang dilakukan karyawannya
sendiri, Citibank harus menerima sanksi dari Bank Indonesia berupa larangan
menerima nasabah baru bagi layanan Prioritas selama setahun. Sialnya, hal ini
diperparah dengan kasus tewasnya nasabah kartu kredit akibat ulah debt
collector, sehingga otoritas pengawas perbankan Bank Indonesia juga
memberikan sanksi berlapis yang melarang Citibank untuk menggunakan jasa
penagihan piutang kartu kredit selama dua tahun serta larangan menerbitkan
kartu kredit baru selama dua tahun.
Situasi ini jelas menimbulkan kerugian besar bagi bisnis
bank asing terkemukan itu di Indonesia, terutama jika elemen reputasi ikut
diperhitungkan. Bagi perusahaan, badan Pemerintah, atau individu, reputasi
sangat penting. Bila reputasi jatuh, dibutuhkan sumber daya yang lebih besar
untuk memulihkannya.
Sepanjang 2011, MIX mencatat beberapa kasus PR terheboh yang
mengancam reputasi citra perusahaan, individu, atau badan Pemerintah, termasuk
kasus yang melibatkan Citibank tersebut. Di bawah ini 11 diantaranya.
- Industri Telko dan Isu Pencurian Pulsa
Isu pencurian pulsa sejatinya mulai merebak sejak 2010
ketika YLKI menerima 101 pengaduan dari masyarakat dimana hampir separuhnya
merupakan keluhan pengambil pulsa. Namun baru pada penghujung 2011, isu
penyedotan pulsa ini masuk ke dalam tahap krisis PR yang melanda semua
operator.
Dalam kasus ini, hampir semua operator seluler Indonesia
terlibat seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Axis Telecom, Hutchison, dan
Bakrie Telecom. Kasus sempat memburuk ketika para operator seluler tersebut
dianggap saling melempar kesalahan dengan content
provider dan dipercaya telah
melakukan penipuan kepada konsumen. Konsumen bahkan berusaha melawan para
operator dengan menggelar kampanye mematikan telepon seluler selama dua jam
pada Sabtu, 15 Oktober 2011.
Beberapa upaya penyelesaianpun diambil. Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) berusaha menindaklanjuti kasus ini bersama dengan Badan
Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Operator seluler juga mengambil
langkah-langkah pemulihan citra masing-masing, sampai akhirnya Pemerintah turun
tangan melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika. Isu penipuan mulai
berangsur-angsur berkurang, terlebih ketika pemerintah melarang operator
berbisnis dengan 60 content provider yang sudah di-black list. Untuk melengkapi pemulihan
citra ini, operator akhirnya mengembalikan uang dari hasil 'penyedotan' pulsa
pelanggannya yang nilainya hampir mencapai Rp 1 Miliar.
- Angelina Sondakh dan “Inisial BS”
Nama Angelina Sondakh sering disebut-sebut terkait dengan
kasus suap wisma atlet SEA GAMES, yang mengemuka sepanjang 2011. Sampai saat
ini status Angelina adalah saksi dengan tersangka M. Nazarudin. Politisi inilah yang berulang
kali menyebut bahwa Angelina berperan penting dalam kasus yang bisa merusak
citranya ini.
Mantan Putri Indonesia ini terkesan santai menjaga
reputasinya. Ia kelihatan sangat yakin bahwa citranya bersih dari skandal
korupsi. Bahkan, ketika kasus ini belum selesai, Angelina ditengarai memiliki
hubungan asmara dengan salah seorang penyidik KPK yang berinisial BS yang
membuat sang penyidik dikembalikan ke kepolisian.
3. Recovery “Jangka Panjang” Citibank
Dua kasus yang menimpa sekaligus Citibank menyiratkan
perlunya perbaikan sistem internal di bank asing tersebut. Apalagi strategi PR recovery yang dilakukan Citibank
terhitung kurang intensif, menyusul minimnya pernyataan Citibank di media
massa. “Kami tidak bisa berkomentar banyak sampai kasusnya selesai,” kata Ditta
Amahorseya, Country Head of Corporate
Affairs Citibank kepada MIX dalam wawancara beberapa lama berselang.
Tapi, belum ada kepastian kapan kasus ini bisa dianggap ini
selesai. Melinda Dee, terdakwa kasus pencucian uang dan tindak pidana
perbankan—yang dianggap sudah mencoreng reputasi Citibank, baru menjalani
sidang perdana pada 8 November lalu. Setelah wanita berdarah Aceh tersebut,
polisi juga telah menetapkan tiga tersangka baru pada awal Desember lalu.
Sementara itu, untuk kasus yang menimpa debt
collector-nya, sampai saat ini juga masih berjalan di persidangan.
Menurut Presiden Direktur Fortune PR, Citibank menghadapi
tantangan yang tidak mudah. “Citibank perlu memperbaiki sistemnya, dan sebagai
upaya recovery, masyarakat perlu tahu kalau perbaikan itu sudah
dilakukan.”
4.
Delay Lima Jam Garuda Indonesia
Berambisi menjadi maskapai penerbangan
dengan reputasi zero delay, Garuda
Indonesia justru beberapa kali menuai protes penumpang yang kesal dengan penundaan
penerbangan selama berjam-jam. Terakhir, delay
dialami oleh penumpang Garuda Indonesia tujuan Yogyakarta pada akhir November
lalu. Calon
penumpang harus terlunta-lunta di Bandara Soekarno- Hatta selama
lima jam sebelum akhirnya diberangkatkan.
Beberapa sumber menyebutkan, Garuda awalnya
tidak menunjukkan itikad baik untuk menenangkan penumpang yang kesal, sebelum
akhirnya memberikan kompensasi sebesar Rp 300 ribu/ penumpang. Untuk kasus
delay ini, Garuda menyebut cuaca buruk sebagai penyebabnya. Pesawat yang
dijadwalkan berangkat pukul 17.00, awalnya diinformasikan akan ditunda sampai
pukul 20.00. Namun, pesawat baru benar-benar berangkat pada pukul 22.45,
mengangkut para penumpang yang kecewa.
Pada kasus penundaan lain seperti yang
terjadi di Bandara Sultan Iskandar Muda, September lalu, Garuda menyebut
gangguan pada sistem hidrolik sebagai biang keladinya. Garuda meredam krisis
dengan menginapkan seluruh penumpang di Banda Aceh, dan menawarkan jadwal
penerbangan lain.
Sementara itu, pada kesempatan lain,
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan bahwa pihaknya bisa memahami jika
jadwal penerbangan tertunda karena faktor cuaca yang tak bisa diantisipasi
manusia. “"Kalau keterlambatan karena perawatan
mesin atau operasional ini menunjukkan kualitas pelayanan maskapai,"
ujarnya.
5. Lion
Air: Late is
Our Name?
Karena seringnya mengalami
keterlambatan penerbangan, Lion Air beroleh akronim baru: Late Is Our Name. Sindiran ini kerap terdengar dari obrolan di
media-media sosial yang menyinggung maskapai penerbangan swasta nasional ini.
Kenyataannya, seperti yang dikutip dari
situs berita online, penumpang
pesawat Lion Air seakan sudah terbiasa mengalami penundaan penerbangan. “Bahkan hampir dalam setiap penerbangan selalu
terjadi delay,” kata seorang penumpang
kepada Okezone, belum lama berselang.
Mengenai
penyebabnya, pihak Lion Air menyebut beberapa hal termasuk jadwal kru yang
bermasalah, cuaca buruk, sampai permasalahan yang bersifat teknis. Sumber
menyebutkan permasalahan delay penerbangan Lion Air ini telah
disoroti sejak lama oleh Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Sementara
itu, Direktur Utama Lion Air Edward Sirait menyebut bahwa pihaknya selalu
memperlakukan penumpang sesuai dengan Keputusan Menhub (KM) No. 25 tahun 2010.
Peraturan tersebut mewajibkan maskapai untuk memberikan makanan saat
penumpang sedang menunggu, termasuk
menginapkan penumpang bila pesawat terbang ditunda sampai hari berikutnya.
6. Heboh
Blackberry Setengah Harga
Maksud hati membuat sebuah acara penjualan perdana sukses,
namun apa daya, event yang digelar Blackberry pada akhir November lalu ini
malah menuai kekisruhan. Tidak hanya membuat Kapolsek Kebayoran Baru dicopot, tapi peristiwa ini
juga menyeret beberapa pihak di belakang penyelenggaraan acara ini ke ranah hukum.
Tidak tanggung-tanggung, kasus ini menyeret Presiden Direktur RIM Indonesia
Andy Cobham menyusul penetapan tiga orang lainnya sebagai tersangka. Mereka
berasal dari event organizer, pihak pengelola venue mal Pacific Place, dan konsultan
keamanan yang ditunjuk RIM.
Bagaimana RIM bisa menyelenggarakan acara yang berujung
kekisruhan menjadi pertanyaan banyak pihak, termasuk Humas Kementerian
Komunikasi dan Informasi Gatot Dewobroto. “Jangan karena dinilai sebagai pasar
yang captive, RIM bisa menjadi sembarangan,”
kata Gatot kepada media. Sebelumnya, merek-merek seperti Samsung dan Esia juga
pernah mengadakan penjualan perdana dengan diskon, namun tidak berujung dengan
kekacauan.
7. “Charity Settingan” TV
One
Kasus ini mencuat setelah aktivis
kemanusiaan Valencia Mieke Randa diundang oleh sosialita Fifie Buntaran untuk
menghadiri acara amal di sebuah hotel pertengahan November lalu. Acara tersebut
seharusnya dimaksudkan untuk menolong seorang anak bernama Nando yang menderita
gagal ginjal. Acara dikemas sebagai malam lelang gaun-gaun yang ditampilkan
dalam acara charity fashion show dan
berhasil mengumpulkan dana ratusan juta rupiah.
Masalah muncul ketika di akhir acara,
Valencia tidak menerima dana apapun, bahkan penggiat BloodForLife itu diberikan
informasi bahwa acara itu hanya rekayasa. Valencia yang kecewa semakin kecewa,
ketika melihat tayangan acara malam itu di TVOne. Dia kemudian mengekspresikan
kekecewaanya di jejaring
sosial Twitter.
Yang terjadi kemudian adalah opini
publik terbentuk terhadap reputasi Fifie Buntaran sekaligus kredibilitas TVOne
sebagai stasiun TV berita. Komisi Penyiaran Indonesia menuduh TVOne melakukan
rekayasa, sebuah tuduhan yang kemudian ditangkis TVOne. Bahkan TVOne, melalui
GM Internal Affair-nya Toto Suryanto menyatakan tidak akan meminta maaf terkait
dengan tayangan tersebut. Sementara itu,
Fifie Buntaran yang merasa citranya dicemarkan dalam peristiwa ini belakangan
menunjuk seorang pengacara untuk menggugat TVOne dan memulihkan reputasinya.
8. Kisruh Tak Berujung PSSI
Prestasi sepakbola Indonesia yang sedang menanjak ternyata
tidak berjalan linier dengan citra induk organisasi yang menaunginya. Sebab
belum enam bulan sejak Kongres Luar Biasa PSSI untuk menggantikan kepemimpinan Nurdin Halid berlalu, kisruh
kembali terjadi. Kali ini ada tuntutan untuk membuat KLB PSSI yang diminta oleh
pihak-pihak yang dulunya menjatuhkan Nurdin Halid dan menunjuk Djohar Arifin
sebagai penggantinya. Alhasil,
PSSI-pun kerap dicitrakan secara negatif.
Entah apa yang terjadi di tubuh PSSI,
namun dualisme kompetisi sepakbola yang terjadi di Indonesia juga tidak
terselesaikan. Bahkan hal ini membuat organisasi sepakbola dunia, FIFA turun
tangan. Juru Bicara PSSI, Edi Elison, mengungkapkan FIFA mendesak PSSI menyelesaikan dualisme ini
melalui surat resmi FIFA yang diterima PSSI pada 22 Desember 2011.
Anehnya,
terjadi perubahan pada badan yang dianggap sah menggelar kompetisi sepakbola di
Indonesia. Dulu, Indonesia Super League (ISL) merupakan badan yang diakui PSSI. Namun saat ini posisinya terbalik. "Tiba-tiba,
barang yang dari dulu halal menjadi haram. Yang dulu legal jadi ilegal dan sebaliknya.
Ini aneh," komentar anggota Komisi X DPR RI, Deddy Gumelar.
9. Ancol
dan Isu Keselamatan
Tahun 2011 Ancol sempat terkena isu masalah keselamatan ketika
dua wahananya mengalami permasalahan yang mengakibatkan kecelakaan, yaitu
Tornado dan Atlantis. Tornado mengalami macet pada Juli 2011, saat menerbangkan
15 pengunjung, namun berhasil dilakukan evakuasi. Peristiwa macetnya Tornado
ini sempat ramai diperbincangkan meski kemudian media-media menulis bahwa
peristiwa ini terjadi semata karena kesalahan teknis, dan bukan karena
kelalaian.
Namun, pada September kecelakaan terjadi di Atlantis Water
ketika hiasan wahana tersebut ambruk. Peristiwa ini menyebabkan empat
pengunjung terluka. Berita beredar pertama kali di Twitter saat ada yang men-share foto rubuhnya papan seluncuran
tersebut. Bahkan peristiwa ini juga sempat mengundang komentar dari Gubernur
DKI Jakarta, Fauzi Bowo.
Menanggapi kejadian ini, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya
Ancol Budi Karya Sumadi langsung menyatakan permohonan maafnya kepada
pengunjung Atlantis Water Adventure. Pengunjung yang terluka ditangani di rumah
sakit, dengan biaya pengobatan ditanggung oleh pihak Ancol. Bahkan para korban
ini kemudian diberikan perlakukan khusus berupa tiket gratis masuk Ancol selama
setahun penuh.
10. Freeport
dan Isu Eksploitasi
Aksi mogok karyawan Freeport yang telah berlangsung selama
tiga bulan (September-Desember 2011), membuat citra korporat perusahaan tambang
dunia tersebut tercederai. Publik melihat Freeport sebagai perusahaan yang
mengeksploitasi tenaga kerja Indonesia dengan memberlakukan standar gaji yang
lebih rendah dibandingkan tenaga kerja asingnya. Isu lain juga muncul seperti
eksploitasi sumber daya alam dan fakta bahwa pembayar pajak terbesar di
Indonesia itu memberikan dana hingga 14 juta dolar AS kepada aparat untuk
mengamankan aset mereka di Papua.
Aksi mogok yang diikuti 6.000 karyawan atau 90% dari total
karyawan Freeport ini, sayangnya berjalan ricuh bahkan memakan korban jiwa dan
luka-luka akibat aksi penembakan dan pembubaran paksa. Hal ini diperparah
dengan aksi penembakan misterius yang masih sering terjadi di lingkungan
sekitar Freeport.
Untuk mengurangi kerugian yang berlanjut akibat mogok
besar-besaran ini, Freeport melakukan negosiasi yang sempat berjalan alot.
Kesepakatan damai antara manajemen Freeport dan Serikat Pekerja Freeport
akhirnya tercapai, dengan salah satu poinnya adalah persetujuan kenaikan gaji
karyawan. Freeport juga kemudian beriklan di media massa berisi pernyataan
komitmen mereka terhadap Indonesia.
11. Jembatan
Kukar Runtuh, Isu Korupsi Menyeruak
Bagaimana sebuah jembatan yang baru berusia 10 tahun bisa
runtuh, membuat banyak pihak bertanya-tanya sebab biasanya jembatan dibangun
dengan daya tahan minimum di atas 40 tahun. Oleh karena itu, runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanagara di Kalimantan Timur ini menimbulkan beberapa spekulasi,
termasuk indikasi adanya korupsi dalam pengerjaan proyek jembatan yang sering dibandingkan
dengan jembatan Golden Gate, San Fransisco ini.
Sampai saat ini, masih dilakukan penyelidikan mengenai
penyebab runtuhnya jembatan ini, namun beberapa pihak sudah mengambil
langkah-langkah tertentu untuk menjaga reputasinya. Salah satunya adalah Bupati
Kutai Kartanagara Rita Widyasari yang memberikan santunan kepada korban bencana
tersebut dari dana pribadinya, selain bantuan resmi dari Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanagara. (ISKI, MIX, Januari 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar