Masih ingat saat raja media Rupert Murdoch membuka
akun di Twitter, saat pergantian tahun 2011 ke 2012 lalu. Saat itu, tweet yang
dilontarkan Murdoch langsung membuat kehebohan karena membuat panas kuping pemerintah
dan orang-orang Inggris.
"Maybe Brits have too many holidays for broke
country!" demikian tulis tweet Murdoch, yang disebutkan ketika memposting
tengah menikmati liburannya.
Kata 'broke country' itulah yang dipermasalahkan.
Sebab menyimpan arti sebagai sesuatu yang negatif. Sontak saja, postingan itu
merupakan kicauan nyelekit bagi Inggris. Terlebih hal itu dilakukan oleh figur
sekaliber Rupert Murdoch yang menjadi salah satu orang terkaya di dunia lewat
kerajaan bisnis medianya.
Entah atas kesadaran sendiri atau ada masukan dari
orang lain, tak beberapa lama kemudian, tweet sarkastik tersebut langsung
dihapus Murdoch. Hanya saja, di Twitter semua informasi dapat terbang dengan
begitu cepat. Termasuk tweet yang baru saja di-delete Murdoch. Beberapa dari 40
ribu followernya sudah terlanjur meretweet 'broke country' tersebut.
Adalah seseorang yang memakai nama akun Wendi Deng
-- nama istri Murdoch -- sejatinya sudah
me-reply dengan cepat tweet kasar Murdoch tersebut. "RUPERT!! delete
tweet!!" tulis akun yang belum diverifikasi keasliannya itu.
Kemudian, akun Wendi Deng mencoba menenangkan keadaan
dengan menuliskan postingan bahwa apa yang dilakukan Murdoch hanyalah lelucon.
"EVERY1 @rupertmurdoch was only having a joke pROMSIE!!!" tulisnya
seperti dikutip Sydney Morning Herald, Senin (2/1/2012). "Coba menjelaskan
kepada @rupertmurdoch untuk hati-hati dengan humor di online. Karena terkadang
itu akan menjadi sesuatu yang kasar!" lanjutnya.
Seringkali, seseorang memang selalu memiliki kesan terhadap sesuatu yang dilihat, didengar atau dirasakan. seringkali muncul
keinginan untuk membagi pengalaman tersebut. Twitter merupakan media yang
memungkinkan seseorang untuk berbagi dengan cepat, meski dibatasi oleh jumlah
karakter yang bisa disampaikan.
Yang juga sering terjadi, ada penyesalan yang muncul
ketika seseorang baru saja melepas tweetnya itu. Itu bisa disebabkan oleh
respon public yang membacanya, kesadaran yang meuncul dengan sedirinya pada
orang tersebut atau karena alasan lainnya. Pada kondisi seperti itu, seseorang
tergoda untuk menghapus tweet yang telah dilontarkan.
Pertanyaannya, apakah pas kalau kita menghapus tweet
yang telah kita lempar ke publik? Bukankah percuma karena yang kita tweet (terutama bila bikin heboh) sudah diretweet atau dikopi orang lain? Jawabannya memang tidak sederhana. Ini karena sifat
publik atas segala sesuatu yang Anda tweet. Anda harus mempertimbangkan
kemungkinan munculnya sikap pro dan kontra ketika Anda menghapus tweet sebelum
Anda melakukannya.
Katakanlah Anda tweet sesuatu yang "bukan tentang merek" untuk bisnis Anda - seperti gambar yang tidak pantas pada suatu pesat meski diadakan di luar jam kerja Anda. Dalam hal ini, Anda bisa menghapus tweet ketika Anda sadar bahwa Anda seharusnya tidak mentweet itu. Namun, Anda harus ingat
bahwa yang Anda tweet, itu bisa saja sudah di retweet oleh salah satu dari pengikut
Anda.
Daripada menghapus ini tweet yang memalukan, Anda
mungkin perlu mempertimbangkan alternative lain. Misalnya, Anda bisa meminta
maaf untuk foto yang telah Anda posting. Anda bisa melakukan itu sambil
mengakui Anda telah melakukan kekhilafan. Namun, jika foto tersebut benar-benar
memalukan, Anda boleh menghapusnya.
Namun, bukan hanya menghapus foto tersebut.
Menghapus saja tidak cukup. Setelah Anda menghapus tweet, yang perlu dilakukan
adalah mengirimkan pesan pengakuan bahwa Anda memang telah menghapus tweet
tersebut dan meminta maaf. "Maaf untuk itu tweet (atau foto) yang lalu.”
Langkah itu sekaligus menunjukkan kepada orang-orang bahwa Anda menyadari Anda
telah melakukan kesalahan, tetapi Anda tidak ingin atau bermaksud jaha dengan tweet tersebut.
Jadi situasi apa yang memungkinkan suatu tweet dihapus?
- Apa pun yang bisa memperlemah merek (termasuk personal) Anda
- Sebuah tweet yang melanggar norma.
- Foto atau video yang memalukan
- Sebuah tweet yang memiliki beberapa masalah dalam ejaan atau tanda baca
- Sebuah tweet yang setengah jadi dan dikirim terlalu dini
Selain dalam konteks di atas, ada pula situasi
dimana Anda tidak perlu menghapus tweet “memalukan” . Misalnya, saat Anda kehilangan
argumen dengan pengguna lain, atau bila Anda mendapat umpan balik negatif lebih
dari satu pendapat yang berasal dari komunitas Anda. Jika Anda menghapus sebuah
tweet atau dua dalam satu situasi ini, Anda akan mengirimkan pesan bahwa Anda
tidak benar-benar tidak serius mengatakan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar