Setiap orang harus mengambil keputusan. Dalam perusahaan
misalnya, semua orang mulai dari CEO ke bawah dibayar untuk membuat keputusan. Seorang
presiden sebagai panglima perang misalnya, ketika menghadapi situasi gawat dia
harus memutuskan menyerbu atau bertahan. Di masa dama, dia harus memutuskan
apakah berhenti atau meneruskan jabatannya.
Pilihan itu juga dihadapi oleh bawahan, seorang office boy
misalnya. Setiap hari dia akan dihadapkan apakah harus memungut sampah yang
berceceran ketika bosnya sedang makan atau membiarkannya hingga sang bos
selesai makan.
Situasi ini memberi gambaran bahwa sebagai individu,
sepanjang kehidupannya, seseorang selalu dihadapkan pada persoalan yang memaksa
orang tersebut mengambil keputusan. Pemilik dan pengelola perusahaan juga harus
mengambil keputusan, bila tidak membuat keputusan, perusahaan akan mati.
Kalimat padanannya adalah setiap orang harus mengambil
keputusan. Dalam perusahaan, semua orang mulai dari CEO ke bawah dibayar untuk
membuat keputusan. Sebagai individu, sepanjang kehidupannya, seseorang
dihadapkan pada persoalan yang memaksa orang tersebut mengambil keputusan dan
mendapatkan manfaat atau kerugian dari keputusannya itu. Dengan kata lain,
pengambilan keputusan (decision making) dapat diartikan sebagai sebuah proses
dimana anggota organisasi memilih mengambil tindakan tertentu sebagai respon
terhadap peluang atau masalah yang dihadapi.
Dalam konteks ini pengambilan keputusan bisa dianggap
sebagai respon terhadap peluang untuk menghasilkan keuntungan dan manfaat bagi
organisasi tersebut. Sedangkan pengambilan keputusan sebagai respon terhadap
masalah, tentu saja, bertujuan untuk mengatasi masalah atau hambatan yang
mengancam kinerja organisasi.
Konsekuensinya, apabila pemilik dan pengelola bisnis dan
perusahaan tidak membuat keputusan, mereka akan mati. David Wethey, penulis
Decide, menunjukkan bagaimana hal ini telah dibuktikan melalui naik turunnya
perusahaan yang sebelumnya kuat seperti Marconi, Chrysler, Cadbury Schweppes
dan Lehman Brothers. Manajemen mereka selalu membanggakan dirinya pada
pengambilan keputusan yang kuat. Akan tetapi, ketika mereka memutuskan untuk
fokus pada masa depan yang tidak pernah datang dan meninggalkan “emas” yang
nyata-nyata ada di tangan dan menguntungkan, mereka tergilas.
Anda masih ingat berapa kali dan berapa banyak wacana yang
muncul di pentas politik Indonesia soal pengurangan subsidi bahan bakar minyak?
Sejak kenaikan harga minyak dunia yang begitu sulit ditebak, lebih dari tujuh
wacana tentang pengurangan subsidi tersebut, mulai dari penjatahan, kenaikan
harga hingga yang belakangan muncul yakni dualisme harga bahan bakar minyak.
Namun apa yang diputuskan? Sampai kini belum ada sama sekali.
Sebagai sebuah pemikiran Decide -- yang terdiri atas 312
halaman termasuk cover -- bisa dianggap telah memprovokasi pemikiran. Ini
karena buku ini banyak menggunakan pendekatan praktis dalam pengambilan
keputusan. Seperti yang dikatakan David Wethey, penulis Decide, hidup memberi
seseorang tantangan untuk membuat keputusan. Suka atau tidak, setiap orang
perlu melatih keterampilan ini setiap hari – baik di tempat kerja, di rumah,
bahkan setiap aspek kehidupan kita.
Namun, yang sering terjadi adalah seseorang membuat
keputusan tanpa benar-benar mempertimbangkannya secara kontekstual, mengkaji
pilihan dan meikirkan serta memprediksi implikasi dari tindakan kita. Atau
lebih buruk lagi, akhirnya mengelola konsekuensi dengan cara menghindari
mengambil keputusan yang sulit.
Disini, seperti yang dijanjikan Wethey, jika mengikuti
dengan tekun materi yang dipaparkan dalam buku ini benar, kemungkinan pembaca
untuk berkontribusi dan membuat keputusan yang efektif bukan sekadar
angan-angan. Ini membuktikan bahwa
sebenarnya pengambilan keputusan tidak harus menjadi suatu panjang sehingga
tidak sampai memunculkan kegaduhan. Pemikiran dan tips-tips dalam buku ini membantu pembaca membuat keputusan yang
tepat, dan memilih dari pilihan dengan bijaksana, apakah Anda memiliki waktu 60
hari, 60 menit atau hanya 60 detik. Syaratnya, Anda harus mampu menggabungkan pemikiran
rasional dan lateral.
Buku ini cocok untuk praktisi bisnis secara luas dan
audience profesional serta pembaca umum. Ini
karena bahasa yang ditampilkan dalam buku ini sederhana dan tidak diisi
dengan jargon atau model bisnis yang rumit. Studi kasus yang ditampilkan juga
universal dan menarik untuk membangun argumen. Diakui bahwa pengambilan
keputusan tidak mudah, ada aturan yang bekerja.
Dengan contoh-contoh yang
diambil dari organisasi atau orang-orang berlatar belakang politik, olahraga,
bisnis, militer dan bahkan situs kencan, Decide menekankan pentingnya kedua
pemecahan masalah secara kreatif dan mengelola keputusan seluruh.
Menurut Wethey, ada lima aturan dalam pengambilan
keputusan. Pertama, setiap keputusan
penting adalah perjalanan (journey), bukan satu langkah. Kedua, Anda harus
mengajukan pertanyaan yang tepat di awal untuk memastikan Anda beroperasi dalam
bingkai yang benar. Ketiga, plotting skenario adalah bagaimana Anda datang ke
keputusan yang tepat, dan untuk itu Anda perlu intelijen yang seterbaik
mungkin.
Keempat, eksekusi merupakan satu hal yang sangat penting. Sebuah
keputusan besar bila dieksekusi secara buruk akan gagal. Kelima, belajar dan
umpan balik sangat penting, karena pengambilan keputusan adalah aktivitas yang
terus terus menerus dan setiap keputusan yang Anda ambil akan menginformasikan
keputusan lain yang Anda harus buat di masa depan (Halaman 94)
Buku ini terdiri atas 11 bab. Bab pertama buku ini disebut
penulisnya sebagai Dreams and Determination. Di bab ini, penulis memaparkan
kisah dari beberapa orang yang luar biasa. Kisah-kisah tersebut diperoleh
penlis dari berbagai wawancara. Yang diwawancarai adalah individu-individu luar
biasa di bidangnya. Para professional tersebut memiliki berbagai latar belakang
profesi, mulai dari angkatan bersenjata, politik, hukum, kedokteran, akademisi,
amal, olahraga, perjudian dan sebagainya. Dari berbagai wawancara tersebut,
penulis yakin bahwa ada korelasi yang jelas antara keberhasilan dan kemampuan
pengambilan keputusan.
Bab 2 (Mimpi Buruk) menampilkan hal yang sebaliknya. Bab ini
memaparkan tentang hal-hal yang bisa salah, dan mengapa bisa salah. Tidak ada
orang yang mengatakan bahwa pengambilan keputusan itu mudah. Beberapa derajat
kesalahan seringkali tidak bisa dihindari. Bab ini tidak dimaksudkan untuk
membangkitkan rasa takut akan kegagalan, melainkan untuk menunjukkan beberapa
perangkap yang mungkin bisa membuat orang terperngkap dalam kegagalan.
Melakukan kesalahan baik saat ini maupun di kemudian hari adalah bagian dari
menjadi manusia. Akan tetapi menghindari bencana serius adalah sama pentingnya
dengan mengejar sukses.
Semua keputusan bukanlah sesuatu yang berjalan dalam satu
tahapan. Dalam buku ini, perjalanan keputusan secara efektif dimulai pada Bab 3
yang menekankan pentingnya peluang - mengidentifikasi dan mengeksploitasi
mereka. Identifikasi ini juga bermanfaat untuk menemukan kekuatan. Seperti
diketahui, kalangan akademisi telah membuat kemajuan besar dalam memahami cara
otak bekerja.
Pikiran sadar seseorang hanya bisa mengatasi sebagian kecil
dari apa yang kita lihat dan alami. Otak bawah sadar jauh lebih dari pikiran
bawah sadar sepertiyang dikatakan Freud dan Jung. Ibarat sebuah system control,
otak bawah sadar manusia berperan dalam membentuk sikap, keyakinan, kebiasaan
dan persepsi. Otak bawah sadar juga merupakan pabrik komputerisasi yang
mengendalikan kemampuan fisik kita, seperti fungsi motorik, detak jantung,
pernapasan, pencernaan dan sebagainya.
Konteks ini dibahas penulis di Bab 4 dengan sub tema Pengambilan
Keputusan yang cerdas. Menurut penulis, pengambilan keputusan yang cerdas
adalah gabungan antara pemikiran dan pemanfaatan kekuatan otak bawah sadar. Akan
tetapi, pengambil keputusan biasanya dihadapkan pada kendala waktu. Waktu yang
tersedia untuk membuat keputusan adalah titik fokus dari buku ini. Sangat
penting untuk mengetahui seberapa banyak rentang waktu yang kita miliki ketika
dihadapkan pada keharusan mengambil keputusan.
Bab 5 buku ini membahas masalah waktu dan keajaiban nomor
60. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa semakin cepat seserang dalam mengmbil
keputusan, semakin naluriah kita harus bertindak. Menurut penulis, pada
dasarnya otak bawah sadar dapat mengelola sendiri cukup banyak tantangan.
Karena itu. pengambilan keputusan cepat adalah fungsi dari pelatihan dan
pengalaman.
Artinya, dalam situasi darurat, orang terlatih dan
berpengalaman memiliki rasa percaya diri akan kemampuan mereka dan keputusan
yang mereka buat, dan saat yang sama mereka melakukan hal tersebut dengan penuh
kehati-hatian. Kalau demikian, apakah hanya orang-orang seperti pilot pesawat
tempur, pemadam kebakaran, tentara dan wasit yang bisa membuat keputusan cepat?
Tidak juga, karena kalau diperhatikan, banyak motivasi yang
muncul ketika seseorang berada dalam dalam keadaan stress. Ketika seseorang
menghadapi suatu tekanan, reaksi alami yang muncul adalah defensive, membantu
orang lain, menyelamatkan nyawa, atau menghindari bahaya. Sekarang kita
menyadari bahwa kita semua memiliki sejumlah 'keterampilan autopilot' akibat
dari pengalaman yang kita dapatkan saat mengemudi mobil, dan menghadapi
jalan-jalan padat dan stasiun di jam sibuk, memasak, bermain sepak bola dan
menggunakan komputer atau smartphone. Pada situasi seperti itu, tidak banyak
waktu untuk melakukan analisis rinci. Keputusan harus segera dibuat karena
kalau menggantung, Anda akan kehilangan.
Dalam konteks saat ini, penulis membahas kekuatan media
sosial. Selain menyediakan akses ke seluruh area, media sosial memberi semua daerah
untuk mengakses kita. Kecepatan komunikasi melalui media sosial membuat suatu
pesan menjadi tidak dapat ditarik kembali sehingga mengubah aturan keterlibatan
bagi semua orang di mata publik. Ketika dilanda kontroversi atau skandal,
pilihan bagi para politisi, pemimpin bisnis dan bahkan manajer sepak bola mau
tetap tiarap dan tidak membuat komentar atau terlibat.
Sebelum menutup buku ini dengan berbagai tips yang bisa
dipraktekkan ketika seseorang mengabil keputusan, penulis menyisipkan bab
keputusan yang berkaitan dengan “cinta.” Agak aneh memang. Namun, dalam
kehidupan sehari-hari, topik itu menjadi relevan karena pada setiap waktu,
tahapan, dimanapun, cinta selalu menjadi perhatian utama.
Meski demikian, analisis yang ditampilkan Wethey dalam bukunya
ini tetap didominasi dengan dasar
konteks bisnis. Menurut Wethey, untuk menjadi pembuat keputusan yang
baik Anda harus menjadi perencana keputusan yang baik. Perencanaan keputusan
dapat secara signifikan ditingkatkan dengan membentuk sebuah tim, dan di
perusahaan-perusahaan dan organisasi tidak ada pilihan selain membentuk Tim.
Sebab bagaimanapun seorang individu memiliki kapasitas yang
terbatas. Bila dua orang atau lebih bekerjasama output mereka tidak hanya
menjadi tidak hanya sekadar penambahan atau penjumlahan dari dua kemampuan
individu bersangkutan yang dicapai bila bekerja secara individu. Dengan
bekerjasama, mereka mampu meningkatkan kegunaan kekuatan masing-masing dan
saling menutupi kekurangan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar