Di sisi lain, pertemuan adalah sesuatu yang paling berharga bagi manusia. Ini mempunyai makna bahwa media sosial tidak hanya dipandang sebagai saluran baru untuk mencapai dan berinteraksi dengan pelanggan, melainkan juga secara fundamental mengubah cara perusahaan dalam mengidentifikasi, mengembangkan, mengedukasi, dan mendukung pelanggan.
Sebagai media kampanye, media sosial memiliki kekuatan yang
lebih besar dibandingkan dengan interaksi langsung gaya lama. Saat ini, di
mana-mana orang memperbincangkannya, entah itu pelayan, sopir taksi, pemilik
toko, penjual, maupun orang yang duduk di samping meja makan Anda. Bahkan media
sosial kini menjadi trend setter sehingga ketika seseorang tidak memiliki satu
akun merasa tertinggal. Karena itu, wajar setiap muncul satu bentuk media
sosial baru orang, termasuk perusahaan,
berbondong-bondong mengaplikasinya. Salah satu alasannya adalah kita
takut didahului oleh orang lain.
Media sosial adalah sarana, bukan tujuan. Dalam konteks ini,
media sosial seringkali disalahkan ketika tujuan yang diharapkan tidak
tercapai. Orang atau perusahaan sering membuat akun di setiap situs media
sosial yang baru muncul, menghabiskan sedikit waktu berharga yang mereka
miliki, tetapi kemudian meninggalkannya sampai mati sendiri jika tidak ada
hasil yang segera dinikmati.
Manajemen PT Ultrajaya termasuk pemilik brand yang menyadari
peran penting social media dalam meraih segmen ‘melek’ internet. Sejak 2010,
dua brand utama yang mereka miliki—Ultra Milk dan Teh Kotak, mulai membina komunikasi dengan target consumer-nya
melalui social media. MIX mengamati, akun Thanks to Nature milik Teh Kotak
mendapatkan lebih dari 10 ribu fans yang me-“like” Facebook-nya, sedangkan di
Twitter ia di-follow oleh lebih dari 8
ribu akun. Mymilk_id milik Ultra juga
memiliki hampir 8.500 follower di mikrobloging Twitter. Sementara di Facebook
interaksinya lebih spektakuler lagi. Ada lebih dari 48 ribu akun memberikan
“like” pada komunitas yang diperkenalkan
untuk memopulerkan budaya minum susu cair segar tersebut.
Website kedua akun juga terbilang interaktif. Head of Marketing PT Ultrajaya Siska Suryaman
kepada Nurur Bintari dari Majalah MIX
mengungkapkan, Website kedua brand utama itu sudah mulai dibangun
setahun sebelumnya, dan kemudian diintegrasikan dengan digital media, termasuk
dalam membina komunitas. Masuknya Ultra
Group ke dalam pusaran social media ini tentu bukan sekadar mengikuti tren.
Siska menilai digital media memiliki beberapa keunggulan dibandingkan media
konvensional sepanjang dirawat secara konsisten. Yang paling penting adalah
kecepatannya dalam men-deliver pesan dengan cukup baik melalui kemampuan
blast-nya.
Bukan cuma untuk menginformasikan kegiatan. Secara
terintegrasi media sosial mereka manfaatkan untuk mengirimkan pesan-pesan
terkait dengan campaign yang mereka miliki. Seperti sudah disinggung di atas,
akun Mymilk di Facebook dan Twitter bertujuan untuk mempopulerkan budaya minum
susu cair, sementara Thanks to Nature (TTN)-nya Teh Kotak menyampaikan pesan
mengenai kepedulian terhadap alam.
Agar tidak menjadi generik, TTN tidak
sekadar mengampanyekan green living, namun juga menyerukan ajakan perubahan
kebiasaan hidup. “Kami melihat Facebook dan Twitter punya kekuatan untuk
menyampaikan fakta-fakta yang belum terungkap namun tidak bisa disampaikan
melalui media biasa,” ujar Siska dalam sebuah perjalanan di Jawa Timur.
Salah satu hal yang menjadi indikasi efektivitas media
sosial mereka adalah banyaknya percakapan yang terjadi. Jumlah percakapan yang
tinggi memberikan indikasi bahwa digital marketing memberikan peran signifikan
terhadap kinerja brand tersebut, dan pada saatnya nanti mungkin juga bisa untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan merek bersangkutan.
Tujuan inilah yang membuat Siska dan kawan-kawan selalu
mengaitkan percakapan dengan kegiatan atau kampanye brand. Pemilihan akun
mymilk id dan Thanks to Nature merupakan upaya konsistensi agar konsumen tidak
bingung terhadap program yang mereka
miliki. Konten percakapan sudah mereka persiapkan untuk beberapa periode,
dengan jadwal penayangan yang terencana. Karena menyangkut interaksi selama 24
jam sehari, Siska mengakui mereka butuh administrator tersendiri yang
dialihdayakan kepada pihak ketiga. Namun begitu, pemilik brand tetap mengontrol
konten yang akan di-blast. “Bisa dibilang 75% konten dan message dari kami,”
tambahnya.
Untuk memancing percakapan agar lebih hit, mereka sering
mengadakan quiz dengan pancingan hadiah yang menarik disesuaikan dengan
brand-nya. Mereka juga tidak menafikan keberadaan buzzer/blogger/praktisi media
sosial untuk membantu melipatgandakan tersampaikannya pesan. Sudah tentu yang
dipilih adalah tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan retweet dengan banyaknya
jumlah follower. Beberapa waktu lalu mereka sempat menggandeng presenter dan
komedian Desta dan Vincent khusus untuk
kampanye Ultra bertajuk ‘Make Your Move’.
Berdasarkan pengalaman, kebanyakan jumlah follower Twitter
tiba-tiba menjadi naik kalau ada activation. Jadi mayoritas follower adalah
mereka yang interest dengan event-nya
itu sendiri. Namun untuk brand-nya
sendiri, lanjut Siska, mereka masih
mencari figure yang tepat. Yang jelas, ia justru menghindari pemilihan
selebriti media sosial yang menyediakan
jasa twit berbayar—kendati mereka memiliki follower seabrek. Alasannya, sekali
lagi, adalah demi kredibilitas brand. Karena publik bisa menyimpulkan semua
pesan yang disampaikan selebriti tersebut melalui tweet berbayarnya adalah
selayaknya iklan, bukan sesuatu yang tulus disampaikan dari hati sang seleb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar