Media sosial tidak lagi hanya digunakan sebagai alat
pemasaran yang cerdik. Kini, media sosial berkembang menjadi saluran yang cepat
untuk layanan pelanggan. Ini karena saat ini lebih dari setengah konsumen
menggunakan media sosial sebagai alat yang bisa secara langsung menjangkau
perusahaan guna menyampaikan keluhan, mengajukan pertanyaan, atau melaporkan
kepuasan (Riset Nielsen tentang Media Sosial, 2012).
Para peneliti melaku dan kan studi tentang berbagai faktor
yang menentukan perilaku keluhan mendapati bahwa pada dasarnya keluhan tentang
ketidakpuasan yang dirasakan pelanggan adalah sesuatu yang diperlukan oleh perusahaan. Tujuannya adalah
perusahaan dapat mengevaluasi seberapa serius layanan yang berikan dan terus
menerus melakukan perbaikan.
Persoalannya, perilaku keluhan tidak selalu terjadi meski
konsumen mengalami ketidakpuasan. Persepsi konsumen terhadap rasio biaya dan manfaat sehubungan dengan penyampaian
keluhan, jenis pembelian, loyalitas merek, kepribadian individu, dan variabel
demografis lainnya cenderung mempengaruhi perilaku keluhan tersebut.
Konsumen seringkali merasa percuma menyampaikan keluhan,
terutama ketika mereka mengalami ketidakpuasan terhadap produk atau layanan perusahaan
atau merek besar, sebab toh apa artinya keluhan satu orang dibandingkan jumlah
konsumen lainnya yang kebetuan tidak mengalami ketidakpuasan.
Kedua, konsumen seakan belum menemukan mediayang bisa
menyuarakan keluhannya itu. Media-media konvensional yang ada harus diakui
tuangannya terbatas. Di sisi lain, keluhan dari pembaca bisa jadi sangat
banyak. Karena itu, bisa jadi media konvensional tidak bisa mengakomodir semua
keluhan konsumen yang dikirim ke media tersebut. Setidaknya konsumen perlu
menunggu keluhannya itu dipublikasikan dan dibaca oleh pengelola merek atau
perusahaan yang dikeluhkannya.
Ketika media sosial berkembang pesat, konsumen memilih
menggunakan media sosial tersebut untuk menyuarakan keluhannya. Kosumen yang
memiliki pengalaman buruk seringkali membicarakannya dengan beberapa orang
lainnya untuk setidaknya mengiformasikan dan mendapatkan dukungan atas ketidakpuasan
mereka. Sekitar dua-pertiga responden mengatakan bahwa mereka merasa harus
berbicara dengan seseorang tentang pengalamannya yang tidak menyenangkan
tersebut.
Mereka juga seringkali membicarakan pengalaman mereka dalam
mendapatkan respon yang tidak mereka harapkan baik dalam konteks waktu maupun
solusinya kepada orang lain, terutama bila respon yang diberikan perusahaan
atau merek dinilainya terlalu lama atau bahkan tidak direspon.
Ketika mereka berbagi pengalaman dengan pelanggan lainnya, ada
perasaan lega karena mereka tidak seakan tidak menanggung ketidakpuasan itu
sendirian. Sementara itu di perusahaan ada risiko yang harus diterima ketika
pelanggan itu menyampaikan pengalaman buruknya. Paling tidak berita buruk lebih
cepat dan lebih lama menancap dibandingkan pengalaman baik. Jadi sebuah info
negatif lebih sulit dilupakan ketimbang pengalaman baik. Dengan kata lain,
pelanggan lebih suka berbagi pengalaman layanan pelanggan yang buruk daripada
yang baik, tidak peduli saluran komunikasi apapun yang mereka gunakan.
Pelanggan sendiri menggunakan media sosial untuk mengungkapkan
keluhan mereka karena mereka faham tentang kekuatan media sosial dalam
menyebarkan keluhan mereka. Mereka
mengetahui bahwa posting negatif mereka tentang hal negatif dapat dengan cepat
bak virus. Mereka juga menuntut perusahaan merespon baik pertanyaan atau
keluhan secara cepat. Menurut laporan Oracle (2012), hamper setengah
dari pengguna Twitter berharap perusahaan merespon keluhan atau pertanyaan
mereka dalam waktu dua jam, sementara 51% pengguna Facebook mengharapkan respon
dalam waktu 24 jam.
Fenomena ini memberikan gambaran kepada perusahaan bahwa
bila perusahaan atau merek bisa secara cepat merespon dengan solusi terhadap masalah
yang ditemui pelanggan, tidak hanya dapat membendung gelombang negatif, tetapi
juga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memberikan layanan pelanggan positif
bagi semua pengikut mereka.
Lalu merek atau perusahaan yang paling cepat merespon
keluhan atau pertanyaan pengguna media sosial tersebut. Berdasarkan riset yang
dilakukan Socialbaker Halo BCA, adalah merek yang paling cepat di
dunia dalam menanggapi keluhan atau pertanyaan di Twitter. Berdasarkan
perhitungan Socialbaker, rata-rata jangka waktu
Halo BCA menjawab pertanyaan pengguna hanya tiga menit! Tidak hanya itu,
tingkat responsifnya juga mencapai 95%.
Halo BCA (@HaloBCA) merupakan akun twitter yang dimiliki oleh Bank
BCA, sebuah bank papan atas yang berbasis di Indonesia. Akun tersebut sampai
hari ini (5 Juli 2013) memiliki 11956 follower dengan tagline BCA senantiasa di
sisi Anda 24 x 7 lengkap dengan nomor telpon 500888 atau (021) 500888 dari
ponsel. Ini menandakan bahwa akun @HaloBCA memang disediakan untuk melayani
keluhan dan pertanyaan pelanggan.
Sementara itu, American Airlines dan JetBlue Airways adalah perusahaan
penerbangan tercepat dalam menanggapi pertanyaan atau keluhan pelanggan di
Twitter. Waktu toleransi mereka dalam menanggapi pertanyaan atau keluhan di
Twitter rata-rata 12 dan 13 menit.
JetBlue Airways memberikan contoh yang baik dari kekuatan
bersikap proaktif ketika badai salju besar didasarkan pesawat tersebut. Sebuah
video YouTube yang berisi tentang penjelasan CEO perusahaan tentang masalah
tersebut. Video tersebut mendapatkan dukungan luas dari pelanggan, dan
menciptakan pendukung sosial yang membantu menyebarkan kata tersebut ke
pelanggan yang lain.
Fenomena ini memberikan pesan tentang pentingnya merespon
dengan cepat atas pertanyaan pelanggan, terutama di bisnis perbankan atau
penerbangan di mana penundaan dan krisis (seperti cuaca) seringkali tidak dapat
dihindari. Dengan menanggapi pertanyaan pengguna dengan cepat, perusahaan
setidaknya bisa menyelesaikan masalah penerbangan dan mencegah penyebaran sentimen
negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar