Dari banjir di beberapa daerah, gempa bumi di wilayah Banyumas,
tanah longsor hingga kisruh pengelolaan kebun binatang Surabaya yang
mengakibatkan puluhan satwa penghuninya mati mengenaskan pada 2014 ini merupakan
isu-isu yang menjadi tantangan dan peluang dalam corporate social
responsibility (CSR). Dalam konteks bencana seperti diatas, perusahaan, pemerintah,
lembaga non pemerintah serta konsumen memiliki perspektif yang sama, bahwa
mereka harus berbuat. Mereka harus melakukan sesuatu untuk mempercepat
perubahan positif.
Berikut tulisan tentang trend CSR 2014. Tulisan pertama
tentang ini dimulai dengan pemberdayaan konsumen. Pemberdayaan konsumen ini
disini mengasumsikan bahwa daya beli atau minat beli konsumen dapat
ditingkatkan bila konsumen diberi kekuasaan yang lebih besar tanpa harus
mengorbankan kepentingan ekonomi perusahaan penyedia barang atau layanan.
Memberdayakan pelanggan adalah tugas untuk perusahaan individu, dan dapat juga dilihat
sebagai strategi untuk menarik pembeli berulang.
Pemberdayaan Konsumen
Pedesaan. Tahun 2013 merupakan kebangkitan teknologi informasi. Banyak
aplikasi-aplikasi baru yang secara fantastis mendapatkan tempat di konsumen. Konsumen
sekarang semakin melek informasi dan menggunakannya sebagai sinyal persetujuan
atau ketidaksetujuan bahkan perlawanan terhadap praktik-praktik bisnis tertentu.
Begitu pertumbuhan pasar di belahan benua negara-negara maju
seperti Amerika Utara, Eropa Barat dan Jepang, mulai stagnan, perusahaan
memfokuskan perhatian pada upaya memanfaatkan peluang di luar pasar ini.
Besarnya potensi konsumen dan tingginya tingkat pertumbuhan negara-negara
emerging market seperti Brazil, Rusia, India dan China memicu meningkatnya
minat kalangan CEO dan manajer dari perusahaan dari negara-negara industri
Barat untuk lebih serius menggarap pasar ini.
Saat ini mereka mungkin sudah masuk ke pasar negara-negara
terseut. Namun, bagaimanapun, fokus mereka lebih banyak untuk menargetkan
konsumen kaya di daerah perkotaan di negara-negara tersebut (Wilson dan
Purushothaman, 2003). Seringkali produk dan strategi branding yang digunakan
dalam industri negara-negara Barat memanfaatkan segmen pasar ini dengan sedikit
adaptasi kecil produk dan brand positioning, harga, promosi dan strategi
distribusi.
Padahal, potensi pertumbuhan utama tidak terletak pada
konsumen berpenghasilan tinggi yang tinggal di daerah perkotaan, tetapi dalam
jumlah besar dari konsumen berpenghasilan rendah di daerah pedesaan (Prahalad ,
2006; Mahajan dan Banga , 2006). Di Indonesia dan India, sebuah negara yang
didominasi pertanian, lebih dari 70 persen penduduknya tinggal di daerah
pedesaan, dan di China hampir 60,5 persen penduduknya tinggal di daerah
pedesaan (Human Development Report, 2006).
Rendahnya tingkat variabilitas pendapatan, bersama-sama
dengan fragmentasi permintaan, mengakibatkan kebutuhan konsumen yang sangat
berbeda dan kemampuan untuk membeli produk dibandingkan dengan konsumen
perkotaan. Ini bersama dengan penyebaran geografis dan kurangnya infrastruktur
distribusi yang efektif memerlukan pemikiran ulang yang radikal dari strategi
pemasaran tradisional dan pengembangan, pendekatan yang lebih kreatif baru
untuk memanfaatkan potensi laten di pasar ini .
Strategi perlu menekankan tidak hanya membangun organisasi
yang kuat untuk mencapai pasar tersebar luas di wilayah ini, tetapi juga untuk
mengadopsi perspektif yang lebih luas dalam mempertimbangkan kebutuhan konsumen
dan konsumsi pola, dengan fokus terutama pada konteks sosial dan ekonomi dari
konsumsi dan driver yang mendasari konsumsi dan membeli perilaku. Disnilah
pentingnya mengembangkan mekanisme untuk memberdayakan konsumen dan mencari
cara untuk meningkatkan daya beli mereka.
Tahun lalu, Nescafe peluncuran program tanaman kopi petani
di Lampung, salah satu daerah pengekspor kopi terbesar di Indonesia. Saat ini
petani kopi di Lampung menghadapi permasalahan produktivitas dan kualitas kopi
menyusul banyaknya tanaman kopi yang sudah tua.Atas dasar itu, Nescafe
menggagas kampanye The Nescafe Plan—Di Balik Secangkir Nescafe sebagai upaya
pelestarian kembali tanaman kopi tua yang sudah ada sejak periode tanam paksa
ketika masa penjajahan Belanda dulu. Lewat kampanye ini Nescafe tidak memberi
'ikan' tapi memberi 'kail' agar para petani bisa sustain dalam meningkatkan
sendiri produksi kopinya dengan bantuan kami lewat bibit unggul.
Cotoh lain seperti yang dilakukan Forbes Marshall – sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang pertekstilan di India – yang percaya pada
filosofi, berkontribusi dan memberikan kembali kepada masyarakat tempat mereka
beroperasi. Karena itu, ketika mereka membangun pabrik pertamanya di Pune pada
1958, Forbes Darius – sang pemilik -- merasa itu tidak cukup untuk hanya
membeli tanah dari petani pemilik asli dari tanah. Mereka harus aktif dan
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat di sekitar perusahaan
beroperasi. Jadi pekerjaan pertama di perusahaan adalah menawarkan pekerjaan
kepada keluarga para petani dan melatih mereka keterampilan mengoperasikan
mesin. Mereka juga menyediakan perumahan dan sanitasi yang layak buat para
petani.
Saat ini inisiatif sosial Forbes Marshall mencakup tiga
wilayah geografis utama Pune - Kasarwadi pinggiran kota industri di mana pabrik
utama berdiri, Morwadi -- sebuah daerah kumuh perkotaan yang berdekatan dengan
pabrik di Pimpri (6 kilometer jauhnya dari pabrik di Kasarwadi), dan desa
Bopkhel di dalam kampus CME di Dapodi (sekitar 5 kilometer jauhnya dari
Kasarwadi ) .
Sebagian besar inisiatif bukan hanya dalam bidang kesehatan
dan pendidikan untuk anak dan remaja, tetapi juga pengembangan sikap dan
kepribadian, hak-hak hukum, membangun kesadaran dan pelatihan keterampilan bagi
perempuan sesuai tingkat minat mereka sehingga bisa kaum perempuan bisa
menghasilkan pendapatan tambahan di rumah dan akhirnya inisiatif pendidikan
kecakapan hidup bagi remaja.
Dalam melakukan kegiatan ini, Forbes Marshall biasanya
bermitra dengan LSM (organisasi non profit) yang memiliki keahlian di berbagai
bidang serta memiliki filosofi yang sama tentang bagaimana membuat perubahan
positif di dalam kehidupan masyarakat. Disini Forbes Marshal tidak memutuskan
sendiri tentang apa yang dilakukan melainkan bersama kelompok lain dan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan target audiens. Program dirancang secara matang dengan
melibatkan masyarakat yang menjadi target audience. Mereka berbicara tentang
visi mereka secara keseluruhan, hambatan yang membuat visi itu terwujud, yang
perlu diubah. Akhirnya rencana aksi yang telah dibuat didistribusikan ke
kelompok-kelompok yang bekerja sesuai dengan rencana dalam waktu tertentu.
Disini Forbes Marshal hanya bertindak sebagai katalis dalam mewujudkan
perubahan (http://www.forbesmarshall.com/History.aspx).
Pemberdayaan Konsumen
Perkotaan. Bila saat ini banyak perusahaan yang fokus pada konsumen
pedesaan, hal itu bukan berarti meninggalkan pasar perkotaan. Pemberdayan
konsumen perkotaan, pemberdayaan konsumen perlu dilakukan dengan edukasi akan
kesadaran antara lain terhadap praktik periklanan, penjualan, dan komunukasi
pemasaran yang cenderung menimbulkan bias norma dan etika. Agustus tahun lalu, Pengadilan
Federal di Melbourne menyatakan clsebuah perusahaan vacuum cleaner melakukan
hal yang tidak semestinya sewaktu menjual alat penyedot debu, Lux, kepada tiga
orang perempuan sepuh di rumah mereka. Badan pengawas konsumen, Komisi
Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) pertama kali mengajukan gugatan
terhadap Lux tahun 2012.
Menurut ACCC, antara tahun 2009 dan 2011, petugas sales dari
Lux mendatangi lima orang perempuan tua di rumah mereka dengan alasan akan
melakukan pemeriksaan pemeliharaan alat penyedot debu secara gratis. Dikatakan,
perempuan-perempuan itu mengalami taktik penjualan yang tidak adil dan didesak
agar membeli alat tersebut yang harganya sampai $2.280.
Gugatan ACCC terhadap perusahaan Lux itu dinyatakan kalah
dalam bulan Februari tahun ini. Akan tetapi hari ini keputusan itu ditumbangkan
oleh pengadilan banding. Penyidangan banding itu menyangkut kasus tiga dari
kelima orang konsumen tadi. Pengadilan Federal di Melbourne menyatakan
perusahaan Lux melanggar undang-undang praktek dagang serta undang-undang
konsumen Australia dan melakukan perbuatan yang tidak semestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar