Dari #McDStories hingga
#ILoveWalgreens dan # ObamacareIsWorking, merek dan lembaga pemerintah tampaknya
tidak mau mengambil pelajaran dari masa lalu saat hastags Twitter mereka
dibajak. Itu pula yang terjadi dalam pnggunaan media sosial oleh Departemen
Kepolisian New York (NYPD).
Ketika Departemen Kepolisian New York meminta pengguna
Twitter untuk berbagi foto-foto mereka dengan polisi (15/4), mereka mungkin
mengharapkan beberapa adegan dalam situasi yang baik, misalnya atau wisatawan dengan kuda polisi di Times
Square. Atau beberapa posting foto diri dengan petugas sambil tersenyum.
Realitasnya, tidak semua seperti yang diharapkan.
Segera setelah posting permintaan itu keluar dari akun
Twitter resmi departemen, badai pengguna yang mengambil kesempatan berdatangan.
Yang menyedihkan mereka bukannya melampirkan beberapa gambar yang paling baik.
Justru yang mereka posting kebanyakan adalah foto-foto yang mencitrakan
buruknya perlakukan petugas polisi New York City yang sebagian besar bisa
ditemukan di Internet.
Misalnya, ada foto yang memperlihatkan petugas polisi menahan
seorang fotografer di trotoar dan supervisor berbaju putih yang memutar lengan.
Foto-foto itu diambil saat berlangsung aksi protes Pendudukan Wall Street, 2011
silam. Seorang petugas menggetok seorang pengendara sepeda hingga jatuh ke
tanah selama protes, seekor anjing ditembak. Petugas di pengadilan, atau tertidur
dalam keadaan berseragam di kereta bawah tanah.
Meski harus diakui bahwa ada juga yang positif. Misalnya, seorang polisi Lawrence Deprimo yang membelikan sepatu baru untuk seorang pria tunawisma yang ditemuinya di Times Square.
Gambar-gambar tersebut sudah tentu seakan batu sandungan
yang memalukan atas apa yang telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Ini
membuat kepolisian New York sibuk meladeninya menjawab pertanyaan, terutama
yang datang melalui layanan pesan singkat .
Selama ini, lima komandan kepolisian kota mewakili departemen
yang dipimpinnya selalu menulis pesan melalui akun Twitter mereka. Sejauh ini, informasi
yang mereka sampaikan pada umumnya adalah tentang hal-hal yang bersifat lokal, plus
foto pose seorang polisi tersenyum, dan pada saat paska lalu ada foto foto polisi
berburu telur Paskah. Sejauh itu tak ada masalah.
Komisaris William J. Bratton aktif di akun Twitter-nya
sendiri sejak berbulan-bulan lalu. Dengan dengandalkan seorang petugas dari tim
komunikasi departemen untuk menulis sebagian besar pesan, Pak Bratton juga memasukkan pesan setengah
resmi - seperti yang dapat dilihat dari serangkaian posting mulai dari
pertemuan tertutup para kepala polisi pada bulan Januari - dan gambar yang
memperlihatkan kegiatan mereka
sehari-hari, mulai dari penangkapan geng di Bronx hingga kunjungannya ke
Boston beberapa waktu lalu.
Persoalan baru muncul saat postingan berisi tawaran itu.
Namun demikian, seperti yang dikemukakan juru bicara departemen, Wakil Kepala
Polisi Kim Y. Royster, meski ada gangguan tesebut, namun departemen nya telah menciptakan
cara-cara baru untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat. Dia juga
mengatakan bahwa Twitter yang tersedia adalah sebuah forum terbuka untuk
pertukaran yang tak tersensor yang bisa jadi “akan menjadikan kota kami menjadi
lebih baik."
Karena itu pula, pengalaman tersebut tidak akan membuat NYPD
berhenti memanfaatkan media sosial. Bahkan mereka akan semakin mendorong maju melalui
upaya media sosial. Juru bicara puncak NYPD, Stephen Davis, mengatakan, "Anda tentu bisa mengambil yang baik dari
yang buruk.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar