Kunci pertama untuk memperoleh
manfaat dari kekuatan
Facebook adalah menyadari bahwa ketika bergabung dalam seseorangatau
lembaga harus siap mendengarkan (dan
meresponnya) apa yang dikatakan oleh orang lain tentang dirinya.
Idealnya, dari perspektif pemasaran, media yang diperoleh (earned media)
berisi dukungan dari orang-orang yang memiliki pengetahuan, dihormati pelanggan
yang bersedia membela merek kita, atau yang dikatakan pihak ketiga yang ahli
dan berbagi pengalaman positif mereka serta mempengaruhi orang lain.
Namun satu hal yang perlu disadari adalah bahwa ketika
bergabung ke media sosial berarti memberi peluang kepada orang lain mengatakan
tentang kita. Yang dikatakan orang lain tentang kita itu seringkali di luar kontrol
kita yang
kadang-kadang tak terduga.
Ketika bergabung dengan media
sosial, seseorang juga harus menyadari bahwa media sosial adalah sarana
bagi orang lain, pelanggan atau yang lain yang berkepentingan dengan kita
berbagi informasi, dan mengekspresikan pendapatnya.
Orang lain juga memiliki
kebebasan untuk melihat atau
tidak melihat media sosial kita. Tidak ada yang dapat memaksa orang lain untuk mengunjungi
halaman
Facebook Anda misalnya atau membuka pesan-pesan
yang Anda posting. Anda juga tidak akan bisa membayar untuk mendapatkan
tayangan
yang Anda inginkan di
Facebook.
Bila Anda
menginginkan media sosial Anda dikunjungi, Anda harus menciptakan konten yang menarik dan berharga. Mengapa? Karena halaman Facebook
bukanlah iklan
yang bisa Anda gunakanuntuk mendukung Anda. Sebaliknya, media sosial adalah program yang orang dapat memilih untuk tune ke media
sosial dan pesan Anda atau mengabaikannya.
Penelitian-penetian menunjukkan bahwa halaman-halaman media sosial yang paling efektif,
selalu dijalankan oleh orang-orang yang
memahami bahwa mereka adalah penerbit yang
berusaha menarik audiense, bukan pengiklan yang sekadar
menyampaikan pesan keluar. Dalam konteks media sosial, audiense adalah orang-orang
atau lembaga yang juga memiliki media sosial juga. Merekaberinteraksi dengan
orang lain juga melalui media sosialnya.
Orang
PR secara alami unggul dalam hal-hal semacam "penerbitan"
ini. Seperti dimaklumi media yang diperoleh (earned
media) adalah urusan orang-orang PR.
Media meliput dan memuat berita yang
pesan-pesannya diberikan oleh orang PR untuk menciptakan sebuah cerita yang lebih besar sehingga konsumen tertarik. Merek dapat menjadi bagian fenomena
ini dengan menyampaikan pesan merek yang
positif, bukan menghindarinya.
Sebaliknya,
Anda perlu membuat konten yang membuat mereka datang kembali pada media
sosial mereka sendiri dengan membuat mereka berharap untuk melihat postingan Anda di newsfeeds
mereka. Ini bisa Anda lakukan dengan memberi mereka sesuatu
-- informasi penting -- yang menarik, lucu atau berguna sebagaimana
pengiklan atau programer membuat pemirsa ingin
menonton kembali acara
TV yang ditontonnya atau membeli majalah. Anda harus mendapatkan audiense dengan menginformasikan dan menghibur audiense
Anda.
Tahun lalu, PT Merck Tbk melalui divisi obat peresepannya, Merck
Serono, berinisiatif untuk
mensosialisasikan program bayi tabung di Indonesia. Hal itu didasari
atas data Badan Pusat Statistik, yang menunjukkan bahwa ada 200.000 pasangan
potensial untuk melakukan bayi tabung. Sayangnya, mereka yang melakukan program
bayi tabung, justru menyambangi klinik di luar negeri, seperti Singapura dan
Malaysia. Padahal, di Indonesia sudah terdapat puluhan klinik bayi tabung yang
tersebar di kota-kota besar Indonesia.
Program
ini menjadi bagian dari Marketing PR, lantaran Merck Serono memiliki
obat-obatan terkait fertilitas dan bayi tabung. Merck Serono menyasar target
pasangan usia subur 25-40 tahun yang sudah 1 tahun menikah dan belum mempunyai
anak, serta pasangan usia subur yang sudah memiliki 1 anak namun kesulitan
untuk memiliki anak ke-2.
Rangkaian
kegiatan digelar Merck Serono. Pertama,
dimulai sejak Februari 2012 hingga Juni 2013, dengan melakukan focused
group discussion untuk meningkatkan awareness, hingga membangun key
messages bahwa sudah ada 20 klinik bayi tabung yang tersebar di 8 kota
besar di Indonesia.
Selain
itu, bekerja sama dengan PERFITRI (Perkumpulan Fertilisasi In-VItro Indonesia),
Merck juga mensosialisasikan keberadaan klinik-klinik bayi tabung lewat beragam
aktivitas. Mulai dari peluncuran situs www.MauPunyaAnak.com, melakukan in-depth
interview dengan 20 klinik
bayi tabung di Indonesia bersama media, menyampaikan pesan melalui media massa
bekerja sama dengan Majalah Femina, dan penggunan sosial media seperti
akun twitter dan facebook MauPunyaAnak. Termasuk, menggelar roadshow 'Sharing
Room” di mal-mal Jakarta dengan menggunakan marketing tools seperti
flyer, poster, banner, demi memperluas jangkauan dan membangun engangement.
Hasilnya,
website MauPunyaAnak.com terus meningkat pengunjungnya. Jika Februari 2012
jumlah visitor hanya 544, maka pada Mei 2013 telah mencapai 7.933 visitors.
Program dari tiap fase juga dimuat 129 artikel di media dengan PR value sekitar
Rp 11 miliar. Siklus nasional sesudah program berjalan mengalami kenaikan 21%
dan siklus nasional Merck Serono setelah program berjalan mengalami kenaikan
31%.
Salah seorang teman saya, almarhum Felix Jebarus yang saat
itu menjadi salah
satu juri “PR Program of The Year 2013” menilai bahwa gagasan
Merck tersebut mungkin belum popular di masyarakat Indonesia, bahkan masih menjadi isu yang sensitif. “Namun, isu
ini menarik dan kreativitasnya adalah sesuatu yang unik. Sementara itu, tahapannya sudah bagus dan harus tetap di-maintain terus
menerus,” ujarnya.
Dari penelusuran MIX, sampai saat ini, belum munculkomentar negatif tentang
kampanye. Ini karena – salah sartunya – adalah pengelola akun media sosial #MauPunyaAnak aktif mempodting pesan-pesan yang
membangkitkan semangat pasangan yang belum memiliki anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar