Model pemasaran merek kini berubah cepat. Betapa tidak, ketika pemasar masih memikirkan satu peluang segala perhitungan risikonya, peluang baru sudah di depan mata dan itu harus segera diperebutkan lagi. Karena kalau tidak, pemain lain mengambilnya. Dengan kata lain, masa depan kini menjadi suatu subjek khusus yang harus dibaca dengan cepat.
Bila sebelumnya pemasar boleh lupa. Kini tak seakan tak
boleh lupa, karena dunia sekarang penuh dengan tekanan mulai dari trend Big
Data, the Internet of Things, Digital Natives, Globalization, Social Media, dan
sebagainya yang menggambarkan perubahan teknologi dan sosial yang begitu kompleks.
Semua orang bisa melihat terjadinya pergeseran di sekitar mereka.
Owen Shapiro, salah satu penulis buku Brand Shift: The Future of Brands and Marketing, mencatat
setidaknya ada lima revolusi yang bisa mengubah model pengelolaan merek dan
pemasaran. Revolusi pertama adalah berakhirnya Era Informasi. Banyak orang
berpikir saat ini orang masih berada di di Era Informasi. Kenyataannya, orang
sekarang telah meninggalkan Era Informasi ke belakang dan memasuki tahap baru
pembangunan manusia yang didorong oleh keterkaitan global dan perkembangan
teknologi yang cepat di semua bidang kehidupan.
Pertumbuhan secara eksponensial dan konvergensi beragam
teknologi baru - dikombinasikan dengan meningkatnya populasi, media dan
teknologi media -- mengantarkan konsumen ke era perubahan sosial yang
revolusiner yang belum pernah mereka
lihat sebelumnya. Di masa depan, perusahaan dipaksa untuk menemukan cara
untuk memanfaatkan peluang itu atau hancur.
Revolusi kedua – dan ini salah satu pergeseran kekuatan
terbesar dari abad ke-20 -- adalah pergeseran dari kekuatan institusional
kekuasaan individu, dan pergeseran itu tidak akan berhenti. Internet telah
memberdayakan individu untuk berkomunikasi dengan siapa pun di dunia, dan
sekarang sekelompok orang bisa menjatuhkan pemerintah tanpa senjata. Mereka
bisa menjatuhkan pemerintahan hanya dengan senjata ponsel.
Selanjutnya, kelembagaan di semua bidang kehidupan – mulai
dari pendidikan, kesehatan, agama, media, bisnis -- dipaksa untuk berubah hanya
karena orang sekarang memiliki kemampuan lebih dari sebelumnya untuk mengatur,
memobilisasi, berinovasi, mengganggu, dan permintaan.
Merek – pada hampir semua jenis produk -- juga telah berubah dari penemuan yang sifatnya murni kelembagaan ke ekspresi pribadi. Di bisnis, pemberdayaan pelanggan perorangan berarti mengembangkan dinamika hubungan bisnis dengan pelanggan. Dalam konteks ini, pelanggan akan terus menuntut transparansi, integritas, dan responsif dari orang yang mereka pilih dalam melakukan bisnis. Di sisi lain, bisnis tidak memiliki pilihan selain mematuhinya. Disini, pelaku bisnis yang cerdas berusaha memulai daripada menunggu untuk dipaksa memulainya.
Revolusi ke tiga adalah pergeseran dari kecerdasan artifisial
menjadi kurang artifisial. Kreativitas dan imajinasi sering dianggap sebagai
salah satu wilayah komputer yang tidak pernah bisa ditaklukkan. Tapi di sisi
lain, memunculkan kesadaran bahwa manusia seyogyanya memiliki kemampuan
mengontrolnya.
Beberapa waktu lalu ada iklan komputer IBM Watson yang
menggembar-gemborkan kemampuannya untuk menghasilkan ide-ide baru – semisal
membantu koki mengembangkan resep baru yang asli, dengan menggunakan data untuk
memicu inspirasi kreatif.
Iklan tersebut seakan menyampaikan pesan bahwa mesin sudah
melakukan sebagian pekerjaan yang melibatkan pengulangan gerakan. Ketika mesin
mulai menggantikan imajinasi orang – seperti penulis, desainer, arsitek,
insinyur, guru, dan sebagainya -- mereka tidak hanya membuat pekerjaan menjadi lebih
baik, tetapi mereka jjuga menantang orang dengan pertanyaan apa artinya menjadi
manusia kalau semua pekerjaan otak digantikan mesin.
Pergeseran ini akan membuat banyak orang stress. Karena itu
merek yang secara psikologis bisa
mengeluarkan orang dari persoalan itu atau setidaknya yang mampu menegaskan
nilai-nilai dan identitas manusia, memiliki peluang untuk berhasil.
Revolusi keempat adalah naiknya kualitas penduduk digital.
Banyak orang yang menulis tentang dampak membludaknya warga yang lahir antara
tahun 1981 dan 1997). Akan tetapi yang lebih dahsyat dadalah muculnya generasi
berikutnya, yakni mereka yang lahir setelah tahun 1997. Generasi sebelumnya
lahir dalam lingkungan informasi yang hyper-connected. Namun, karena mereka
sudah terhubung sejak lahir, mereka tidak mengalami banjir informasi yang
mengguncangkan. Mereka menganggap banjir informasi itu sebagai lebih dari
sekedar the way things are dan untuk mereka.
Pada saat ini, generasi milenium menganggap cara-cara
pemasaran model viral, infotainment, media sosial, cross-platform content dan
sebagainya sebagai sesuatu yang biasa. Tapi di masa mendatang, ketika penduduk
digital mulai menambahkan ide-ide dan pengaruh mereka ke dalam bauran
komunikasi pemasaran, laju perubahan semakin cepat. Percepatan ini akan membuat
generasi sebelumnya merasakannya sebagai kekacauan dan gangguan. Sementara
untuk generasi saat itu, hal itu adalah biasa.
Revolusi kelima adalah pergeseran dari penjualan ke sharing.
Di masa mendatang, konsep penjualan akan menjadi kurang menggantungkan pada
teknik persuasi dan menggantungkan pada partisipasi. Pada kondisi tersebut,
merek yang memposisikan diri sebagai teman terpercaya memiliki kesempatan yang
jauh lebih baik untuk berhasil.
Sebenarnya, itu bukan ide baru. Itu sudah diterapkan sejak
dulu karena kuncinya adalah benar-benar
menjadi layak untuk dipercaya pelanggan. Sebagai contoh, Whole Foods faham
bahwa pelanggan peduli tentang dampak ekologi, politik, dan sosial dari makanan
yang mereka konsumsi. Untuk membantu membuat informasi yang lebih mudah
tersedia untuk pelanggan, perusahaan tersebut berinvestasi di infrastruktur IT
untuk mendukung visi dari transparansi-produk secara total. Harapannya,
menginspirasi kepercayaan dan loyalitas pelanggan.
Perubahan dan pergeseran tersebut bisa dianggap peluang.
Yang jadi persoalan adalah dalam 20 tahun ke depan ketika begitu banyak perubahan yang akan terjadi
sangat cepat, tak banyak masyarakat yang memiliki kemampuan untuk
menyesuaikannya. Mereka yang tidak mampu beradaptasi akan tertinggal.
Itu karena perubahan itu tidak hanya pada individu,
melainkan pada semua lapisan masyarakat dan kelembagaannya. Ke depan, ada
beberapa revolusi yang terjadi di semua tingkat dan setiap orang yang terlibat
dalam kegiatan pemasaran harus menyadarinya. Karena itu, meremehkan kecepatan
dan dampak dari perubahan ini akan membuat perusahaan baik besar maupun kecil
jatuh karena guncangan dan ketidakpastian.Hanya pemasar yang benar-benar memahami kekuatan kunci
di balik perubahan tersebut yang berada dalam posisi yang lebih baik untuk
beradaptasi dan bertahan hidup.
Saat ini, orang dihadapkan pada persoalan "kelebihan
informasi" meskipun mereka yang lahir dalam beberapa tahun terakhir tidak
merasakannya. Beberapa penulis mencatat bahwa setiap hari, manusia menciptakan
informasi terbanyak dalam 150.000 tahun terakhir! Ini akan terus meningkat.
Jadi bagaimana hal itu mempengaruhi perusahaan dan merek mereka? Mereka harus
berjuang lebih keras mempertahankan posisi mereka sebelum penantang baru
memiliki kesempatan besar untuk masuk dan membangun kehadiran global - sesuatu
yang belum pernah mereka bisa dalam satu dekade yang lalu.
Bahkan merek modern yang popular saat ini, seperti Facebook,
harus gesit atau menghadapi risiko kehilangan. Facebook tidak memiliki
loyalitas merek yang besar di antara demografis yang lebih muda. Apakah ada
risiko bahwa "merek tiba-tiba" menghilang bila tiba waktunya? Ini
bisa terjadi. Beberapa fakta menunjukkan itu, mulai dari Netscape, America
Online hingga CompuServe misalnya, kini tak terdengar lagi.
Pada kondisi tersebut tak ada kata normal. Yang ada adalah perubahan.
Dengan kata lain, hanya merek-merek hebat yang bisa berkembang. Mereka yang melihat
masyarakat besok dengan anggapan bahwa masyarakat tersebut berubah. Dengan
demikian, perubahan tidak membuat
pemasar terkejut.
Yang menarik, sepanjang perjalanan melintasi perubahan ini, penulis menggoda pembaca
dengan menawarkan konsep yang menarik: keusangan yang direncanakan dan
digantikan oleh keusangan instant. Agar brand bisa sukses beradaptasi dengan
lingkungan yang baru tersebut, mereka harus terlebih dahulu mengenali mengubah
realitas secara cepat.
Dalam buku ini, David Houle dan Owen Shapiro memberikan
gambaran yang kuat dan persuasif tentang bagaimana perubahan budaya dan
cepatnya perkembangan teknologi mempengaruhi merek dan pemasaran merek dalam
tahun-tahun mendatang. Melalui sebuah studi menarik dari sejarah merek secara
rinci dan analisis tren masa kini yang meyakinkan, penulis banyak mengungkap prediksi-prediksi
menarik tentang bagaimana pemasar merek harus memenuhi tuntutan baru dari merek
pada abad ke-21.
Karena itu, pebisnis yang ingin agar mereknya sukses di masa
mendatang, akan menemukan bahwa buku ini adalah sumber daya yang berharga.
Internet of Things telah mengembangkan kesadaran kolektif baru, salah satunya
adalah tuntutan bahwa dalam pengelolaan merek, memanfaatkan perubahan sosial
adalah penting.
Big Data dan masa depan komunikasi manusia memiliki implikasi
yang mendalam terhadap merek dan pemasaran. Merek yang berhasil berdaptasi
dengan perubahan dan melakukan transformasi memiliki potensi untuk makin berperan
lebih penting dalam masyarakat dan melahirkan gaya hidup baru konsumen melalui
kepercayaan dan komitmen melayani untuk kebaikan yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar