Sejak penerbangan
AirAsia 8501 dinyatakan hilang pada Minggu lalu, secara konstan CEO AirAsia
Tony Fernandes hadir - baik secara fisik dan maupu digital – di tengah krisis.
Dia melakukan perjalanan ke Surabaya -- tempat keluarga korban berkumpul dan
pesawat itu berangkat -- beberapa jam setelah berita bahwa pesawat hilang.
Di sana, dia melepas
atribut topi bisbol merahnya dan menemui kerabat dan keluarga penumpang. Pada
hari Selasa lalu, ketika ada konfirmasi puing-puing pesawat ditemukan di Laut
Jawa, lewat Twitter-nya, Tony mentweet, "Bergegas ke Surabaya."
Setiap hari, Tony memposting
rata-rata 20 tweet sejak pertama kali mengumumkan berita tentang hilangnya
pesawat itu. Tony terus mengupdate keberadaannya, memberikan informasi baru
perkembangan pencarian, dan menegaskan kembali fokus pada keluarga penumpang.
Logo maskapai di media
sosial juga berubah menjadi abu-abu yang lebih muram dan hanya putih.
Sebelumnya logo itu berwarna merah cerah. Selasa kemarin, Fernandes juga
mengeluarkan permintaan maaf dan beban tanggung jawab di kakinya.
"Saya minta maaf
sebesar-besarnya atas apa yang mereka alami," katanya pada konferensi
pers, menurut laporan di Wall Street Journal. "Saya pemimpin perusahaan
ini,... Saya bertanggung jawab. Itu sebabnya saya di sini. Saya tidak lari dari
kewajiban saya meskipun kita tidak tahu apa yang salah [dalam menyebabkan
kecelakaan]. Para penumpang berada di pesawat saya , dan saya harus bertanggung
jawab untuk itu. "
Harus diakui bahwa Tony
memang berbeda. Betapa tidak, menurut laporan tahunan CEO.com tentang social
media engagement di kalangan para pemimpin bisnis, lebih dari dua pertiga (68
persen) dari Fortune 500 CEO sama sekali tidak hadir di media sosial jejaring utama, seperti Twitter, Facebook, Instagram,
Google+ dan bahkan LinkedIn.
Survei juga menemukan
bahwa sementara dari tahun ke tahun platform social media menunjukkan manfaatnya,
namun sebagian besar CEO masih belum memanfaatkan media sosial. Dengan
menggunakan kriteria kehadiran mereka di platform sosial media atau tidak
dilihat dari apakah mereka mengirimkan psan dalam 100 hari terakhir, diperoleh
gambaran bahwa dari mereka yang aktif hanya pada satu jaringan, 73 persen
memilih LinkedIn. Kemudian, 69 persen yang menggunakan Twitter. Sementara itu
hanya 8,3 persen CEO yang memiliki
akun Facebook, atau naik sedikit dari tahun 2013.
Laporan ini juga
mencatat bahwa lebih CEO berada di Instagram dari Google+.
Kondisi tersebut memang
masih lebih baik dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan survey tahun lalu
diperoleh gambaran sekitar 70 persen CEO tidak hadir di jaringan sosial. Dari
38 CEO -- perusahaan yang masuk Fortune 500 – yang hadir di Facebook, Michael
Rapino dari Live Nation Entertainment memiliki teman paling banyak, 1723.
Sdmentara itu, di
antara 20 CEO perusahaan Fortune 500 yang memiliki akun Twitter, 5 tidak pernah
tweeted. Rata-rata jumlah pengikut untuk CEO Fortune 500 yang memiliki akun
Twitter adalah 33.250.
Rupert Murdoch News
Corp memiliki pengikut terbanyak dengan 249,000 pengikut, menyalip CEO HP Meg
Whitman yang sebelumnya berada di nomor satu.
Temuan lain
menunjukkan, 10 dari CEO Fortune 500 memiliki lebih dari 500 koneksi LinkedIn,
sementara 36 CEO memiliki 1 koneksi LinkedIn atau tidak. Enam CEO Fortune 500 berkontribusi
ke blog, dan hanya satu dari enam CEO, John Mackey dari Whole Foods, yang
memantaun blognya sendiri. Tahun kemarin, tidak ada CEO Fortune 500 yang muncul
di Pinterest.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar