Pekan lalu, mantan
ketua Tim Antimafia Migas, Faisal Basri melemparkan tuduhan yang tidak
main-main. Ini terkait dengan kebijakan Pertamina yang membatalkan kenaikkan
harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang sedianya berlaku Jumat lalu
(15/5) pukul 00.00. Keputusan pembatalan pun sangat mendadak karena diumumkan
pada Kamis (14/5) malam atau hanya 1,5 jam jelang waktu pemberlakuan harga baru
sesuai surat edaran Pertamina ke para pemilik SPBU.
Pengamat ekonomi yang
juga mantan ketua Tim Antimafia Migas, Faisal Basri menyebut keputusan
Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi yang akhirnya dibatalkan itu dilakukan
tanpa pemikiran secara matang sehingga membuat pemerintah kena imbasnya. Menurutnya, orang yang paling bertanggung
jawab atas kekacauan itu adalah Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang.
"Ini keputusan
yang bodoh, harganya terlampau jauh dengan SPBU lain (asing, red). Ini nggak
hanya terjadi sekali saja, karena dia (Ahmad Bambang) sudah berkali-kali
melakukan banyak kesalahan yang fatal. Nggak mungkin kebijakannya sekacau ini.
Saya minta satu saja, Ahmad Bambang itu diganti saja karena ini sudah
keterlaluan," pinta Faisal dalam diskusi 'Energi Kita' di Bumbu Desa,
Cikini, Jakarta, Minggu (17/5).
Kritikan terhadap
Pertamina tidak hanya soal Ahmad Bambang, dia juga menyebut perusahaan pimpinan
Dwi Soetjipto itu terlambat memagari diri dari mafia. Faisal menyebut ada bekas
orang Pertamina Energy Service (PES) yang merupakan anak perusahaan Pertamina
Energy Trading Limited (Petral) sudah menginfiltrasi.
Bayangkan bila Anda
berada dalam posisi sebagai Ahmad Bambang, bagaimana reaksi Anda? Dalam teori
pengelolaan kesan (impression management), ada beberapa cara yang bisa
dilakukan bila seseorang, kelompok atau lembaga dituding bertanggungjawa atas
suatu peristiwa. Berikut beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengelola
kesan.
1. Menyembunyikan
Tipikal strategi ini
adalah menyembunyikan situasi yang sebenarnya terjadi dari audience. Situasi
krisis misalnya, di-treatment sedemikian rupa agar tidak diketahui audience.
Esensi dari strategi ini adalah menciptakan kesan seolah-olah tidak terjadi
apa-apa di perusahaan. Implementasi dari strategi ini bisa berupa pasif dan
aktif. Tindakan pasif seperti tidak bertindak apa-apa untuk mengubah pendapat
audience. Sedangkan yang aktif adalah tindakan menutupi fakta melalui statement
dari pihak berwenang, tulisan di media massa atau mengundang audience datang
langsung ke lokasi yang telah di-adjustment sebelumnya. Strategi ini bertujuan
menciptakan anggapan di benak audience bahwa asumsi tentang situasi krisis
adalah tidak benar.
2. Penyangkalan
(Denial)
Strategi penyangkalan
berusaha untuk meyakinkan audience bahwa suatu negatif sesungguhnya tidak
terjadi. Melalui pendekatan eksplisit maupun implicit, ketidaktahuan audience
mengenai sesuatu yang sesungguhnya terjadi, disangkal oleh pihak berwenang.
Pejabat berwenang akan
membantah soal situasi krisis yang terjadi. Selain itu, pihak berwenang akan
melakukan erosi fakta dalam menyampaikan kondisi yang sesungguhnya kepada
audience. Dalam banyak kasus, pendekatan ini memanfaatkan kekuatan pejabat berwenang untuk menciptakan kepercayaan di
benak audience.
3. Penegasan yang
keliru (Disconfirmation)
Hampir serupa dengan
penyangkalan, strategi ini memberikan penegasan yang keliru kepada audience
tentang kondisi yang sebenarnya terjadi. Melalui statement dari pejabat
berwenang – lewat information hotlines, press briefings maupun temuan
‘’rekayasa’’ di lapangan – pesan bermuatan disconfirmation yang merusak
keyakinan audiences.
Pesan bisa juga bernada
agitasi yang bertujuan mengubah kesan negatif audience menjadi positif tentang
suatu fenomena. Serangkaian promo seperti iklan, seminar, tour perjalanan
hingga aktivitas promo lain kerap dilancarkan untuk menyebarkan disconfirmation
kepada audiences sehingga muncul anggapan positif.
4. Pengakuan
(Acknowledgement)
Strategi ini merupakan
pengakuan dari pejabat berwenang tentang situasi yang sesungguhnya, tapi
dibarengi dengan penjelasan untuk meredam image negatif audiences. Pejabat
berwenang, misalnya, mengklaim bahwa krisis disebabkan oleh kekuatan alam atau
gejolak politik di negara lain.
Melalui pengakuan ini
- meski efeknya sangat diminimalisir –
diharapkan muncul persepsi pada diri audiences bahwa pejabat berwenang tidak
memiliki daya untuk menangkal sebab terjadinya krisis.
5. Jaminan (Assurance)
Strategi ini berusaha
meraih kepercayaan dan keyakinan dengan memberikan jaminan kepada audiences
bahwa krisis telah diisolasi sehingga tidak membahayakan bagi audiences.
Pejabat berwenang menggunakan berbagai cara untuk meyakinkan audiences bahwa
krisis yang terjadi tidak mempengaruhi keamanan dirinya.
Di bidang pariwisata
misalnya, cara ini diwujudkan dengan mengerahkan patroli polisi untuk menjaga
keamanan areal destination. Atau menerjunkan pasukan tentara di sepanjang
lokasi yang menjadi jalur transportasi audiences menuju destination guna
mencegah aksi teroris yang mengancam keamanan audiences . Atau, bisa juga
menyiapkan tenaga medis lengkap dengan fasilitas ambulan di lokasi bandara
untuk mengantisipasi ancaman situasi buruk yang mungkin menimpa audiences.
Dampak yang muncul dari
strategi ini adalah audiences mencoba memperbaiki kesannya terhadap destination
yang dianggap krisis.
6. Penarikan (Withdrawal)
Tipikal dari strategi
ini adalah penjelasan tentang situasi krisis bukan keluar dari pejabat
berwenang, melainkan datang dari statement audiences. Seorang atau sekelompok
audiences sengaja diundang datang untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri
tentang kondisi sesungguhnya yang terjadi.
Selasa kemarin,
menanggapi pernyataan Faisal Basri, Vice President Corporate Communication PT
Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, tidak menanggapi tudingan Faisal ke Bambang.
Wianda hanya menjawab pertanyaan soal tudingan Pertamina sudah disusupi mafia
migas.
Menurut Wianda, dia
tidak mau terprovokasi untuk menyerang balik. "Harus bisa dijawab secara
clear. Kami tidak bekerja berbasis kepada dugaan atau rumor," tegasnya.
Dia memastikan Pertamian bekerja secara professional untuk membuktikan benar
tidaknya tuduhan Faisal. Caranya, harus melewati proses audit. Itu cara paling
valid supaya tahu apa saja perbaikan yang bisa dilakukan kalau ada kesalahan.
"Lebih kepada pembuktian yang sifatnya produktif seperti itu,"
tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar