Nokia kehilangan peluang emas saat tren smartphone berkembang.
Nokia seakan meninggalkan peluang pasar yang saat itu terbuka lebar dan
menyerahkannya kepada Apple dan Samsung.
Intel juga demikian. Ia kehilangan
tapak evolusi penggunaan mobile dan memungkinkan Qualcomm mendominasi pasar chip
ponsel. Kodak menciptakan fotografi digital tapi tidak cukup serius
menggarapnya. Akibatnya, Kodak tidak ada lagi menjadi pemimpin pasar untuk fotografi digital.
Nokia, Intel, dan Kodak adalah perusahaan-perusahaan
brilian. Namun mereka terlalu asyik dengan kenikmatan dan kenyamanan posisinya
sehingga enggan untuk berubah. Mereka seakan mengacuhkan pertanyaan orang, “apakah Anda bisa memenuhi
kebutuhan saya?” Akibatnya mereka kehilangan peluang emas yang ditawarkan oleh
perkembangan teknis di pasar mereka sendiri.
Mungkin Kodak misalnya, melihat peluang tersebut. Namun
Kodak gagal mengenali pentingnya tindakan cepat. Mereka seakan menjadi orang
awam yang tidak pernah membayangkan bahwa perkembangan bisnis secepat seperti
yang sekarang disaksikan.
Mereka terkejut dengan peluang besar di depan matanya
dan baru tersadar ketika pasar atau peluang yang ada itu diambil pesaing.
Singkatnya, selalu ada bahaya besar bahwa mereka akan kehilangan kesempatan.
Bisnis memang masuk
ke era perubahan yang makin dipercepat. Rentang periode keberhasilan perusahaan
telah beberapa kali dipersingkat. Selama
tahun 1980, di Fortune 500 hampir secara eksklusif diisi oleh
perusahaan-perusahaan yang telah dalam daftar itu selama 35 tahun. Saat ini,
perusahaan yang masuk di klub eksklusif ini rata-rata 15 tahun. Sekarang, hampir 40 persen daftar itu diisi
oleh perusahaan yang 20 tahun lalu hampir tidak pernah terdengar.
Perubahan telah membawa bisnis masuk ke bidang persaingan
baru. Pasar berkembang lebih cepat dan mengarah pada penciptaan lapangan baru
kompetisi. Bentuk yang paling berbahaya dari persaingan tidak lagi berasal dari dalam pasar Anda
sendiri.
Sebaliknya, pesaing sering datang dari arah yang Anda tidak
menduganya. Lihat saja di pasar keuangan. Semua bank melakukan kurang lebih hal
yang sama. Mereka masing-masing memberikan penawaran kepada pelanggan yang
sebanding. Kadang-kadang, ada bank yang mungkin memperkenalkan inovasi atau
reposisi kecil. Tapi kejutan nyata hanya sedikit dan jauh dari nyata.
Setiap tahun Fast Company menerbitkan daftar perusahaan
paling inovatif di dunia. Namun dari waktu ke waktu, model bank-bank klasik
menghilang di daftar Fast Company. Sekarang, kartu kredit sudah banyak.
Penetrasinya juga sudah tinggi sehingga susah
bagi pemain baru masuk ke dalamnya. Kalaupun bisa, itu cuma sekadar masuk
karena sulit menemukan menampilkan pembedanya dengan kartu kredit lain.
Dalam situasi seperti itu, datang Lending
Club sebagai penantang. Lending menawarkan fasilitas kredit diantara konsumen.
dengan kata lain, melalui Lending Club, konsumen A bisa meminjamkan uangnya ke
konsumem lainnya B misalnya, dengan Lending Club sebagai fasilitatornya.
Model pinjam meminjam uang ini tentu saja menghilangkan
fungsi utama dari bank-bank sebagai perantara. Square adalah contoh lain
perusahaan yang ada di daftar FastCompany. Seperti PayPal, Square telah
mengembangkan pilihan baru sistem
pembayaran.
Square adalah kotak putih kecil berbentuk (tidak
mengherankan) persegi. Jika Anda menghubungkannya ke iPhone atau iPad, mereka
berubah menjadi alat mobile point-of-sale. Anda dapat melakukan pembayaran
dengan kartu kredit. Ini berarti pembayaran mobile dengan Square mudah dan
nyaman.
Daftar Fast Company juga berisi beberapa start-up ambisius lain yang
memiliki potensi untuk menggerogoti bisnis inti dari sektor perbankan.
Fenomena persaingan baru itu bukan hanya terjadi di pasar
keuangan. Di hampir setiap industri selalu ada pemain baru dengan sesuatu yang
baru. Masing-masing pemain baru itu menggunakan teknologi baru yang terkait
dengan jenis hubungan pelanggan baru.
Sebagai contoh, pemimpin tradisional di
pasar sewa mobil kini menemui kesulitan untuk berdamai dengan inisiatif
revolusioner dari perusahaan-perusahaan seperti Car2Go.
Car2Go adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan pelanggan
untuk melihat secara real time posisi mobil Car2Go yang tersedia untuk disewa
di setiap kota atau di kota tertentu.
Konsumen dapat mengaktifkan mesin mobil
yang disewanya setelah mereka berada di dekatnya. Ketika mereka pertama kali
masuk ke dalam mobil, mereka diminta untuk membuat evaluasi cepat tentang
kondisinya, sehingga kebersihan dan kepatutan dari pelanggan sebelumnya dapat
diperiksa.
Setelah proses tersebut dilakukan, pelanggan bebas
menggunakannya kapanpun mereka siap. Tarifnya
ditentukan oleh jumlah kilometer.
Pembayaran dilakukan pada akhir perjalanan dengan kartu kredit.
Setelah
pelanggan mencapai tujuan akhir mereka, mereka hanya meninggalkan mobil di mana
pun mereka berada. Ini adalah titik yang akan digunakan oleh pelanggan pengguna
berikutnya.
Ini mengindikasikan terjadinya revolusi hubungan pelanggan, yang
sebelumnya tidak pernah setidak-stabil sekarang ini. Hubungan itu selalu berapa
dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang bahkan semakin pendek.
Orang-orang yang bergerak di teknologi sering mengklaim
bahwa dengan teknologi, model bisnis baru kini bisa mengeksploitasi kemungkinan
membuat sesuatu yang luar biasa.
Pada kenyataannya, teknologi saja tidak cukup.
Mereka masih membutuhkan hubungan dengan pelanggan yang bentuknya kini sama
sekali baru, meski memiliki satu kesamaan, yakni pelanggan memiliki kontrol
atas seluruh proses, dari awal sampai akhir. Kuncinya adalah layanan optimal. Ini
yang seringkali membuat pelanggan berbahagia.
Namun demikian, teknologi hanya berfungsi meningkatkan pengalaman pelanggan
ke tingkat yang berbeda. Singkatnya, teknologi memfasilitasi hubungan pelanggan
baru.
Pengalaman pelanggan menjadi semakin penting sebagai sumber keunggulan
kompetitif. Dalam sebuah penelitian, 73% responden menyatakan bahwa bahkan
ketika saluran digital perusahaan bekerja dengan sempurna, mereka masih
menginginkan memiliki akses ke manusia
secara nyata.
Buku Steven Van Belleghem menawarkan panduan strategis untuk
menggabungkan dua aset paling penting dalam bisnis – manusia dan kekuatan digital. Dia
menunjukkan kepada manajer pemasaran, direksi dan pengambil keputusan komersial
tentang cara yang bisa mengubah pengalaman digital pelanggan positif dengan
menambahkan sentuhan manusia.
Dikemas dengan contoh-contoh dari organisasi yang
telah berhasil mengubah hubungan dengan pelanggan mereka, seperti Amazon,
Toyota, ING, Nike dan Starbucks, buku ini menyajikan model yang bisa
menggambarkan dengan jelas tentang bagaimana mengintegrasikan lapisan
"emosional" dalam strategi digital untuk mencapai keterlibatan dan
loyalitas konsumen.
Digital berhasil memaksa perusahaan berada dalam posisi
tidak memiliki pilihan. Perusahaan harus melakukan transfomasi digital secepat
mungkin. Namun, dalam waktu dekat digital akan menjadi komoditas. Jika setiap
perusahaan mengembangkan ekosistem digitalnya sendiri, memiliki strategi data
yang baik dan telah mengotomatisasi hubungan pelanggannya, mungkinkah mereka
masih bisa membedakan satu perusahaan dari perusahaan yang lain?
Digital customer relationship bisa mengarahkan perusahaan
pada keunggulan operasional digital (efisiensi dan peningkatan pengalaman
pelanggan). Bagi sebagian besar perusahaan, ini akan menjadi suatu kondisi
minimum untuk sukses. Akan tapi sekadar operasi digital tidak akan cukup untuk
membedakan mereka dari pesaing. Dengan kata lain, transformasi digital memang
dapat menjangkau sesuatu sesuatu yang jauh, mahal dan sebelumnya sepertinya
sulit.
Tapi itu saja tidaklah cukup. Membawa orang untuk berbagi kepentingan bersama selalu menciptakan suasana yang menyenangkan. Jika Anda mengetahui sebuah kafe yang berhasil membuat pengunjungnya bahagia, itu mungkin itu café favorit Anda dan juga kafe favorit banyak orang lain.
Tapi itu saja tidaklah cukup. Membawa orang untuk berbagi kepentingan bersama selalu menciptakan suasana yang menyenangkan. Jika Anda mengetahui sebuah kafe yang berhasil membuat pengunjungnya bahagia, itu mungkin itu café favorit Anda dan juga kafe favorit banyak orang lain.
Jika pemilik café ini kreatif, memiliki empati dan gairah, dia dapat mengubah tempat itu menjadi
tambang emas. Ini adalah elemen yang dibutuhkan untuk menciptakan hubungan
manusia yang sempurna. Itulah inti dari membangun hubungan melalui serangkaian
interaksi manusia.
Hubungan pelanggan modern tidak hanya butuh digitalisasi,
tapi juga perlu elemen emosional yang kuat. Bagian ketiga buku ini
menggambarkan saat ketika unsur manusia (melalui emosi) membawa nilai tambah
bagi hubungan pelanggan digital. Ada empat bab di buku ini yang melihat peran
manusia di dunia digital.
Yang pertama, menanyakan apakah manusia masih bisa relevan dalam dunia otomatisasi
dan robot. Ketika membaca bab-bab sebelumnya, mungkin seolah-olah manusia menjadi elemen berlebihan
dalam persamaan komersial. Tapi tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran.
Manusia membentuk dasar dalam menciptakan ikatan emosional antara perusahaan
dan pasar (Bab 6).
Belleghem melihat keberhasilan dalam konteks intervensi
manusia ini sebagai 'heartketing'. Heartketing menggabungkan sikap positif yang
jauh dari ambisi. Heartketing adalah dasar bagi pembentukan hubungan emosional
dengan konsumen (Bab 7). Dalam Bab 8, Belleghem membahas secara rinci nilai
sentuhan manusia.
Persoalannya, ketika perusahaan berhasil melakukan
transformasi digital, seringkali interaksi manusia itu semakin berkurang.
Karena itu, jika perusahaan dapat meningkatkan jumlah pelanggan, maka hal itu
dapat melibatkan makin banyak unsur manusia dalam proses hubungan pelanggan
secara keseluruhan dengan cara yang efisien dan efektif.
Mengutip Profesor Harvard Daniel Gilbert dalam buku
larisnya, Stumbling on Happiness,
Belleghem mengatakan bahwa kebahagiaan
jangka panjang tidak tergantung pada pembelian barang atau bahkan tentang
pengaturan program baru dalam hidup Anda, tetapi sangat bergantung pada kontak
sosialnya dengan orang lain. Jika perusahaan mampu memfasilitasi hubungan orang
per orang, ini akan menyuntikkan bentuk baru dan emosi yang kuat dalam hubungan
pelanggan.
Dalam buku Emotionomics,
Dan Hill menggambarkan ari penting dari emosi. Inti argumennya adalah
bahwa hubungan emosional yang kuat dengan pelanggan mengarahkan perusahaan pada
hasil keuangan yang lebih baik. Sementara penelitian Belleghem menunjukkan
bahwa 73 persen dari konsumen menginginkan hubungan yang bersifat pribadi,
hubungan manusia dengan sebuah perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar