"New influencer
" kini mengoyak sistem pemasaran yang telah mapan selama 100 tahun lebih,
sehingga menimbulkan gaya pemasaran baru yang ditandai dengan percakapan dan
komunitas. Seperti diketahui, pengambilan keputusan pembelian oleh
konsumen sering dipengaruhi oleh Word of Mouth. Penelitian yang dilakukan oleh
Arndt (1967), Engel, Blackwell, dan Kegerreis (1969), dan Day (1971) adalah
contoh dari studi awal yang menunjukkan peran WOM sebagai pendorong perilaku
pembeli. Karena pengirim WOM dianggap tidak terikat pada salah satu merek, konsumen
melihat dia atau dia menjadi lebih handal, kredibel, dan dapat dipercaya
dibandingkan dengan perusahaan-komunikasi dimulai (Bickart dan Schindler 2001).
Dasar dari penelitian masa lalu adalah bahwa WOM memiliki
dampak pada perilaku konsumen. Namun, WOM tidak diciptakan sama. Ada konsumen yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan informasi pemasaran yang lebih relevan dan
untuk menyebarkan ke sebuah lingkaran yang lebih besar dari teman-teman. Tipe
konsumen ini secara khusus telah menarik perhatian para peneliti selama
beberapa dekade.
Sebagai contoh, Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948)
mendapati "kepemimpinan pendapat", yang secara aktif mengumpulkan
informasi yang dikirim dari media massa, memasukkan nilai-nilai dan pandangan
mereka sendiri kedalam informasi tersebut, dan kemudian menyebarkannya ke
konsumen sekitar mereka dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang, kemampuan untuk
mendapatkan, menambahkan, dan menyebarkan informasi itu menjadi semakin cepat
dan mudah.
Pemasar menanggapi kekuatan-kekuatan baru tersebut dengan sikap
yang campur aduk antara kegembiraan, ketakutan dan daya tarik. Mereka khawatir kehilangan kontrol atas proses
penyampaian pesan mereka untuk komunitas. Namun pada saat yang sama mereka
sangat gembira tentang prospek memanfaatkan alat-alat yang sama untuk berbicara
langsung dengan konstituen mereka tanpa keterlibatan media perantara.
Singkatnya, media
sosial tidak hanya mengubah cara pemasar dan PR profesional berpikir tentang pengaruh
media. Banyak perusahaan yang mengadopsi media sosial masih berjuang menemukan metrik yang efektif
untuk memutuskan pemain media sosial yang paling berpengaruh. Kebanyakan studi
mengenai orang yang berpengaruh mempelajari tentang pengukuran pengaruh
perilaku yang diberikan para pemimpin pendapat terhadap kebiasan konsumsi orang
lain.
Sebagai contoh, sebuah
penelitian mengemukakan bahwa ”orang yang mempengaruhi” atau para pemimpin
pendapat hampir empat kali lebih besar kemungkinannya dibandingkan orang lain
untuk ditanyai mengenai berbagai isu politik dan pemerintah, maupun bagaimana
cara menangani remaja; tiga kal lebih mungkin ditanyai mengenai komputer atau
investasi; dua kali lebih mungkin ditanyai mengenai masalah kesehatan dan
restoran.
Juga ada
penelitian yang mengemukakan bahwa jika seorang pencari informasi merasa bahwa
dia hanya sedikit mengenal suatu produk atau jasa tertentu, sumber yang
berhubungan erat dengannya akan dicari (misalnya seorang teman atau anggota
keluarga), tetapi jika konsumen tersebut sebelumnya telah mempunyai pengetahuan
mengenai bidang permasalahannya, suatu sumber yang hubungannya biasa akan dapat
diterima (kenalan atau oran asing).
Pemasar makin
kesulitan karena realitasnya, seseorang yang berpengaruh tidak perlu populer. Survei yang
dilakukan Brian Solis – penulis pendamping buku Putting the Public Back in Public Relations: How Social Media Is
Reinventing the Aging Business of PR – mendapati bahwa 90% dari respondennya
menarik perbedaan yang jelas ketika ditanya "ya atau tidak"
pertanyaan, "Apakah ada perbedaan besar antara popularitas dan
pengaruh?"
Seseorang yang
berpengaruh – menurut responden – adalah orang yang berhasil memotivasi,
menciptakan kesetiaan, dan menyebabkan orang untuk mengambil tindakan.
Sementara popularitas adalah sesuatu yang – atau mungkin orang itu kelihatan --
lucu dan ketenarannnya berkurang dengan mudah di tengah penonton berubah-ubah.
"Menyukai Anda dan mendengarkan Anda adalah dua hal yang berbeda,"
tulis seorang responden. "Popularitas adalah ekspresi volume sedangkan
pengaruh adalah ekspresi nilai," kata yang lain. Apakah almarhum Mbah
Maridjan masuk dalam kategori ini?
Beberapa contoh
orang-orang yang memiliki popularitas tinggi tidak berhasil menunjukkan
penaruhnya. "Cara saya melihatnya, Simon Cowell dari American Idol
memiliki pengaruh, bahkan ketika ia tidak sangat populer," tambah seorang
responden ketiga. Namun, menggali lebih dalam, ditemukan bahwa garis antara
pengaruh dan popularitas memang abu-abu. Jadi tidak selalu merupakan dikotomi
sederhana antara ya atau tidak. Sebagai contoh, satu responden menulis, "Pengaruh
adalah tingkat berikutnya setelah popularitas," mengacu pada hubungan
sebab akibat antara dua konsep, sementara yang lain berkata, "Anda bisa
populer tanpa pengaruh dan sebaliknya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar