Selama beberapa waktu, ilmu ekonomi didominasi terutama oleh
pembuatan teori dengan berbagai macam permodelan yang canggih dan kadang-kadang
rumit. Peneliti ekonomi menggunakan kemampuan intelektualitas mereka mengembangkan
model-model abstrak untuk menjelaskan (dan memprediksi) fenomena ekonomi.
Dengan kata lain, peneliti ekonomi misalnya, terbiasa menggunakan daya nalarnya
untuk menganalisis data dalam upaya mencari hubungan sebab dan akibat.
Namun untuk mengetahui penyebab mengapa orang bereaksi
dengan cara yang mereka lakukan, mau tidak mau peneliti harus menyisihkan waktu
dan pekerjaan yang lebih besar. Meski demkian, bukan berarti tidak ada peneliti
yang melakukan itu. Uri Gneezy dan John List salah satunya. Mereka mengkritik
cara tradisional dalam melakukan sesuatu dengan mengatakan bahwa hal itu tidak
cukup baik.
Merekapun mempertanyakan kalau dengan menggunakan cara
seperti itu apakah bisa mengungkap kebenaran yang ada di balik fenomena yang
terlihat? Dengan menggunakan pendekatan yang lebih nyata dalam melihat ilmu
yang remang-remang itu, Gneezy dan List menjadikan semua kehidupan sebagai
suatu laboratorium dan mengeluarkan hasilnya untuk melihat dunia nyata.
Melalui penelitiannya – yang kemudian sebagian dituangkan
dalam buku The Why Axis: Hidden Motives
and the Undiscovered Economics of Everday Life ini, kedua penulis berusaha
memahami mengapa seseorang melakukan sesuatu. Ini diawali dengan mempelajari
suatu fenomena dan berasumsi bahwa seseorang melakukan tindakan didasari oleh
motif yang telah ada dalam pikirannya.
Lalu, Gneezy dan List mencari tahu "jenis
insentif" yang menyebabkan individu melakukan suatu hal yang sifatnya
altruistic misalnya. Untuk menguji insentif untuk seseorang agar berperilaku
dengan cara tertentu, peneliti memasukkan orang yang tidak diberi insentif yang
sama dalam eksperimen mereka. Juga ada kelompok kontrol yang dijadikan acuan
ada tidaknya dampak intervensi tersebut.
John List adalah seorang professor ekonomi di University of
Chicago, sementara Uri Gneezy adalah professor di bidang ilmu ekonomi dan
strategi the Rady School of Management, University of California, San Diego.
Buku mereka ini dikatapengantari Steven D. Levitt, Salah satu penulis buku Freakonomics: A Rogue Economist Explores the
Hidden Side of Everything.
Dengan menggunakan pendekatan ini, Gneezy dan List termasuk
golongan revolusioner. Ide dan metode mereka dalam usaha mengungkapkan faktor
yang bekerja dalam menangani masalah sosial, bisnis, dan masalah ekonomi yang
besar memberi kita pemahaman yang baru tentang motif yang mendasari perilaku
seseorang. Dari situ kita mendapatkan struktur insentif yang dapat membuat
orang mengubah perilakunya.
Padahal, seperi diketahui, menemukan insentif yang tepat
ibaratnya mencari jarum di tumpukan jerami. Wajar bila kemudian untuk menemukan
itu, Gneezy dan List membenamkan diri di pabrik-pabrik, sekolah, masyarakat,
dan kantor di mana orang bekerja, hidup, dan bermain. Kemudian, melalui
percobaan lapangan skala besar, Gneezy dan List mengamati orang-orang di
lingkungan alami mereka tanpa mereka sadari bahwa mereka diamati .
Berikut adalah beberapa contoh hasil riset yang mereka lakukan
:
• Kalangan pebisnis melakukan diskriminasi terhadap
penyandang cacat karena mereka tidak diharapkan berbelanja. Dalam tes yang
dilakukan di Chicago, para ahli menunjukkannbahwa ketika kursi roda kursi orang
cacat tersebut muncul di sebuah bengkel mobil, tagihannya sering lebih tinggi
daripada orang non-cacat. Ketika orang cacat tersebut menyatakan bahwa mereka
akan membayar tiga kali lipat dari perkiraan harga, maka biaya perbaikan
disamakan dengan biaya bengkel untuk untuk yang non-cacat. Kesimpulan disi
adalah bahwa diskriminasi tersebut terjadi karena keinginan dari pengusaha memaksimalkan keuntungan, bukan karena
ketidaksukaan terhadap kelompok tertent.
• Perempuan menerima upah yang lebih rendah karena mereka
kurang ada usaha untuk menegosisasikan gaji begitu masyarakat tidak mendorong
perempuan untuk bersaing. Ketika diberitahu bahwa mereka boleh mengeosiasikan
gajinya, perempuan melaukan itu. Untuk menguji dasar budaya kenapa perempuan
berkeinginan untuk berkompetisi, peneliti mendatangi sebuah daerah di India
yang memiliki budaya di mana wanita menjadi dominan dan belajar mereka
berkompetisi sebagaimana lelaki lakukan di tempat lain.
Mereka lalu menarik kesimpulan bahwa di dalam masyarakat
matrilineal dimana perempuan bertanggung jawab atas pendapatan rumah tangga,
kaum perempuannya tidak kurang kompetitif dibandingkan laki-laki. Dengan
demikian, mereka berpendapat bahwa sebagian besar kesenjangan gender
penghasilan antara perempuan dan lelaki lebih dikarenakan oleh unsur.
• Ketika seseorang diberi kesempatan untuk memberikan
sumbangan amal, mereka sering memberi lebih banyak. Untuk menguji penggalangan
dana yang efektif, List menyarankan agar seseorang diberi kesempatan sekali
saja untuk menyumbang dan jangan dihubungi lagi.
• Menetapkan harga yang lebih tinggi untuk botol anggur
tertentu dapat meningkatkan penjualan . Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan
eksperimen Gneezy dan isterinya, Ayelet, keduanya membantu seorang petani
anggur menentukan harga cabernet sauvignon. Aslinya, harga anggur tadi adalah
US$ 10 per botol. Namun kemudian mereka mematok harga US$ 10, $ 20 dan $ 40
untuk setiap botol untuk berbagai kelompok pengunjung. Dari percobaan ini
mereka menemukan bahwa harga terbaik untuk anggur tersebut adalah $ 20 bukan $
10 per botol. Kenapa? "Orang melihat bahwa harga anggur itu sebagai sinyal
kualitas. Karena itu, dengan harga yang tinggi mereka berpikir bahwa anggur itu
lebih baik," kata Gneezy .
Dalam the Why Axix, Gneezy dan List seakan membawa berpetualang
dengan cerita-cerita menarik penuh warna-warni. Temuan praktis mereka tentang
bagaimana insentif bekerja, memberikan gambaran bahwa keduanya revolusioner. Penelitian
ini bisa jadi dapat mengubah cara kita baik dalam memikirkan dan mengambil
tindakan untuk menangani masalah baik yang besar besar maupun yang kecil.
Yang ditemukan Gneezy dan List tidak mengandalkan pada
asumsi, tapi menunjukkan kepada kita suatu bukti dari insentif yang benar-benar bekerja.
Siapa pun yang bekerja dalam bisnis, politik, pendidikan, atau filantropi dapat
menggunakan pendekatan Gneezy dan List seperti yang dijelaskan dalam bukunya
ini. Tujuannya adalah mendapatkan pemahaman mendalam tentang perilaku manusia,
dan pemahaman yang lebih baik tentang mengapa dan apa yang memotivasi sesoarng
melakukan berperilaku.
Jadi apakah ekonomi bisa dibuat lebih bergairah? Dalam
pikiran Gneezy dan List seyogyanya bisa bila kita mengetahui motif-motif
seseorang dalam melakukan tindakan ekonomi. Dengan memberikan insentif yang
sesuai – tentu saja setelah kita ketahui dari hasil penelitian – diharapkan
orang tersebutv bertindak seperti yang kita perkirakan.
Disinilah pentingnya ekonomi eksperimental dan hal itu lebih
dimungkinkan karena saat ini tersedia data yang besar. Melalui percobaan di
lapangan, peneliti bisa mengkaji mengapa orang melakukan apa yang dilakukan,
tidak hanya tentang apa yang mereka lakukan.
Karena eksperimen menyentuh begitu banyak aspek kehidupan
sehari-hari, buku ini membantu khalayak luas memahami peran ekonomi dalam
memahami perilaku manusia. “Buku ini ditulis untuk audiens yang lebih besar di
samping para ahli,” kata List. "Kami ingin menulis dengan tujuan agar
orang lain mengerti bahwa ekonomi memainkan peran dalam kehidupan mereka,
" kata List.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar