Hipotesis Anda tentang
situasi pasar tahun ini mungkin tak terbukti. Kondisi ekonomi sekarang melemah.
Anda harus melakukan perubahan. Kenapa? Melakukan hal yang sama dalam
lingkungan ekonomi yang masih belum menentu seperti sekarang ini dan
mengharapkan hasil yang sama adalah keputusan paling buruk.
Situasi ekonomi saat
ini benar-benar menantang pemasar. Ketika daya beli masyarakat menurun
sementara harga bahakn baku meningkat, pemasar ditantang untuk menemukan
cara-cara baru sehingga pekerjaan pemasaran berjalan lebih efektif, mendapatkan
lebih banyak dari yang diinvestasikan untuk pemasaran, mengukur dan berhitung
secara cermat keputusan pemasaran yang
dilakukan.
Singkatnya, pemasar
harus melakukan perubahan. Bila tidak, sulit bagi perusahaan untuk mencapai
hasil yang ditargetkan, kalau tidak mau dikatakan tergilas oleh perubahan itu
sendiri. Melakukan hal yang sama dalam lingkungan ekonomi yang masih belum
menentu seperti sekarang ini dan mengharapkan hasil yang sama adalah keputusan
paling buruk.
Strategi pemasaran yang
disusun pertengahan atau akhir tahun lalu, pada dasarnya hanyalah sebuah hipotesis. Ini tebakan terbaik dari tim
pemasaran atas situasi yang akan datang dan bagaimana langkah-langkah
memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Sepanjang kuartal pertama kemarin, mungkin pemasar telah menerapkan strategi
pemasaran dengan seperangkat pendukung tindakan terkoordinasi untuk mengejar
tujuan dan sasaran tertentu.
Tapi bagaimana jika
target tidak tercapai? Bagaimana jika tindakan pemasaran tidak membuahkan hasil
yang diinginkan? Jika perusahaan dalam situasi seperti ini, hipotesis Tim
pemasaran tidak terbukti atau gagal. Itu juga bisa dianggap sebagai isyarat
bahwa perusahaan harus melakukan revisi atau penyesuaian agar dalam waktu yang
tersisa perusahaan bisa mencapai target.
Strategi sebagai bagian
dari marketing plan klasik biasanya dibangun oleh dua elemen: analisis situasi
dan rencana taktis yang terinci. Analisis situasi adalah kajian mendalam dari
suatu bisnis. Ini mencakup informasi tentang pelanggan dan pesaing, review tren
kunci dalam industri, analisis hasil bisnis baru dan penilaian atas
perubahan-perubahan, termasuk perubahan teknologi.
Bila Anda sekarang
bertahan dengan target Anda, rincian rencana itulah yang seyogyanya harus
berubah. Rencana rinci memberikan gambaran atas semua secara lebih spesifik;
itu mencakup semua tindakan yang akan dilakukan dan menjabarkan unsur-unsur
tertentu dari masing-masing bagian. Bagian dari rencana ini sering
diselenggarakan oleh fungsi; ada bagian iklan dan bagian promosi dan bagian
harga, serta distribusi.
Saat ini, bisnis tidak
semudah tahun lalu; pelanggan makin menuntut dan pesaing hampir selalu sulit
untuk diikuti atau dilawan. Pemasar saat ini bekerja dalam tekanan yang luar
biasa. Mereka harus secara cerdik menyeimbangkan antara penjualan dalam jangka
pendek dengan membangun bisnis dan merek yang kuat yang terus berkembang dalam
jangka panjang.
Direktur Niaga PT
Garuda Indonesia, Handayani, sesaat sebelum tampil sebagai pembiacara dalam
Indonesia Brand Forum beberapa waktu lalu mengatakan kepada saya bahwa pihaknya
bekerja hampir 24 jam sehari – sejak diangkat Desember lalu -- sehingga bisa
membuat perusahaan yang tahun lalu rugi trliunan rupiah itu kini menjadi
untung.
Ada tiga isu penting
terkait marketing plan saat ini yang sangat menantang pemimpin pemasaran.
Pertama, ledakan data. Sederhananya, pemasar saat ini dihadapkan pada tsunami
informasi yang jauh lebih besar daripada sebelumnya. Begitu biaya teknologi
makin rendah, secara kuantitas data tumbuh secara dramatis. Bila Anda mencari
suatu artikel di mesin pencarian Google
misalnya, hampir setiap topik Google akan menunjukkan jutaan hits.
Dengan kata lain,
kalangan pebisnis saat ini bisa dengan mudah mendapatkan informasi penjualan
menit demi menit, kota demi kota dan item per
item. Ledakan data, dalam banyak hal, adalah indah. Tetapi di balik itu
adalah adanya masalah. Disini pemasar harus menemukan cara yang pas untuk
memproses informasi dan membuatnya menjadi bermakna. Faktor ini jauh lebih
mudah diucapkan daripada dilakukan.
Faktor kedua adalah
meningkatnya ragam alat pemasaran yang bisa dipilih. Dua puluh tahun yang lalu,
pemasar hanya memiliki beberapa jaringan televisi yang berbeda. Sekarang, ada
ratusan jaringan televisi dan jutaan situs web. Memilih di antara mereka adalah
persoalan sendiri dan itu hanya mungkin bermakna bila difahami dan dianalisis.
Isu ketiga dan yang
paling signifikan adalah ekonomi nasional dan dunia yang merosot. Penurunan
ekonomi pada akhir 2008 dan awal 2009 telah mengejutkan hampir setiap pemimpin
bisnis dan ekonomi. Awal tahun ini, situasi berualng kembali meski dengan
derajat yang tidak separah 2008. Namun, itu cukup mengejutkan banyak pihak.
Betapa tidak, di tengah-tengah euphoria politik dengan hadirnya kepemimpinan
nasional baru, tiba-tiba muncul data bahwa pertumbuhan ekonomi selama kuartal
pertama tahun ini tidak seperti yang diperkirakan.
Dalam situasi pasar
yang masih belum menentu seperti sekarang ini, sulit bagi pemasar untuk
melakukan prediksi dan lebih berisiko. Pada saat kondisi pasar normal,
ketiadaan anggaran pemasaran berarti Anda hanya kehilangan kesempatan. Tapi
dalam situasi pasar yang bermasalah, memotong anggaran pemasaran ibarat membuat
tabungan pada jaket penyelamat.
Tidak semua perusahaan
memiliki kinerja buruk atau gagal selama ekonomi melemah. Beberapa perusahaan
malah semakin bagus kinerjanya dan bahkan tumbuh. Ford misalnya, selama kuartal
pertama tahun ini mencatat pertumbuhan penjualan sekitar 17 persen. “Meski
pasar masih lesu, penjualan kami secara keseluruhan dari semua jenis masih
positif karena mengalami pertumbuhan sekitar 17 persen,” kata Communications
Director PT FMI, Lea Kartika Indra di Surabaya, Kamis (28/5).
Peningkatan penjualan
ini, terang Lea, didukung melonjaknya permintaan untuk tiga varian terbaru
yakni Ford Fiesta, EcoSport dan Ford Ranger. Selebihnya, penjualan merata untuk
semua tipe mobil Ford. “Kami berharap pada kuartal kedua sampai di akhir tahun
nanti bisa tetap tumbuh positif,” katanya.
Dari fenomena ini
tampaknya ada pandangan yang berbeda terhadap kelesuan ekonomi. Beberapa
perusahaan melihat resesi sebagai ancaman. Ini terjadi di banyak perusahaan
sehingga mereka meresponnya dengan memangkas anggaran atau melakukan
penghematan. Sementara itu banyak juga perusahaan yang melihat resesi sebagai
peluang. Mereka memperkuat bisnisnya, berinvestasi secara agresif dan berambisi
menyalip pesaing mereka yang lebih lemah.
Sebagai contoh, merek
rokok Camel dan mobil Chevrolet berhasil merebut posisi pasar dari pesaing
mereka melalui kampanye pemasaran yang agresif selama Depresi Besar di Amerika
Serikat pada tahun 1930-an. Procter and Gamble (P&G) juga tercatat sebagai
perusahaan yang tidak memangkas
pengeluarannya selama periode resesi. Saat itu, P&G banyak
mempromosikan beberapa merek terkenal semisalnya, Camay, Ivory, dan Crisco.
Perusahaan lain,
seperti Saturnus -- Divisi GM -- dan
Intel Corporation juga banyak berinvestasi selama resesi 1990-1991 untuk meningkatkan posisi daya
saing mereka. Intel misalnya, meluncurkan kampanye "Intel Inside" untuk membangun
merek, dan secara agresif mempromosikan merek Intel pada saat pesaingnya
memperkecil anggaran iklannya. Demikian juga, DeBeers yang agresif meluncurkan
kampanye pemasaran "Shadows" secara global selama resesi 1989-1990.
Merek lainnya, Renault
agresif memperkenalkan merek Clio dengan harga tertinggi kedua dalam
kategorinya. Saat resesi makin dalam, Barclaycard menginisiasi merek dengan
cara mere-launch secara agresif mereknya dengan tujuan meningkatkan pangsa
pasarnya melalui akuisisi. Selain merek-merek tersebut, merek atau perusahaann
lainnya seperti BMW, Cisco, Dell, dan, Wal-Mart juga melihat resesi sebagai
kesempatan. Mereka berinvestasi secara agresif dengan harapan dapat menangkap
posisi pasar pada saat pesaing mereka melemah.
Studi yang dilakukan
McGraw-Hill Research’s Laboratory of Advertising Performance terhadap 600
perusahaaan di AS menyebutkan bahwa selama resesi 1980-1985,
perusahaan-perusahaan yang mempertahankan atau meningkatkan belanja iklannya
selama resesi 1981-1982 memiliki rata-rata pertumbuhan penjualan secara
signifikan yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak beriklan. Itu
terjadi selama kemerosotan ekonomi dan tiga tahun berikutnya. Demikian pula,
selama resesi 2001, perusahaan yang mempertahankan atau meningkatkan kampanye
pemasarannya, pangsa pasar meningkat dua kali saat resesi berlalu.
Dari fenomena
tersebut dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya pada proaktif marketing dapat menyelamatkan atau bahkan meningkatkan
kinerja perusahaan atau merek pada terjadi kelesuan ekonomi. Perusahaan
proaktif adalah perusahaan yang secara kreatif mengambil langkah strategis yang
diperlukan untuk memanfaatkan situasi kelesuan ekonomi.
Dalam konteks ini,
perusahaan dengan cepat memodifikasi rencana pemasarannya disesuaikan dengan
perubahan lingkungan yang terjadi. Jadi pemasaran proaktif dapat dilihat
sebagai manifestasi dari kemampuan yang dinamis dimana perusahaan memanfaatkan
sumber daya internal dan kemampuan (rencana pemasaran dan investasi) dan
kendala eksternalnya (resesi) untuk mengatasi perubahan di pasar.
Pemasaran proaktif
dapat dilihat sebagai perilaku memutarbalikkan kondisi luar - dalam batasan
tertentu -- dan memanfaatkan perubahan ini untuk keuntungan dengan berinvestasi
dalam pemasaran. Dalam kaitan itu, sangat penting bagi perusahaan untuk
memahami bahwa pelanggan potensial merespon secara berbeda selama masa resesi.
Mereka menjadi lebih diskriminatif dalam keputusan pembelian mereka dan lebih
responsif terhadap berbagai jenis pesan.
Disini pengiklan tidak
boleh berasumsi bahwa audiens yang sama akan merespon sama untuk setiap pesan
atau komunikasinya. Selama resesi, pelanggan baru mungkin datang dari tempat
yang berbeda dari sebelumnya. Prospek yang dulunya non-responsif bisa menjadi
responsif, dan pelanggan setia pesaing Anda mungkin memberikan perhatian lebih pada
merek Anda karena pesan dan komunikasi yang Anda lakukan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar