Kampanye pemasaran sudah
mati. Jika Anda masih berpikir tentang kampanye, itu pertanda Anda tidak
mendengarkan pelanggan Anda, apalagi menanggapi kebutuhan mereka. Barangkali
itulah makna dari kenapa kita diberi seoasang telingah, dua lubang hidung, dan dua
mata, tapi satu mulut. Itu ertanda bahwa kita memang seyogyanya mendengarkan,
melihat dan mencium fenomena yang ada di sekitar kita, baru kita berbicara.
Tak mengehrankan bila
kemudian muncul anggapan bahwa saat ini sudah waktunya menggantikan gagasan
kampanye dengan konsep baru: keterlibatan pelanggan adaptif. Keterlibatan
pelanggan adaptive adalah tentang menangkap sentimen konsumen di setiap titik
sentuh dan terus mem-fine-tuning tanggapan Anda untuk memenuhi pelanggan Anda,
tidak hanya di mana mereka berada saat ini, tetapi juga di mana mereka akan berada
besok.
Dengan kata lain, kampanye
pemasaran tidak lagi efektif, karena kampanye tidaklah mencerminkan cara
berpikir pelanggan. “Pelanggan tidak berpikir tentang hubungan mereka dengan
kita sebagai kampanye,” kata Liz Miller, wakil presiden senior pemasaran CMO
Council. “Mereka hanya memikirkan tentang hubungan mereka dengan kita sebagai
bagian dari kehidupan sehari-hari yang paling relevan buat mereka.”
Karena itu, mulailah
membangun keterlibatan dengan mereka. Ini bisa dimulai dengan mendengarkan
suara mereka secara aktif. “Bila kita gagal mendengarkan, kita gagal untuk
beradaptasi atau gagal untuk menjadi organisasi gesit yang bisa memenuhi
tuntutan dan kebutuhan pelanggan kami,” kata Miller.
Sejak perkembangan
teknologi informasi, dunia pemasaran terutama marketing communications cepat
sekali berubah. Beberapa tahun lalu dunia pemasaran dihebohkan dengan marketing
experiential. Kini dunia marketing communication masuk ke era komunikasi
berbasis experiential. Ini yang disebut dengan era pengalaman.
Era ini antara lain
ditandai dengan kemampuan pemasar untuk menyenangkan audiense dengan
pesan-pesan berbasis pengalaman (content driven) yang bisa membuat pelanggan
merasa tenggelam dalam nilai atau benefit emosional yang ditampilkan oleh
merek. Bila Anda perhatikan iklan-iklan merek produk Unilever banyak yang
menggunakan konten pengalaman, mulai cuci tangan hingga sikat gigi ramai-ramai.
Percakapan konsumen sering
membuat kejutan bagi pengelola merek melalui banyak cara. Bisa jadi hal ini
dimungkinkan karena pelanggan memiliki kepedulian tentang beberapa hal lebih dari
yang pengelola merek sadari.
Dalam beberapa tahun
terakhir, General Mills banyak belajar dari percakapan pelanggan tentang bagaimana
keluarga memanfaatkan adonan Pillsbury, membentuk dan mendesain adonan untuk
kesenangan dan keasyikan, bukan hanya sekadar memasak adonan itu. Berdasarkan
pemahaman ini, General Mills merevitalisasi merek mereka yang telah uzur dengan
berfokus pada nilai aktivitas keluarga yang sebenarnya telah ada di produknya.
Percakapan dengan
pelanggan juga mengajarkan keada General Mills tentang melakukan bisnis yang
lebih baik dari sebelumnya. "Percakapan kami dengan pelanggan sangat
reaktif. Dan apa yang mereka lakukan untuk kita seakan mengukuhkan pentingnya afinitas
terhada merek, produk, dan rasa," kata Fred Gorrochotegui, Senior Strategi
Media Sosial General Mills.
Belajar lebih banyak
tentang pelanggan Anda dari media sosial bukanlah hal baru tai bisa
menghasilkan sesuatu yang baru. Beberapa tahun yang lalu, Sun Microsystems mengembangkan
perangkat lunak tana tidak berbicara tentang kategori sebagaimana yang IBM, dan
Microsoft kembangkan. Sebaliknya mereka berbicara tentang satu set alat yang tidak
ada seorangun memerkirakannya. Dengan wawasan ini, Sun mengubah strategi,
kembali mengalokasikan anggaran-nya ke pengembang alat yang tertarik, dan
melompat di depan pesaing mereka.
Percakapan pelanggan
juga seakan mengungkapkan bahwa pesan yang ingin disampaikan merek melalui pemasaran tidak akan didengarkan. Pemasaran
perlu ditingkatkan, target audiens berubah, atau perubahan produk mendasar dibutuhkan.
Percakapan juga dapat mengungkapkan dukungan pelanggan. Dalam beberapa kasus,
pelanggan juga dapat memecahkan masalah masing-masing melalui percakapan.
Data sosial dari
percakapan di luar merek Anda – katakanlah tentang kategori produk atau target
audiens – mengungkapkan wawasan tentang kepedulian konsumen dan mengapa mereka
peduli. Hal ini sekaligus menginformasikan tentang langkah yang harus Anda
lakukan dalam mengembangkan produk, merancang strategi bisnis, pesan dan
positioning, serta taktik pemasaran Anda untuk memenangkan pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar