Masa depan Indonesia
sebagai tempat bekerja telah tiba. Mengalirnya investasi asing memaksa
perusahaan, terutama lokal, harus bersaing berebut tenaga kerja cerdas dan
berbakat. Ini memaksa perusahaan berpikir lebih kreatif tentang praktek kerja.
Hari-hari ini, perusahaan dipaksa untuk menumbuh dan
mengembangkan individu karyawan berbakat mereka dan memahami hal-hal yang bisa memotivasi
dan menginspirasi loyalitas karyawan berkinerja tinggi. Dalam konteks
ketenagakerjaan, membaiknya ekonomi dan masuknya investasi asing di Indonesia
memiliki dua konsekuensi.
Pertama, memaksa perusahaan bersaing berebut tenaga kerja
cerdas dan berbakat. Kedua, memaksa perusahaan untuk terus menerus mengembangkan
program untuk membangun loyalitas kayawannya, terutama yang cerdas dan
berbakat. Bila tidak, perusahaan akan kalah bersaing dalam berebut tenaga kerja
yang selanjutnya bisa saja mempengaruhi kinerja perusahaannya.
Bagi perusahaan lokal, perkembangan tersebut patut
diwaspadai karena hari-hari ini perusahaan-perusahaan mutinasional mulai
mengembangkan suatu konsep yang disebut dengan employer branding. “Kini
perusahaan sadar pentingnya menerapkan employer branding kepada karyawan maupun
kepada calon karyawan,” kata Mira Fitria Soetjipto, HR Director Microsoft
Indonesia.
Employer branding adalah proses mempromosikan sebuah
perusahaan -- atau organisasi -- sebagai perusahaan pilihan untuk kelompok
sasaran yang diinginkan, yakni mereka yang dibutuhkan, ingin direkrut dan
dipertahankan sebagai karyawan perusahaan. Proses ini memfasilitasi kemampuan
perusahaan dalam menarik, merekrut dan mempertahankan karyawan yang ideal atau
yang disebut sebagai top talent – segmen tenaga kerja yang akan direkrut dan diharapkan
membantu mengamankan pencapaian rencana bisnis perusahaan.
Jika employer branding adalah proses, employer brand adalah
identitas sebuah perusahaan sebagai perusahaan pilihan. Ini berarti bahwa agar promosi
employer brand efektif – dalam arti perusahaan dapat menarik karyawan saat ini
dan masa depan – perusahaan harus memiliki sebuah identitas yang benar,
kredibel, relevan, khas dan aspiratif. Untuk mencapai hal ini, penelitian yang
luas perlu dilakukan untuk memastikan
bahwa identitas employer mengacu tidak hanya pada Top Talents tetapi juga
tuntutan Top Management.
Employer branding adalah pendekatan yang relatif baru untuk
merekrut dan mempertahankan calon karyawan berbakat dan terbaik dalam
lingkungan merekrut yang semakin kompetitif. Istilah ini sering digunakan untuk
menggambarkan bagaimana organisasi memasarkan penawaran kepada mereka yang
potensial menjadi karyawan dan yang sudah karyawan, berkomunikasi dengan mereka
dan mempertahankan loyalitas mereka, mempromosikan baik di dalam maupun di luar
perusahaan, pandangan yang jelas tentang hal-hal yang membuat perusahaan
berbeda dan diinginkan sebagai employer (Backhaus & Tikoo, 2004, hal. 120).
Employer brand memiliki potensi untuk menjadi sebuah konsep
yang berharga, baik bagi manajer maupun akademisi. Manajer dapat menggunakan
majikan merek sebagai payung bagi mereka agar dapat menyalurkan kegiatan
perekrutan dan retensi karyawan yang berbeda menjadi sebuah strategi sumber
daya manusia yang terkoordinasi.
Dengan demikian, employer dapat menggunakan merek mereka
yang kuat untuk melibatkan karyawan mereka dengan cara emosional guna mencapai
perubahan, hasil yang luar biasa atau meningkatkan daya tarik dan retensi
karyawan. Menurut Dell & Ainspan (2001), sebuah organisasi yang memiliki
employer brand yang kuat dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan membantu
karyawan menginternalisasi nilai-nilai perusahaan dan membantu dalam meretensi
karyawan.
Dalam konteks benefit, menurut Ambler & Barrow (1996),
employer branding memberikan manfaat fungsional, ekonomi dan psikologis bagi perusahaan.
Agar manfaat itu dapat diperoleh, employer brand atau manajemen employer brand
melibatkan unsur internal dan eksternal yang mempromosikan pandangan yang jelas
tentang hal-hal yang membuat perusahaan berbeda -- dan diinginkan calon
karyawan atau karyawan -- sebagai employer.
Proses membangun employer brandingini , menurut Backhaus
& Tikoo (2004), meliputi tiga tahap. Pertama, perusahaan mengembangkan
konsep nilai tertentu untuk ditawarkan kepada calon dan karyawan saat ini.
Proposisi nilai ini memberikan pesan utama yang disampaikan oleh sebuah
employer brand dan biasanya dihasilkan dari audit karakteristik menyeluruh yang
membuat sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai tempat yang bagus untuk
bekerja. Ambil contoh Microsoft. “Bagi kami, sebagai perusahaan global yang
terdepan terutama di industri teknologi dan inovasi, masyarakat dunia sudah
mengenal brand ini – Microsoft, sebagai perusahaan yang selalu mengedepankan
inovasi kreatif serta teknologi,” kata Mira.
Langkah kedua dalam employer branding adalah proses
penawaran kepada pemasaran eksternal bahwa proposisi nilai tersebut menarik
bagi pelamar kerja yang ditargetkan. Langkah ketiga melibatkan membawa janji
merek dan memasukkannya sebagai bagian dari budaya organisasi.
Usulan ladi dari praktisi HR yang menyarankan lima langkah
untuk mengembangkan employer brand yang kuat. Pertama, memahami organisasi
Anda, kedua, menciptakan janji merek yang menarik bagi karyawan dan janji
tersebut juga mencerminkan janji merek untuk pelanggan. Ketiga, mengembangkan
standar untuk mengukur seberapa jauh merek memenuhi merek tersebut, keempat,
perusahaan harus dengan tegas meminta semua orang di dalam perusahaan mendukung
dan memperkuat janji merek, dan kelima,
melaksanakan janji tersebut (Berthon et al, 2005).
Menurut Ritson (2002) perusahaan dengan employer brand yang
kuat berpotensi dapat mengurangi biaya akuisisi karyawan, meningkatkan hubungan
karyawan, meningkatkan retensi karyawan dan bahkan menawarkan gaji lebih rendah
untuk staf sebanding dengan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki employer brand lemah. Gatewood et al. (1993) menemukan bahwa persepsi
citra organisasi merupakan prediktor yang nyata dari keputusan calon karyawan
dalam memilih sebuah perusahaan yang bakal dijadikannya sebagai tempat untuk
bekerja.
Dalam membangun loyalitas karyawan, employer brand loyalty
juga diakui sebagai konsep yang bermanfaat. Dalam koteks tesebut, pada dasarnya
loyalitas terhadap employer brand dibentuk oleh elemen perilaku yang berkaitan
dengan budaya organisasi dan elemen sikap yang berkaitan dengan identitas
organisasi (Backhaus & Tikoo, 2004). Tapi tidak seperti dalam kasus produk,
dalam pekerjaan perpindahan employer brand tidak bisa dilakukan begitu sering dan
biayanya juga mahal (Davies, 2008). Dan employer branding yang efektif akan
menghasilkan komitmen karyawan yang lebih besar sehingga meningkatkan retensi
karyawan berbakat.
Manfaat lain dari employer brand yang kuat selain menarik
pelamar yang lebih baik (Collins & Stevens, 2002; Slaughter et al, 2004),
juga membentuk harapan tentang pekerjaan mereka nanti (livens & Highhouse,
2003). Sebab seperti diketahui, salah satu peran dari merek adalah untuk
menciptakan dan meningkatkan kepuasan dan kepuasan memprediksi perilaku masa
depan terhadap merek (Mittal & Kamakura, 2001). Atas dasar itu, kepuasan
kerja memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan kepuasan pelanggan
(Heskett et al, 1997) dan pemahaman tentang berbagai atribut citra employer
brand dapat membantu memfasilitasi kepuasan pelanggan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar