Saat ini banyak
perusahaan yang melakukan program IM
(Internal Marketing). Definisi IM
sendiri berkembang dari tahun ke tahun. Satu definisi menyebutkan bahwa IM
adalah segala bentuk kegiatan marketing dalam suatu perusahaan atau organisasi
yang fokus kepada karyawan/staff untuk mengubah aktivitas internal perusahaan
guna meningkatkan performa perusahaan.
Aktivitas IM juga
ditujukan untuk mengatasi iklim perusahaan yang menolak perubahan maupun untuk
memotivasi, menunjang, dan mempersatukan karyawan dari dalam. Aktivitas itu
bisa dianggap sebagai bentuk implementasi efektif dari strategi perusahaan
dalam mencapai kepuasan pelanggan. Sementara itu, kepuasan pelanggan dapat
dicapai dengan adanya karyawan yang termotivasi dan berorientasi pada pelanggan
(mengutamakan kepuasan pelanggan).
Banyak perusahaan yang
hampir seluruh aktivitas branding-nya fokus pada kegiatan pemasaran. Misalnya,
mereka berkampanye melalui iklan atau kemasan. Namun, sedikit yang menyadari
bahwa aset perusahaan yang sesungguhnya paling berpengaruh adalah karyawan.
Terlepas dari industri manapun Anda, untuk membangun kekuatan brand, seluruh
karyawan harus benar-benar merasa terhubung dengan corporate brand sekaligus
memahami peran mereka dalam mewujudkan aspirasi brand.
Jika Anda tidak
menginspirasi karyawan Anda untuk menjadi brand ambassador, Anda rugi. Karena
menurut Edelman Trust Barometer tahun 2013: “Dalam hal kepercayaan publik,
karyawan menempati posisi lebih tinggi dibandingkan divisi PR perusahaan, CEO,
bahkan Founder-nya. Sebanyak 41% percaya bahwa karyawan adalah sumber informasi
paling kredibel terkait bisnis perusahaannya.” Saat konsumen berinteraksi
dengan salah satu frontliner Anda, atau terlibat dengan karya yang dihasilkan
oleh ‘karyawan di belakang layar’ Anda, segala hal yang dilakukan departemen PR
maupun pemasaran Anda akan diuji.
Dalam laporannya
berjudul “Employee Engagement”, Dilys Robinson dan Sue Hayday mengungkapkan
bahwa karyawan lebih termotivasi oleh beberapa faktor intrinsik, seperti
pertumbuhan personal, bekerja untuk suatu tujuan tertentu, dan menjadi bagian
dari proses yang lebih besar. Bukan sekadar fokus pada faktor ekstrinsik
seperti gaji ataupun keuntungan. Untuk itu, William Arruda dalam artikel yang
disadur Majalah MIX dari Forbes.com memberikan tiga langkah yang dapat Anda
lakukan untuk mendorong karyawan Anda menjadi brand ambassadors.
Pertama, promote self
discovery – Personal Branding. Berdasarkan laporan Daniel Cable, Francesca
Gino, dan Bradley Staats dalam Administrative Science Quarterly, “Penelitian
Universitas Cornell menunjukkan bahwa untuk memaksimalkan kepuasan karyawan,
sosialisasi karyawan baru harus fokus pada personal, bukan perusahaan, ataupun
identitas. Ketika karyawan Anda bisa menunjukkan sosok otentik terbaik mereka
di kantor, produktivitas dan retensi meningkat.”
Dalam penelitian
tersebut, perusahaan yang menanyakan calon karyawannya tentang “Apa yang unik
tentang diri Anda yang bisa membuat Anda sangat bahagia dan mendorong Anda
memberi performa terbaik saat kerja?”, biasanya memiliki tingkat turnover lebih
rendah, performa kinerja karyawannya lebih efektif, dan secara keseluruhan
menunjukkan engagement lebih tinggi. Target Anda adalah untuk menarik brand
ambassador baru Anda merasa sepenuhnya ‘tenggelam’ dalam brand Anda. Adalah
penting untuk membantu karyawan Anda menggali kekuatan terbesar mereka dan
mengintegrasikannya ke segala hal yang mereka lakukan, demi meraih kesuksesan
brand sekaligus tim Anda.
Kedua, make brand
awareness a priority: Corporate Branding 101. Gallup mensurvei lebih dari 3000
pekerja secara acak untuk menilai persetujuan mereka dari pernyataan: “Saya
tahu apa tujuan perusahaan saya dan apa yang membuat brand kami berbeda
dibandingkan kompetitor.” Secara mengejutkan, hanya 41% karyawan yang
benar-benar setuju dengan pernyataan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa
lebih dari setengah koresponden tidak sepenuhnya aware dengan brand positioning
atau diferensiasi perusahaan-nya. Bagaimana tim Anda bisa men-deliver brand
promise perusahaan jika mereka sendiri tidak jelas tentang hal tersebut?
Sebagai pemimpin, Anda harus mengedukasi tim Anda tentang brand dan libatkan
mereka secara langsung pada brand sehingga mereka bisa belajar dari contoh yang
Anda tunjukkan.
Ketiga, connect the
Personal and the Corporate. Ini adalah salah satu kesalahpahaman branding yang
paling sering terjadi, yaitu ketika personal brand dan corporate brand
cenderung bersaing, dari pada bekerja sama. Perusahaan yang sukses adalah
perusahaan yang membantu karyawannya memahami personal brand mereka,
mengintegrasi setiap individu dengan lebih luas untuk mencapai tujuan
perusahaan. Hal ini disebut juga sebagai personal branding, dan merupakan
strategi sederhana yang sangat kuat. Hal tersebut juga didasarkan pada prinsip
dasar personal dan perusahaan, bukan personal VS perusahaan.
Ketika karyawan sudah
jelas tentang siapa mereka dan apa yang membuat mereka berbeda, dan mereka juga
diedukasi dengan sebuah pemahaman tentang tujuan perusahaan, mereka akan mampu
menerapkan kemampuan unik dan keahlian mereka untuk mencapai tujuan perusahaan.
Brand yang kuat membutuhkan employee engagement yang didorong dengan
mengintegrasikan personal brand setiap karyawan. Dan mereka adalah sumber daya
terbesar dalam setiap organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar