Suatu saat Galileo berkata, bahwa semua kebenaran mudah dipahami setelah
mereka ditemukan. Dalam bisnis, pemasar yang piawai adalah mereka yang mampu memahami
pelanggan. Mereka menggabungkan seni dan ilmu untuk menemukan apa yang diinginkan
orang dan menawarkannya kepada mereka.
Selanjutnya, produk yang tepat, dikombinasikan dengan pesan yang tepat, dapat
menghasilkan suatu keajaiban. Inilah yang kemudian dapat mengubah perusahaan yang
pada awalnya biasa-biasa saja menjadi pemimpin pasar yang dominan.
Namun, seperti yang dijelaskan Lisa Arthur dalam bab-bab di
buku Big Data Marketing: Engage Your Customers More Effectively ini, perubahan
dalam pemasaran sangat dramatis. Dalam waktu kurang dari dekade, pemasaran
meninggalkan citra bagus dan frase menarik untuk menangkap, mengintegrasikan,
dan menganalisis berbagai jenis data. Banyak pemasar dan manajer -- di luar fungsi yang berhubungan dengan
pemasar - tidak cukup siap untuk transformasi ini. Setiap hari aset pemasaran
perusahaan menjadi semakin digital. Setiap hari, informasi lebih lanjut tentang
preferensi dan perilaku pelanggan menjadi tersedia. Setiap hari pula peluang menjalankan
pemasaran dengan berbasis pada data makin terbuka.
Secara keseluruhan, premis Arthur adalah bahwa pemasaran di
banyak perusahaan terjebak dalam zaman kegelapan dan bahwa kebangkitan telah
tiba dalam bentuk Big Data. Melalui penggunaan basis data besar, pemasaran di
perusahaan-perusahaan terkemuka dapat membuat pencerahan dan menghasilkan nilai
yang lebih besar.
Buku ini berguna bagi manajer tidak hanya dalam pemasaran.
Manajer dari disiplin lain yang berusaha mencari pemahaman tentang bagaimana
pemasar melihat data dan mengapa departemen pemasaran bertindak serta
beroperasi dengan cara yang mereka lakukan juga terbantu. Arthur tidak
menyalahkan pemasar ketika menggambarkan tantangan utama pemasaran, termasuk
risiko kegagalan hingga berkolaborasi, ketidakmampuan untuk menunjukkan laba
atas investasi, kurangnya keselarasan dengan fungsi teknologi, dan
ketidaksukaan kebanyakan pemasar pada strategi yang didasarkan pada data besar
(big data).
Data besar adalah banjir informasi sekuat tsunami, tapi
dapat dikendalikan. Dengan cara yang positif, data besar memberikan wawasan
bisnis dan nilai yang kita jalankan.
Dengan kalimat lain, data besar merupakan kumpulan data yang berasal
dari sumber-sumber tradisional dan digital di dalam dan di luar perusahaan Anda
yang merupakan sumber untuk penemuan dan analisis yang sedang berlangsung.
Secara historis, ketika melakukan aktivitas, pemasar menggunakan
insting. Seiring dengan makin banyak diantara mereka yang memiliki peluang dan
menerkamnya. Selama bertahun-tahun, angka-angka yang dihasilkan dari penelitian
kuantitatif dan analisis kelompok diskusi (FGD) secara pelahan berperan dalam
pengambilan keputusan menjadi alat dasar
perdagangan. Pergeseran besar berikutnya adalah makin berkembangnya otomatisasi
dan perkembangan ini membutuhkan tidak hanya keterampilan baru, tetapi
perspektif baru yang kemudian berkembang menjadi jembatan ke sesuatu yang lebih
sulit.
Sangat sedikit merek bisa menikmati kesuksesan seperti Marlboro.
Merek ini menjadi ikon pemasaran selama beberapa generasi. Namun demikian,
tidaklah mudah untuk meraih kesuksesan itu. Butuh perjuangan yang luar biasa.
Bagaimana bisa, sebagai rokok berfilter, Marlboro dianggap sebagai rokok ringan
yang cocok untuk perempuan. Namun demikian,
penjualannya ternyata lamban.
Beruntunglah, ketika sebagian orang melihat hal itu sebagai suatu kegagalan, namun Leo Burnett melihat kesempatan. Dia melihat bahwa keperihatinan orang terhadap kesehatan membuat rokok filter populer di kalangan laki-laki. Di sisi lain, Burnett juga melihat bahwa konsumen yang masih kecil saat itu merupakan peluang bagi Marlboro untuk reposisi secara radikal. Dengan pemahaman itu, Marlboro Man lahir.
Beruntunglah, ketika sebagian orang melihat hal itu sebagai suatu kegagalan, namun Leo Burnett melihat kesempatan. Dia melihat bahwa keperihatinan orang terhadap kesehatan membuat rokok filter populer di kalangan laki-laki. Di sisi lain, Burnett juga melihat bahwa konsumen yang masih kecil saat itu merupakan peluang bagi Marlboro untuk reposisi secara radikal. Dengan pemahaman itu, Marlboro Man lahir.
Leo Burnett menghadirkan Marlboro dengan citra paling
maskulin bahwa siapa pun bisa bagai menganggap dirinya sebagai koboi. Dengan
menampilkan alam peternakan dalam iklannya, Burnett mencirtakan Marlboro
sebagai produk laki-laki kasar, bertengger di atas kuda, dan sedikit waktu yang
tersedia untuk istirahat dari hari yang panjang di peternakan mereka.
"Welcome to Marlboro Country."
Arthur menguji beberapa kesulitan utama dalam mengembangkan
strategi berbasiskan data untuk pemasaran dan mengusulkan solusinya masing-masing.
Salah satu bidang utama yang dibahas adalah 'data hairball', suatu ekspresi emotif yang diakibatkan oleh
kekacauan kusut data yang ditemukan dalam banyak perusahaan, mulai dari data
yang tidak lengkap, digandakan dan sering kali salah. Arthur menghubungkan ini
dengan pengalaman pelanggan dan menggunakannya sebagai platform untuk
menggambarkan ketidakefektifan metode pengumpulan data lama dan perlunya
reformasi.
Kondisi itu harus diperbaiki dengan melakukan reformasi
melalui penciptaan seperangkat tanggung jawab baru dan relationship bagi CMO,
termasuk membangun hubungan kerja yang lebih efektif dengan CIO, serta
mengembangkan Chief Marketing Technologist dan peran petugas Kepala Digital.
Setelah menciptakan portofolio modal manusia Arthur mengusulkan serangkaian
strategi: Interaksi Pelanggan; Analytics; Data; organisasi; dan Teknologi yang
perlu dikombinasikan untuk menciptakan fungsi pemasaran yang efektif di era Big
Data.
Big data adalah kesempatan mengubah permainan terbesar untuk
pemasaran dan penjualan sejak Internet masuk hampir 20 tahun yang lalu. Banyak
eksekutif menemukan diri mereka kini harus berhadapan dengan sejumlah besar
data dan kompleksitas organisasi, dengan cepat mengubah perilaku pelanggan, dan
makin meningkatpeningkatan tekanan kompetitif.
Beberapa perusahaan yang berhasil menggunakan data besar dan
analisis secara efektif menunjukkan bahwa tingkat produktivitas dan
profitabilitas mereka 5-6 persen lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka.
Perusahaan-perusahaan yang sukses bukanlah orang yang memiliki data yang paling
banyak, tetapi orang-orang yang menggunakannya dengan cara terbaik.
Saat ini seakan ada adegium bahwa perusahaan itu data dan
pemasaran itu data. Di sisi lain, belakangan muncul big data. Sehingga,
seakan-seakan semua adalah data. Jika Anda seorang pemimpin bisnis, Anda
sekarang dikelilingi oleh data, dan saya yakin Anda menyadari ada nilai
bersembunyi di dalamnya. Di dalam data
tersembunyi sejumlah peluang. Setidaknya Anda dapat mengubah data menjadi
pendapatan.
Dalam konteks ini mulai dari pemasaran. Arthur lalu
mengajukan lima langkah agar data bekerja.
Langkah Pertama: Cermat dalam berstrategi. Pemasaran, penjualan, IT dan
seluruh direksi harus menyelaraskan
balik strategi bersama. Strategi ini harus mengikat kembali ke tujuan bisnis
inti, dan itu harus komprehensif agar masing-masing bidang: interaksi
pelanggan, analisis, data, perubahan organisasi dan teknologi.
Langkah kedua: Buanglah Silo-silo. Survei yang dilakukan
Arthur terhadap lebih dari 2.200 pemasar menemukan bahwa sebagian besar percaya
silo - baik internal maupun eksternal di lingkungan pemasaran -- mencegah
mereka secara efektif melaksanakan kampanye. Prediksi Gartner, CMO akan segera
membelanjakan lebih banyak pada teknologi daripada CIO. Rekan mereka yang
berkerja di lingkungan IT khawatir, pemasaran akan mendorong inisiatif
teknologi dalam ruang hampa.
Langkah ketiga: Perbaiki Hairball Data. Hairball merupakan
gambaran tumpukan rumit dari interaksi, aplikasi, data dan proses yang
terakumulasi ketika perusahaan tidak siap untuk menangani informasi dari
berbagai sumber. Penelitian Arthur menunjukkan bahwa hanya 18% pemasar memiliki pandangan holistik pelanggan
mereka. Pemasar perlu bekerja di seluruh departemen perusahaan dengan
menggunakan proyek percontohan skala kecil untuk melepaskan simpul, helai demi
helai yang membelunggu silo-silo tadi.
Langkah keempat: Membuat Metrik Mantra. Pada tahun 2013
pemasaran masih berjuang untuk membuktikan nilainya. Mengapa? Karena beberapa
CMO tahu cara mengendalikan dan mengukur ROI. Untuk memulai, pemasar harus
menentukan metrik yang terbaik yang menunjukkan bagaimana upaya mereka
berkontribusi pada bisnis. Kemudian, mereka harus berbagi hasil dengan C-Suite
untuk meningkatkan transparansi dan memvalidasi nilai pemasaran.
Langkah Lima: Proses itu Hitam Baru. Sebagian besar pemimpin
bisnis tidak berpikir proses sebagai seksi. Namun, ketika proses memberikan
paparan tentang keunggulan kompetitif
atau mengangkat brand relevansi, mereka akan bilang itu sangat seksi.
Pendekatan Ad hoc tidak lagi bekerja. Hari ini, pemasaran harus gesit, sampai
ke pasar lebih cepat dan lebih efektif. Marketer sukses menyederhanakan,
mengotomatisasi dan merevolusi proses untuk meningkatkan kinerja, meningkatkan
pengalaman pelanggan dan meningkatkan penjualan.
Buku ini menawarkan mekanisme praktis di mana mereka secara
pribadi dapat beradaptasi, bertahan transformasi dan tumbuh. Gaya tulisannya
yang sangat informal ditampilkan penulisnya dengan banyak menggunakan kata
ganti “saya” sehingga membaca buku ini seakan ngobrol dengan penulisnya di
lounge eksekutif bandara. Struktur buku ini dibagi dalam beberapa bab-bab
kecil, ditutup dengan definisi dan bagian "lakukan dan jangan
dilakukan." Hal ini sangat membantu manajer sibuk yang membacanya di
pesawat maupun di komuter line cepat mendapatkan dan mencerna topik yang
dibahas di buku tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar