Apakah
Anda pernah mengambil brosur atau flyer yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
merek? Juga membuka-buka newsletter perusahaan,
membaca komik yang
terdapat di dalam bungkus permen karet? Semua ini adalah beberapa cara yang dimanfaatkan oleh perusahaan dalam menggunakan konten untuk memasarkan produk atau layanan
mereka kepada pelanggan dan calon pembeli.
Menurut
penulis buku ini Rebecca Lieb, content marketing bukanlah hal
baru. Sejak bertahun-tahun lalu perusahaan telah
menciptakan dan mendistribusikan konten untuk
menarik bisnis (pelanggan) baru dan mempertahankan
pelanggan yang ada. Inilah yang membedakan antara content marketing
dan bentuk-bentuk pemasaran dan iklan tradisional. Di sini
perusahaan atau merek tidak menggunakan konten untuk menjual.
Isi pesan yang biasa dimunculkan dalam bungkus permen tadi misalnya, lebih
banyak mengandung informasi yang saat itu relevan dengan kebutuhan konsumen, bersifat mendidik, menarik, dan kadang-kadang menghibur.
Kenapa harus content marketing? Dalam
media, konten adalah umpan yang ditangkap bola mata, didengar telinga,
mendapatkan perhatian, dan menciptakan keterlibatan. Itu bagian dari kontrak
waktu yang kini sangat diperhitungkan konsumen. “Kami memberikan konten, Anda
memberikan perhatian,” begitulah harapannya.
Content marketing, kata Lieb, berarti
mengembangkan konten di seluruh bisnis Anda, termasuk produk barang dan layanan
Anda. Tapi konten tidak seharusnya berada di luar area yang harus dihindari.
Konten harus berorientasi eksternal, yakni ditujukan untuk pelanggan, calon
pelanggan, pembeli, pendukung merek, blogger, media, orang yang terlibat
dalam jejaring sosial, dan orang-orang yang berpotensi sebagai karyawan.
Seperti diketahui, model pemasaran melalui media
tradisional adalah interruptive. Ia tidak membangun dialog, sementara
publik sekarang menginginkan dialog. Model interupsi ini mungkin masih berlaku,
dan perusahaan atau pengelola merek akan terus melakukannya. Namun pamornya
menurun. Koran, televisi, radio, dan majalah menghadapi persoalan pembaca yang
jumlahnya terus berkurang. Di sinilah peran content marketing
makin penting. Content is king.
Saat ini, content marketing telah dilakukan
oleh perusahaan besar dan kecil. Apalagi sangat dimungkinkan mereka menjadi
penerbit sendiri melalui situs web, blog, YouTube, Twitter, Facebook, dan
sejumlah media online lainnya. Akan tetapi, menciptakan,
menyebarluaskan, mengevaluasi konten, tidak akan terjadi begitu saja tanpa
suatu strategi.
Meskipun content marketing mungkin lebih
murah dan lebih mudah karena inovasi digital, namun menciptakan konten
berkualitas, konsisten dan sesuai dengan kebutuhan target pelanggan membutuhkan
pikiran, kerja, orisinalitas, strategi, eksperimentasi, dan ketekunan. Untuk
itu dibutuhkan penanggung jawab yang benar-benar memahami pekerjaan yang harus
dilakukan.
Ini karena lingkup kerja content marketing officer
relatif besar. Retail online Zappos misalnya, pada 2008 harus
menghasilkan 60-100 video per hari yang dipertontonkan melalui berbagai
saluran. Akhir tahun ini, targetnya memproduksi 50.000 video. Untuk itu,
perusahaan ini merekrut 40 orang pekerja full-time. Itu belum termasuk
puluhan karyawan yang terlibat di lokasi demonstrasi. Banyak perusahaan
merekrut blogger, praktisi sosial media, copywriter, editor naskah atau public
relations (PR) professional.
Yang harus dipertimbangkan, PR kini tidak bisa bekerja
seperti dulu. Di satu sisi, PR melaksanakan salah satu bentuk asli dari content
marketing, yakni fungsi pemasaran. Di sisi lain, PR harus melakukan
banyak hal yang berkaitan dengan publisitas, manajemen reputasi, dan media.
Jantung PR selalu menanamkan cerita di media seperti koran, majalah, televisi,
dan radio. Di sini PR ditantang untuk membuat cerita dalam bentuk dokumen pers
rilis satu atau dua halaman singkat, mempersuasi dan meyakinkan wartawan bahwa
topik yang dibuat itu bernilai dan menarik.
Yang juga perlu dilakukan adalah audit konten. Langkah
ini tidak hanya penting untuk menilai apa yang kita miliki. Jika kita
melakukannya dengan benar, audit akan menghasilkan evaluasi seberapa baik konten
telah bekerja dan bagaimana konten itu bekerja pada beberapa tingkat. Jadi Anda
tidak hanya melihat konten dari yang kita miliki, tetapi juga apakah konten
diproduksi secara profesional, apakah dieja dengan benar, apakah gayanya
konsisten? Apakah isinya menarik orang? Dan sebagainya.
Sejatinya buku ini sangat sederhana. Namun kesederhanaan
itulah yang menjadi kelebihan. Buku ini memberikan panduan langkah demi langkah
tentang bagaimana merencanakan, memproduksi, mempromosikan, dan mengukur content
marketing. Bahkan yang lebih penting, buku ini menguraikan bagaimana
mengintegrasikan content marketing ke dalam fungsi-fungsi
pemasaran yang ada seperti iklan, dan media sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar