“Saya direkrut menjadi
bagian dari pemerintahan kota Chicago ketika sedang aktif-aktifnya menjadi
aktivis tata ruang dan ruang terbuka yang mewakili pihak swasta dan publik,”
cerita Astrid Sri Haryati, alumni S2 Jurusan Landscape Architecture University
of Colorado, Denver. Astrid memang beda. Bila arsitek lain memilih mendesain
rumah atau gedung tinggi, Astrid justru memilih jalur infrastruktur.
Pertimbangannya
sederhana. Dana infrastruktur untuk masyarakat luas selalu ada, karena itu
selalu saja ada pekerjaan untuk arsitek infrastruktur. Pilihan yang berbeda
inilah yang mengantarkan Astrid menjadi principal termuda di bawah usia 30 tahun di sebuah perusahaan
architecture engineering di AS. Itu ula yang membuat Walikota Chicago dan San
Fransisco meliriknya. Di Chicago, Astrid berperan sebagai Assistant to the
Major for Green Initiatives. Di belakang layar, dia juga membantu beberapa
strategi kebijakan Barack Obama semasih menjadi Senator Illinois.
Menjadi berbeda juga
dilakukan Whulandary Herman, Puteri Indonesa 2013, saat mengikuti Miss Universe
di Moskow. Di datang ke kota itu dua hari menjelang karantina. Karena tradisi
yang datang duluan menjemut yang datang belakangan, Whulandary selalu
berkesempatan menjemput setiap peserta yang datang. Karena itu, setiap peserta
mengenalnya. Dia juga memanggil orang kaya Donald Trump dengan cara yang
berbeda. Bila orang lain memanggil bakal calon presiden AS itu dengan panggilan
Mr. Trump, Whulandary memanggilnya dengan Mr. Donald. Ini yang kemudian membuat
Mr. Trump mengingatnya.
Astrid dan Whulandary
adalah contoh dua orang Indonesia yang berhasil membangun karir global.
Keduanya memertontonkan sesuatu yang berbeda. Intinya adalah, agar berhasil
dalam persaingan seseorang perlu membangun diferensiasi. Berprestasi tinggi dan
berenamilan baik, balumlah cukup. Seseorang yang ingin maju dan berhasil harus
membuat orang lain ingat dan berkesan. Karena itu temukan cara agar orang lain
dapat mengingat Anda melalui kesan yang positif. Dalam bahasa Handi Kurniawan,
penulis buku ini, mereka mendapatkan panggung dunia karena pilihan yang berbeda
dengan lainnya.
Menurut Handi, berkarir
di panggung dunia pada dasarnya bisa
diraih semua orang. Bagaimana caranya, buku ini banyak memberikan banyak tips
agar seseorang bisa berkarir di anggung dunia.
Buku ini diawali dengan
pernyataan bahwa manusia ada dasarnya diciptakan Tuhan dengan bakat
masing-masing yang luar biasa. Setiap talenta yang diberikan Tuhan tidak
sia-sia. Persoalannya adalah banyak orang yang belum menyadari talenta itu,
banyak orang yang belum mengetahui pengetahuan atau perangkat yang diperlukan
untuk mencaai keberhasilan. Banyak juga yang belum benar-benar mengasah talenta
agar menjadi tajam dan berguna.
Buku ini banyak
memberikan gambaran keada pembacanya tentang cara berkarir dari baik menjadi
hebat, dalam arti mendapat panggung dunia. Buku ini merupakan buku kedua yang
ditulis Handi Kurniawan, seseorang yang waktu kecil menganggap bahwa keluar
negeri itu hanya mimpi. Kini Handi dengan karir professional telah berkeliling
ke banyak negara di berbagai benua.
Seperti halnya yang
pertama, buu ini dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama merupakan simple
framework yang bisa digunakan sebagai strategi untuk sukses. Bagian kedua bersi
tentang profil 14 narasumber yang berhasil di tingkat global. Meski ada
kesamaan, namun perbedaannya adalah ada tokoh-tokoh yang ditampilkan. Berbeda
dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan ada buku pertama, Go Global, yang menampilkan tokoh-tokoh yang relative
telah dikenal, pada buku kedua ini, Handi menampilkan beberapa tokoh-tokoh yang
banyak dikenal melalui publikasi di media. Namun karena interaksi penulis
dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan membuat enggel yang ingin ditampilkan
menjadi berbeda.
Bagian pertama buku ini
tentang MAPLE sebagai jalan menuju kesuksesan di tingkat global menunjukkan
ketekunan penulis dalam mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam lima huruf
yang sekaligus mencerminkan area focus. Yang menarik adalah, penulis yang
memiliki latar belakang akuntan memiliki sudut pandang sebagai seorang konstruktivis
sebagaimana yang sering saya jumpai pada orang-orang yang memiliki latar
belakang ilmu social lainnya.
Judul Buku : Global Career: Boost Your Career to the World Stage
Penulis : Handi Kurniawan
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2015
Tebal Buku : 380 halaman, termasuk cover
Hal ini terlihat pada
konstruksi MAPLE yang oleh penulisnya masingmasing disusun mewakili dua kata.
Ini mengisyaratkan bahwa pada setiap orang sebaiknya tidak terpaku ada satu
cara untuk sukses. “Selalu ada jalan dan ilihan dalam hidu,” kata Handi. M
misalnya melambangkan mindset dan mental. Mindset berarti pola pikir yang dalam
konteks ini yang dimaksud adalah pola pikir positif. “Kalau Anda berpikir
besar, Anda akan menjadi besar. Kalau Anda berpikir kecil, Anda akan menjadi
kecil.”
Menurut Handi, setiap
keberhasilan diawali dari mindset atau pola pikir. Talent berkelas dunia yang
sangat sukses memiliki pola pikir yang berbeda dari orang rata-rata. Namun hal
itu tidak berarti bahwa mereka lebih pintar, lebih jenius atau lebih beruntung.
Mereka adalah orang yang mampu mengembangkan pola pikir global, memiliki
kekuatan untuk memilih, menyingkirkan pikiran yang membatasi diri, percaya pada
kekuatan visual dan memiliki keyakinan mampu mewujudkan mimpinya. Sedangkan
mental berarti kemampuan untuk mengendalikan emosi. Sikap ini mempunyai dimensi
tidak takut jatuh, tidak bermain dengan perasaan, bertahan meski di bawah
tekanan, dan tidak menyerah sebelum berhasil.
Ilustrasi yang
disampaikan penulis ketika membedah dimensi ini memang disajikan secara
menarik. Sayangnya, tidak dielaborasi terlalu mendalam sehingga muncul kesan
saya bahwa prosesnya begitu mulus tanpa liku perjuangan. Saya membayangkan
bahwa untuk masuk ke lingkungan global – terutama bagi mereka yang bekerja di
sebuah perusahaan – prosesnya tentu berliku. Dalam konteks fenomenologi,
memiliki karakter tidak takut jatuh, dan sebagainya membutuhkan temapaan dan
pengalaman. Disilah kekurangan buku ini. Menurut saya, buku ini menjadi jauh
lebih bagus bila penulis juga mampu memberikan gambaran lebih mendalam tentang
latar belakang tokoh-tokoh yang diilihnya sebagai sumber.
Dalam kaitan dengan
berkarir di tingkat global misalnya, nulis memang membahas tentang kemauan
beradatasi sebagai syarat bagi orang yang ingin berhasil. Sebab bagaimanaun
bermain di tingkat global berarti banyak berinteraksi dengan orangorang dari
bergbagai budaya. Realitasnya, orang sekelas mantan bos Hewlett Packard Carly
Fiorina, almarhum Steve Jobs - mantan bos Apple, dan Vikram Pandit, mantan
eksekutif kepala Citibank pernah gagal.
Vikram Pandit diangkat
menduduki jabatan tertinggi di Citibank
karena hard skill-nya. Dia memang berhasil membuat meningkatkan pendapatan
Citibank, tetapi dia diminta untuk meninggalkan karena dia memiliki masalah
dengan anggota dewan direksi yang lain dan para pemangku kepentingan Citibank.
Carly Fiorina dituduh
membalikkan goodwill insinyur Amerika dan mengasingkan pelanggan Hewlett
Packard melalui pernyataannya yang menekankan bahwa ekonomi global itu berarti
tidak ada satu pun pihak yang berhak mengklaim sesuatu yang diberikan Tuhan
untuk bekerja kembali. Karena itu, orang Amerika Serikat harus bersaing untuk
mendapatkan pekerjaan dengan rekan-rekannya di negara berkembang. Pernyataan
itu dianggap melecehkan insinyur Amerika yang selama ini menganggap bahwa –
karena keahlian dan ketrampilan yang lebih tinggi - merekalah yang paling berhak mendapatkan pekerjaan,
terutama di AS.
Tak ada gading yang tak
retak. Meski terdaat beberaa kekurangan, namun buku ini setidaknya
membuat wawasan saya
tentang berkarir di tingkat global menjadi lebih terbuka. Karena itu, buku ini
memang cocok bagi mereka yang selama ini merasa “mustahil” berada di entas
dunia. Karena pada dasarnya, seperti dikatakan penulis, setiap orang punya
kemamuan untuk itu. Tinggal bagaimana Anda mengenali dan menempatkan kemampuan
Anda itu untuk lingkungan yang membutuhkannya dengan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar