Ada kekhasan dari setiap peluncuran produk baru Apple. Sebelum produk diluncurkan Apple biasanya menciptakan buzz terlebih dulu untuk menarik perhatian pelanggan potensial, mendapatkan liputan media dan mempromosikan penjualan.
Buzz? Ini adalah
sesuatu yang bisa mempengaruhi apa yang kita pikirkan tentang sesuatu. Kenapa?
Karena orang lain membicarakan kita, membaca ulasan tentang kita dan
sebagainya. Intinya, buzz adalah menjadi perhatian dan perbincangan publik.
Dalam era media-centric modern, buzz bisa disejajarkan dengan publisitas. Jadi hebatnya,
buzz lebih dipercaya sebagai rujukan dalam keputusan konsumen daripada iklan.
Jauh-jauh hari sebelum film Star Wars diputar di gedung bioskop, keberadaan merchandizingnya di beberapa supermarket, hypermarket -- mulai dari mainan untuk pakaian, makanan dan permainan dan beragam barang yang menjadi atribut Star Wars -- dijadikan tolok ikur orang untuk memprediksi keberhasilan penjualan film itu. Jutaan orang membicarakan Star Wars. Investasi pemasaran yang dilakukan Walt Disney Co, yang kemudian dibeli Lukas Film milik George Lukas pada tahun 2012 senilai $ 4 miliar, hanya dari merchandizingnya saja menghasilkan senilai $ 5 miliar selama 12 bulan. Itu perkiraan Macquarie Research.
Di dunia public relations, publisitas bukan hal baru. Bedanya, media sekarang
makin berkembang dengan munculnya media sosial yang dikelik-kelik oleh
perkembangan internet dan telepon seluler. Sekarang media massa konvensional
(koran, majalah, radio, dan televisi) mempunyai saudara bernama Youtube,
Facebook, Twitter, bahkan WhatsApp Group, Instagram, Line dan sebagainya. Luar
biasanya, mereka seakan-akan bahu membahu sehingga keberadaan media sosial
seakan membuat apa yang kita lihat, dengar, baca, dan rasakan menyebar luas
dengan cepat seperti virus.
Sekali lagi lihat buzz film Star Wars. Seiring dengan kicauan pendukung organiknya tentang film tersebut, kampanye media sosial oleh mitra merek seperti Google dan Verizon juga mengisi feed berita dari fans dan non-fans Star Wars selama seminggu terakhir sebelum peluncuran film.
Kampanye promosi film dengan #TheoryWars dari Verizon
menawarkan kesempatan bagi pengguna untuk memenangkan tiket film gratis.
Sementara kampanye #ChooseYourSide dari Google meminta pengguna untuk memilih
"dark side" atau "light side" sebagai tema yang disesuaikan
untuk aplikasi Google mereka.
Hasilnya, di Twitter saja, ada 2,8 juta tweet yang menggunakan hashtag #StarWars dalam 30 hari terakhir sebelum launching, kata Ted Murphy, CEO perusahaan pemasaran online Izea. Secara total, ada sekitar 234 juta "Star Wars" interaksi terkait di akun resmi media sosial Star Wars mulai Januari sampai November 2015.
Siang, seorang artis tertangkap
kamera bermesraan dengan cowok yang bukan pasangannya, siang itu juga gambarnya
tersebar kemana-mana melalui Youtube, handphone, WA Group, milist dan
sebagainya. Beberapa menit atau jam kemudian televisi, koran, majalah, dan
radio ikut menyebarkan informasi itu. Orang ingin menonton televisi atau
membaca tabloid, majalah atau koran seakan beralasaningin mengkonfirmasikan
atau memperjelas informasi tersebut.
Kenapa buzz? Perusahaan
membutuhkan buzz karena pesaing kita siang dan malam berusaha menciptakan hal
yang sama. Bayangkan minggu lalu produk kita memiliki diferensiasi yang tinggi.
Bulan depan – karena produk kita laku – sudah muncul produk lain yang sama
persis dengan produk kita, bahkan mungkin kualitasnya lebih baik. Dalam keadaan
seperti itu, buzz lah yang menjadi andalan karena buzz yang membuat produk kita
tetap beda.
Buzz yang membuat
apakah produk kita tetap dianggap sebagai biangnya minuman berenergi atau
sekadar sirup biasa. Beberapa penelitian menyatakan buzz jauh lebih dipercaya
dibandingkan iklan. Bila iklan dianggap khalayak sebagai suatu
keniscayaan, buzz dianggap sebagai suatu
yang bukan kebohongan.
Kenapa buzz public
relation? Public relations bisa diterjemahkan sebagai pengelolaan komunikasi
untuk menciptakan opini publik ke arah seperti yang diinginkan oleh organisasi
atau individu. Organisasi disini bisa perusahaan, negara atau kelompok lainnya
seperti LSM. Bila pengertian ini diterima, berarti menempatkan segala sesuatu
yang disampaikan kepada masyarakat melalui media massa atau langsung untuk
mempersuasi audiense sebagai bagian dari kampanye public relations.
Media merupakan ritual
komunikasi untuk para anggota dari suatu budaya karena media memberikan atau
menawarkan cara pandang untuk memahami diri kita sendiri. Dengan kata lain
media mempengaruhi cara pandang karena media massa telah berhasil membingkai
pikiran kita. Apa yang kita lihat dan kita baca, bisa menimbulkan persepsi dan
sikap positif atau negatif, hal itu sangat tergantung pada bagaimana media membingkainya.
Di sisi lain, kita
sulit menghindari media karena media telah menjadi bagian dari budaya kita.
Media disini bisa konvensional, bisa pula internet dan handphone. Mereka
menjadi bagian budaya karena setiap hari kita selalu bersentuhan dengan mereka.
Apakah kita pernah ada hari tanpa membuka internet? Apakah kita pernah sehari
tanpa handphone? Mungkin pernah tapi kita merasakan ada sesuatu yang “kurang”.
Sebab, bila tidak ada orang yang meng-sms, pemegang handphone sepertinya
kehilangan informasi.
Menciptakan buzz bukan
perkara sulit, kata Richard Laermer – penulis buku Full Frontal PR: Building
Buzz About Your Business, Your Product, or You. Kita bisa menciptakan buzz dari
faktor-faktor yang ada pada diri kita. Setiap nafas perusahaan (merek dan atau
termasuk kita), gerak gerik perusahaan dan sebagainya berpotensi menciptakan
buzz. Seseorang pindah kerja atau dipromosikan, laporan keuangan perusahaan,
pertumbuhan laba perusahaan, kantor pindah, dan termasuk musibah yang dialami
kantor bisa menjadi buzz.
Artinya, dalam semua
gerak-gerik itu, peluang untuk menciptakan buzz. Tak ada sesuatu yang misterius
dalam seni menciptakan buzz yang benar-benar tajir bila dipahami secara benar
apa itu buzz dan mana yang bukan buzz. Bila relasi kita dengan media (konvensional)
cukup baik, kita bisa memberi mereka cerita yang mereka inginkan.
Lalu kenapa menyebarkan
informasi melalui buzz lebih bernilai ketimbang iklan? Alasan sebenarnya adalah
liputan media lebih powerful. Membayar untuk menyebarkan informasi dalam masyarakat
yang kejenuhan media belakangan ini membuat informasi itu kurang diperhatikan.
Ini berbeda dengan bila informasi tersebut disebarkan secara gratis oleh media.
Orang akan lebih dipercaya bila informasi itu ditulis oleh jurnalis atau
bloger. Lebih dari 70% masyarakat – menurut survey – lebih mempercayai tulisan
mereka dibandingkan dengan informasi yang muncul melalui iklan.
Itu sebabnya, keakraban
dengan media itu perlu. In merupakan langkah efektif untuk menciptakan interest
dan antuasiasme publik terhadap produk kita. Tanyakan kepada sesorang yang
membaca media atau menonton TV, apakah mereka mempercayai berita atau iklan.
Proses menciptakan
publisitas melalui media – televisi, radio, koran, majalah, newsletters, dan internet — sangat krusial
bagi dunia usaha. Dalam hal ini penting bagi perusahaan atau individu untuk
mempersiapkan secara cepat apa yang ingin perusahaan jelaskan. Pendekatan
melalui hubungan dengan media penting karena secara praktis pendekatan ini jah
lebih kredibel ketimbang membayar melalui iklan atau kampanye marketing
lainnya. Dalam konteks ini, eksposure yang dilakukan media bisa menjadi iklan
atau kampanye marketing tanpa harus mengeluarkan biaya.
Untuk menciptakan buzz
yang efektif, organisasi atau individu harus mengetahui bagaimana bekerja sama
dengan media. Sangat penting untuk memahami bagaimana berbicara dengan jurnalis
sehingga perusahaan atau individu dapat menjawab pertanyaan atau memberikan
jawaban atas persoalan yang ingin diungkap oleh semua jajaran media
Jurnalis yang bekerja
dalam tekanan deadline atau dipelototi penuh kecurigaan oleh redakturnya,
selalu mencari berita yang baik. Mereka membutuhkan Anda sebagaimana Anda
membutuhkan mereka.
Kuncinya adalah Anda
perlu menarik perhatian mereka (para jurnalis atau blogger). Cari reporter yang
tepat untuk menulis cerita tentang perusahaan Anda. “Jual” cerita Anda kepada
mereka setelah melakukan wawancara, dan yakinkan bahwa Anda melanjutkan dan
meningkatkan kerjasama yang telah terjalin dengan mereka.
Akan tetapi, exposure
atau publisitas atau buzz tidak selalu tentang hal-hal yang positif. Tidak
seperti iklan, Ada tidak bisa mengontrol publisitas. Di sisi lain, PR ditutntut
untuk menciptakan, meningkatkan dan mempertahankan image positif. Disinilah
belajar tentang crisis communication penting.
Bagaimana Menciptakan PR
Buzz?
Para pemerhati pemasaran selalu mengatakan bahwa Apple
merupakan contoh yang bagus dalam menggunakan strategi PR untuk membantu Anda agar
berhasil dalam meluncurkan produk baru. Berikut adalah beberapa
strategi PR seperti yang ditulis Sydney Public Relations Agency beberapa waktu
lalu yang dapat Anda gunakan bila meluncurkan produk baru:
Yang pertama
perlu Anda lakukan adalah menentukan kira-kira aspek atau tema apa yang ingin
Anda tonjolkan dari produk baru tersebut. Untuk keperluan tersebut, Anda memang
harus mempelajari dulu kira-kira apa yang membedakan atau keunikan produk (unique
selling proposition) Anda dengan produk pesaing. Anda juga perlu mengetahui
terlebih dulu apakah keunikan itu memberikan benefit bagi pengguna merek atau
produk Anda tadi.
Kedua, manfaatkan
media sosial: Sebelum Anda meluncurkan produk baru Anda, Anda perlu menciptakan
minat di antara audiens target Anda. Cara yang paling bagus dan murah adalah
dengan memanfaatkan media sosial. Untuk menghasilkan percakapan, Anda bisa
memberikan contoh produk baru Anda kepada follower Anda atau orang-orang yang
Anda kenal di media sosial. Beri mereka kesempatan untuk menguji produk Anda. Jika ini berhasil,
mereka tentu akan mempromosikan berbagi informasi melalui media sosial tentang
produk dan menghasilkan buzz seputar peluncuran produk baru.
Ketiga, buat
release kepada media: Kirimkan siaran pers/media kepada wartawan kunci dengan merinci
informasi tentang produk baru. Jika wartawan tertarik pada cerita Anda, maka
terbuka kemungkinan mendapatkan liputan
media dalam berbagai publikasi. Jangan lupa untuk memasok gambar-gambar dengan resolusi
tinggi produk baru Anda sehingga orang dapat melihat tampilan dari produk
tersebut.
Keempat, ulasan
produk: Dorong watawan kunci atau blogger untuk membuat semacam ulasan
produk dengan mengirim mereka sampel
produk baru Anda. Ketika wartawan kunci dan blogger dapat mencoba produk baru
Anda, ini akan meningkatkan jumlah ulasan dan buzz yang Anda terima.
Kelima, adakan event:
Sebuah event peluncuran produk adalah cara yang bagus untuk mendapatkan
perhatian dari media dan influencer utama produk baru Anda. Dengan meminta
stakeholder penting, seperti pemasok, klien dan orang-orang prominence atau
opinion leader menghadiri acara Anda, Anda dapat meningkatkan peluang Anda
untuk mendapatkan liputan media.
Keenam, jangan
berhenti cuma sampai di acara launching: Peluncuran produk bukanlah acara
satu hari. Jadikan peluncuran produk sebagai suatu strategi PR yang berlanjut
dan berkesinambungan. Jadi, setelah peluncuran produk Anda misalnya, Anda perlu
untuk melanjutkan momentum yang telah Anda buat dan mempertahankan pelanggan
tertarik untuk membeli produk. Misalnya, dengan tetap mengupdate mereka dengan
informasi-informasi baru mengenai produk Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar