Decade terakhir bisa jadi adalah era keemasan Corporate
Social Responsibility. Betapa tidak, selama dekade terakhir, konsumen semakin
khawatir pada ancaman lingkungan. Ini menyebabkan pergeseran besar dalam
belanja konsumen dan arah investasi perusahaan yang mendorong kehidupan lebih
baik. Bisnis yang berkelanjutan - dan mereka yang baru saja mengklaim
berkelanjutan - telah mampu mendatangkan keuntungan sehingga menarik ribuan
pemain baru ke pasar.
Fenomena ini akan diuji oleh lingkungan, bisnis mana yang
paling berkomitmen terhadap bisnis berkelanjutan. Jika Anda bekerja di sebuah
departemen CSR maka sekarang adalah saat yang tepat untuk mendorong kinerja keberlanjutan yang
lebih tinggi melalui operasi Anda.
Dengan kalimat lain, sekarang adalah saat yang tepat bagi Anda untuk
bertanya seberapa dalam keberlanjutan dalam DNA perusahaan Anda. Jika
jawabannya adalah "tidak terlalu", Anda mungkin ingin menopang
komitmen perusahaan Anda sekarang atau mulai mencari pertunjukan lain.
Perusahaan dengan komitmen yang lemah atau baru lahir kemungkinan akan
menempatkan mereka pada kondisi jalan tempat atau tutup.
Perusahaan di seluruh dunia kini menghadapi tantangan baru
melalui persyaratan CSR yang ditentukan oleh masing-masing pemerintahan di
temapt perusahaan tersebut beroperasi. Di India, misalnya, kini ada India
Companies Act, sebuah undang-undang disahkan pada 2013, yang mengamanatkan
bahwa perusahaan dengan ukuran tertentu harus menyumbangkan 2 persen dari laba
bersih yang mereka hasilkan untuk inisiatif yang berdampak sosial.
Tapi di sisi lain, tahun depan juga terbuka peluang bagi
perusahaan untuk meningkatkan cakupan program CSR yang ada. Berikut adalah
peluang-peluang yang dipaparkan oleh Maeve Miccio, Vice President for Corporate
Responsibility di Silicon Valley Community Foundation.
1. Pengaruh Karyawan terhadap Kegiatan CSR Semakin Besar
Tren ini dipelopori oleh perusahaan teknologi yang kemudian
diadopsi oleh sector lain. Jadi dalam menentukan jenis kegiatan dan mitra yang
diajak kerjasama, perusahaan makin memperhatikan masukan dari karyawan.
Organisasi atau perusahaan seperti Yelp dan Yahoo Employee Foundation
memberdayakan karyawan mereka untuk mendirikan semacam LSM yang didanai melalui
pengumpulan dana dari karyawan sendiri.
Strategi ini berkaitan erat dengan penelitian seperti
Deloitte Millenial Survey 2015, yang menunjukkan bahwa millenials berpotensi
memilih tempat kerja berdasarkan apa yang ingin dicapai perusahaan. Menurut
survei Nielsen, 67 persen karyawan lebih suka bekerja untuk sebuah perusahaan
yang bertanggung jawab secara sosial.
Mereka percaya bahwa para pemimpin perusahaan harus memberi
prioritas tinggi pada kontribusinya terhadap masyarakat setempat dan masyarakat
yang lebih luas. Dengan makin meningkatnya proporsi millenials, maka karyawan yang
mempengaruhi kegiatan CSR makin besar.
Program CSR sering hanya memikirkan dari perspektif
eksternal. Ini berarti perusahaan hanya memikirkan tentang perusahaan menjadi warga
yang baik bagi lingkungannya. Kini, CSR lebih dari sekedar praktek dalam masyarakat
yang bertanggung jawab. Ini Karena bila hanya melihat dari perspektif luar,
Anda kehilangan kesempatan terbesar untuk melakukan dengan baik pada karyawan
Anda.
Memprioritaskan kebutuhan karyawan menunjukkan bahwa Anda
peduli. Pada gilirannya kepedulian Anda itu meningkatkan keterlibatan dan
retensi karyawan. Menurut penelitian terbaru, para millineal membutuhkan perkembangan
dan pertumbuhan karir. Menurut penelitian, 58 persen millennium, karir dan
pengembangan profesional merupakan tujuan karir utama mereka. Karena itu, bila pertumbuhan
kurang maka karyawan akan meninggalkan majikannya.
2. Kolaborasi Dengan Pemerintah Daerah dan Kota
Akhir-akhir ini makin banyak perusahaan beranggapan bahwa
kolaborasi perusahaan dengan lembaga pemerintah daerah atau kota dalam kegiatan
CSR bisa memberikan dampak yang lebih besar. Program Smarter Cities yang
dilakukan IBM misalnya, adalah model yang dinilai banyak pihak sangat positif.
Disini kontribusi IBM adalah memberikan
konsultasi dan dukungan teknologi untuk memajukan kota di berbagai bidang
seperti keamanan publik dan manajemen darurat.
Makin tingginya minat para professional perusahaan jasa
profesional dan perusahaan teknologi dalam meluncurkan inisiatif ini
meningkatkan keahlian, pengaruh dan investasi dalam meningkatkan efisiensi
kinerja infrastruktur. Contoh terbaru
adalah program Amazon Web Services, City on Cloud.
Tahun 2016, Pemprov DKI Jakarta menargetkan pembangunan 150 Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) mengatakan, sangat terbantu dengan bantuan Corporate Social
Responsibility (CSR) dari berbagai perusahaan.
3. Penyelasaran Inisiatif Perusahaan dan Pemerintah di
Seluruh Dunia
Perkembangan tahun depan memberikan peluang bagi perusahaan
untuk menyelaraskan upaya inisiatif antar pemerintah. Conference of Parties
tahunan (COP21) atau yang dikenal sebagai Paris Climate Conference 2015,
Desember lalu, bertujuan mendorong PBB untuk mengikat perjanjian diantara
negara-negara di seluruh dunia untuk menjaga tingkat pemanasan global berada di
bawah 2 ° C. Disini perusahaan dari berbagai sektor satu sama lain merasa perlu
berkolaborasi dengan pemerintah untuk
mencapai target parameter seperti yang digariskan dalam perjanjian tersebut.
4. Makin Tingginya Tuntutan Transparansi
Fakta bahwa investor, konsumen dan pemerintah membutuhkan
transparansi yang lebih besar dari sektor swasta bukanlah hal baru. Di Amerika
Serikat misalnya, perusahaan teknologi seperti Pinterest, Slack dan Twitter
meningkatkan transparansi dengan mengungkapkan beragam data internal mereka.
Pengungkapan sukarela ini membuat masing-masing elemen dalam organisasi
tersebut untuk berbagi sumber daya, praktik dan proses pembelajaran terbaik.
Misalnya, beberapa perusahaan teknologi telah berbagi
kemampuan sumber daya melalui berbagai macam pelatihan. Selain itu, melalui
Dodd-Frank Act, beberapa perusahaan tertentu di AS diminta melaporkan segala
potensi konflik di seluruh rantai pasokan mereka, dan laporan awal yang
menunjukkan bahwa langkah ini mulai mendorong perubahan positif, yakni
berkurangnya konflik di berbagai industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar