Di tengah perdebatan
soal pergeseran pola belanja atau penurunan daya beli, orang mungkin lupa bahwa
saat ini yang terjadi adalah perubahan yang luar biasa. Para pemimpin bisnis
yang mengalami kemunduran kinerja cenderung menyalahkan kondisi makro ekonomi sambil
terus menjalankan perusahaan dengan pola dan gaya yang diwariskan oleh
pendahulunya tanpa berusaha untuk mengubah bisnis dan model bisnis sehingga
tetap relevan.
Beberapa pengelola perusahaan mapan
belum sadar atau cukup gesit untuk merespons perubahan yang terjadi sekarang,
perubahan yang bisa menggilas siapa saja termasuk bisnis yang selama ini
mendisrupt bisnis sebelumnya. Pertama kali terjadi di bisnis media, kemudian bisnis
eceran, lalu industri otomotif, perbankan, real estat dan, yang terbaru, toko
kelontong. Amazon membeli toko makanan organik Whole Foods seharga $ 13,7
miliar pada awal musim panas ini, mengubah dinamika antara rantai belanjaan brick-and-mortar
dan ritel online.
Segera setelah Whole Foods diakuisisi, lebih dari seribu item produk yang dijual di Whole Foods ditambahkan ke Amazon.com. Produk-produk Whole Foods kini tersedia di Amazon.com, AmazonFresh, Prime Pantry, dan Prime Now. Untuk membeli item Whole Foods Anda harus memiliki keanggotaan AmazonFresh. AmazonFresh adalah layanan pengiriman barang Amazon dan iuran anggota $ 14,99 per bulan.
Segera setelah Whole Foods diakuisisi, lebih dari seribu item produk yang dijual di Whole Foods ditambahkan ke Amazon.com. Produk-produk Whole Foods kini tersedia di Amazon.com, AmazonFresh, Prime Pantry, dan Prime Now. Untuk membeli item Whole Foods Anda harus memiliki keanggotaan AmazonFresh. AmazonFresh adalah layanan pengiriman barang Amazon dan iuran anggota $ 14,99 per bulan.
Industri otomotif saat
ini juga tengah berjuang menghadapi gangguan teknologi yang lebih lama. Silicon
Valley mulai mengubah model mobil menjadi lebih dan lebih seperti komputer di
atas roda, ada mobil tanpa sopir, dan sebagainya. Industri otomotif konvensional
berusaha mengejar ketinggalan dan mulai menunjukkan beberapa keberhasilan. Volvo
misalnya mengumumkan bahwa mulai 2019 hanya akan menjual mobil listrik atau
hibrida.
Intinya adalah perusahaan
di semua industri kini dituntut memiliki strategi teknologis yang dalam hal ini
apa yang disebut dengan transformasi digital. Saat ini, banyak industri
non-teknologi mengakui kebutuhan untuk lebih proaktif. Perusahaan non-teknologi
mempercepat investas mereka di teknologi. Tahun lalu saja, menurut CB Insight, investasi
teknologi oleh perusahaan non-teknologi di daftar Fortune 500 meningkat 149% dibandingkan
tahun 2013. Secara keseluruhan untuk pertama kalinya, tahun 2017 ini, investasi
teknologi perusahaan non-teknologi mencapai 51% total investasi Fortune 500.
Pernahkah Anda mendapatkan pengalaman yang mungkin tidak Anda harapkan. Anda buru-buru ingin menghadiri rapat di suatu tempat, sementara posisi Anda msih di rumah dan jalanan macet. Anda aktifkan handphone dan membuka aplikasi penyedia jasa transportasi model sharing economy. Harapan Anda, begitu Anda menutup handphone tak sampai hitungan belasan menit kendaraan yang Anda pesan datang. Namun kenyataannya, Anda merasa terlalu lama menunggu.
Beberapa hari lalu,
Brian Solis menulis kolom di blognya, yang salah satu sub-judulnya seperti yang
saya gunakan di atas. Dia mulai dengan pertanyaan, apakah sharing economy itu benar
ada bila tidak ada yang benar-benar mau berbagi? Menurut Brian Solis, ekonomi
berbagi kini mulai larut dan segala sesuatu kini berubah menjadi on-demand. Ini
memaksa para ekonom dan dunia usaha memahami pasar baru dan tenaga kerja baru yang
membuat pasokan alternatif berdasarkan meningkatnya permintaan. Alternatif yang
dimaksud adalah perusahaan on-demand dan ekosistem yang dibutuhkan adalah pekerja
dan pelanggan perdagangan dengan reputasi plus kepercayaan dan manfaat.
Di luar Uber atau
Airbnb , layanan kelas baru akan naik dan jatuh berdasarkan perilaku dan
harapan baru. Solis menyebut gerakan ini sebagai "egoisme" ekonomi yang
menghinggapi konsumen yang selalu mengharapkan dari setiap bisnis -- bahkan
mereka yang tradisional sekalipun -- untuk melakukan bisnis di mana
transparansi, kedekatan dan konteks pengendaliann tertinggi. Semuanya menjadi on-demand,
termasuk layanan B2B.
Ekonomi On-Demand didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang diciptakan oleh perusahaan teknologi untuk memenuhi permintaan konsumen melalui penyediaan barang dan jasa secara langsung. Disini ada variabel waktu sebagai penentu utama. Internet membuat keinginan manusia menjadi semakin mudah dipenuhi. Dengan kata lain, internet menawarkan kenyamanan. Kenyamanan di internet pada dasarnya dicapai dengan dua hal: kecepatan, dan kemudahan kognitif. Jika Anda mempelajari apakah hal-hal yang benar-benar besar di internet, Anda menyadari bahwa mereka adalah tuan yang telah membuat hal-hal secara cepat dan tidak membuat orang berpikir
Perilaku konsumen
berubah. Orang kini bisa pesan barang atau jasa melalui pesan e-mail, sosial
media, dan fungsi online lainnya melalui smartphone. Ini meningkatkan
ekspektasi orang tentang hak untuk memperoleh pengalaman cepat, sederhana, dan
efisien. Sebuah survei dari 250 pelanggan Whole Foods and Trader Joe’s yang dilakukan oleh The On-Demand Economy menyoroti
bahwa "kenyamanan pengiriman" adalah penentu besar dalam keputusan
konsumen untuk membeli bahan makanan online.
Hasil survey yang
dipublikan Accenture Strategic Consulting menunjukkan bahwa konsumen “baru” di Asia
mengharapkan pengalaman belanja yang menghemat waktu dan membuat hidup lebih
mudah. Harapan ini berkembang di pasar baru yang dinamis yang menciptakan
peluang besar bagi produsen produk dalam kemasan. Mereka harus bergerak
sekarang untuk menangkap mereka. Bila tidak mereka akan dikontrol oleh para
pemain di bisnis perdagangan digital yang memungkinkan pergerakan wilayah yang
luas. .
Meskipun banyak juga
perusahaan consumer product yang bertransformasi dan masuk ke digital, masih
belum cukup bagi banyak konsumen. Penelitian Accenture menunjukkan bahwa
konsumen tidak puas dengan pengalaman rute panjang perjalanan proses pembelian
mereka. Mereka masih belum mendapatkan pengalaman unik yang menyenangkan dan
memungkinkan pengambilan keputusan impuls, menerima produk yang direkomendasikan
yang memenuhi keinginan segera mereka dan selalu terhubung dengan merek favorit
mereka.
Ini merupakan peluang yang luar biasa bagi perusahaan consumer goods
tradisional untuk menangkap gelombang pertumbuhan berikutnya. Dengan berfokus
pada penyediaan perdagangan digital yang kuat, mereka dapat menjembatani
kesenjangan yang ada di perjalanan pembelian konsumen dan memberikan pengalaman
belanja mulus seperti yang mereka cari.
Teknologi akan terus
berkembang dan mempengaruhi cara konsumen berbelanja di masa depan. Dengan menggunakan
teknologi digital yang lebih , perusahaan consumer goods dapat terlibat dengan
konsumen secara real-time, yang memungkinkan perusahaan untuk memberikan nilai
maksimum dalam waktu minimum. Pada gilirannya, ini menciptakan peluang bagi
perusahaan consumer goods untuk mengontrol pengalaman beli konsumen di masa
depan.
Intinya adalah produsen
barang konsumen (consumer goods) atau penyedia jasa tradsional masih berpeluang
untuk mengalahkan perusahaan baru berbasis aplikasi yang kini mulai
menggerogoti pasar mereka dengan masuk ke model bisnis dengan menerapkan
teknologi yang lebih baik. Mereka harus mempebri pengalaman lebih seperti lebih
cepat, lebih nyaman, dan tepat. Bila tidak, mereka tentu akan menjadi pecundang
kalau tidak mau dikatakan tunduk pada aturan main bisnis sharing economy yang
mereka jalankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar