Sam dan Liz
mempersiapkan resepsi pernikahan mereka sejak lebih dari dua tahun sebelumnya.
Namun, badai salju musim dingin 2009 hampir saja menghancurkan rencana itu.
Betapa tidak, resepsi sekali seumur hidup rencananya diadakan di sebuah daerah
30 menit perjalanan darat dari Philadelphia, AS. Senagian besar tamu melakukan
perjalanan dari Australia untuk menghadiri itu, tinggal di The Ritz-Carlton.
Tiba-tiba badai salju
melanda Philadelphia. Jalur transportasi ditutup karena salju bisa membahayakan
pengguna jalan, perusahaan – termasuk hotel -- dilarang melakukan transfer
rombongan tamu karena berbahaya. Para tamu yang sedianya menghadiri resepsi
pernikahan Sam dan Liz tertahan di kota. Mereka menelpon keluarga Sam untuk
memberi tahu kondisinya. Banyak tamu Sam memberitahu kemungkinan mereka tak
bisa menghadiri acara itu. Keluarga Sam menelpon manajer hotel Ritz-Carlton
pukul 09.00. Beruntung manajemen Ritz-Carlton merespon. Menurut mereka,
satu-satunya kesempatan untuk menyelesaikan masalah besar adalah memindahkan
resepsi dari di luar kota ke dalam kota dan di Grand Ballroom Ritz-Carlton.
Manajemen menawarkan solusi itu dan keluarga Sam dan Liz setuju.
Sekarang manajemen
Ritz-Carlton ditantang untuk mempersiapkan resepsi pernikahan dalam waktu hanya
empat jam di tengah badai salju parah. Badai salju membutakan telah diberikan
kondisi jalan berbahaya dan, apa yang lebih, semua transfer perusahaan telah
ditutup, menjebak tamu pernikahan di kota. Dalam empat jam, staf hotel mengatur
upacara megah dalam hotel aula besar itu. Menu disesuaikan, sup, makanan
penutup, bunga, fotografer semua disiapkan tempat waktu dan tanpa cela menyambut pengantin. Tinggal
kue penganten yang dipesan keluarga belum ada. Tiba-tiba dapat kabar kue
pengantin itu pecah sesampainya di hotel. Pastry Chez Ritz-Carlton memperbaiki
kue rusak itu hanay dalam waktu sejam sebelum resepsi dimulai.
Beruntung beres. Selama
acara pernikahan, Director of Banquets dan the Director of Meetings and Special
Events mengambil foto pengantin baru dan menempatkannya dalam bingkai perak
Ritz-Carlton. Tanpa sepengetahuan kedua mempelai, foto yang disertai kartu
ucapan pernikahan yang ditandatangani semua staf orang hotel ditaruf di kamar
suite hotel tetangga di mana pasangan pengantin akan tinggal untuk malam
pertama mereka. Dua Direksi Ritz-Carlton itu mengawal pasangan pengantin ke
hotel tersebut. Perjalanan lambat karena melalui jalan bersalju setebal 18
inci. Toh sampai juga.
Pasangan itu terheran
melihat foto pertama dari pernikahan mereka bersama dengan hadiah kartu tanda
tangan Ritz-Carlton menunggu mereka di suite hotel. Cerita yang sangat personal
ini dimuat sebagai berita utama di surat kabar Philadelphian dengan judul tepat
"Wedded Blizz". Cerita itupun beredar jadi pembicaraan dari mulut ke
mulut.
Dalam marketing
communications semua moment merupakan touch point, termasuk service yang
diberikan Ritz-Carlton kepada pelanggannya itu. Unik dan menarik perhatian
banyak orang. Ini sekaligus memberikan gamabaram bahwa cara unik menarik
pelanggan sangat bergantung pada kreativitas untuk menarik perhatian dan
omongan dari mulut ke mulut. Biaya bisa saja bervariasi, biasanya juga tinggi,
tapi ini jelas merupakan suatu taktik gerilya yang dapat diandalkan dan
menunjukkan cara berpikir out of the box.
Sejatinya, menyediakan
pengalaman yang mengesankan bagi pelanggan sehingga mampu meningkatkan
kesadaran, loyalitas, dan penjualan merek sejatinya bukanlah konsep pemasaran
baru. Selama bertahun-tahun, perusahaan telah menawarkan sampling produk
misalnya di toko bahan makanan lokal, demonstrasi di pameran perdagangan, dan
kesempatan lainnya yang memungkinkan pelanggan beinteraksi dengan produk secara
langsung.
Persoalannya sekarag
adalah justru karena ketidakbraunnya itu membuat para pengelola merek harus
berpikir keras untuk menemukan sesuatu yang baru dari experiential ini. Selain
baru, pengelola harus berpikir untuk menciptakan pembedanya. Kedua hal menjadi
pertimbangan karena saat ini hampir semua pengelola merek mempertimbangkan fenomena
psikologi di balik pembelian produk/merek. Salah satunya adalah adanya
kecenderungan bahwa seseorang lebih memilih hal-hal yang familiar dan mudah
dimengerti. Karena itu dalam merancang atau melaksanakan kegiatan yag ingin
membuat orang lain terkesan atau mengingatnya adalah dengan menciptakan sebagai
sesuatu yang mudah
memberikan kemudahan Disinilah
peran Experiential Marketing cukup baik - lebih mudah untuk dipahami dan
memberikan akses bagi mereka untuk terlibat.
Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa konsumen lebih menggunakan emosi daripada informasi ketika mengevaluasi
dan kemudian membeli produk/merek. Emosi positif terhadap produk/merek memiliki
pengaruh yang lebih besar dalam loyalitas pelanggan. Karena itu, salah satu
cara terbaik untuk membangun emosional konsumen adalah menciptakan sesuatu yang
mereka ingin menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Bahkan kalau perlu
menjadikannya sebagai actor utama dalam pertunjukan drama eksperiensial itu.
Begitulah participatory experiential.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar