Anda mungkin sering mengalami. Anda megklik suau berita dalam portal berita, membacanya namun tiba-tiba Anda menyadari ada sesuat dalam berita itu. Kok banyak menonjolkan dan memuji merek?
Ketika iklan banner di web pertama kali diperkenalkan pada Oktober
1994, dalam majalah Wire versi digital, respon public terutama perusahaan dan
pengelola merek luar biasa. Kini, iklan semacam ini secara perlahan menjadi usang,
karena kehadiran native advertising atau pesan berbayar yang tampilannya disesuaikan
dengan tampilan dan nuansa dari media merek pesan merek itu ditempatkan.
Melalui native advertising, pengiklan mencoba membuat
konsumen terlibat dengan menyediakan konten yang sesuai dengan yang mereka
alami saat itu. Istilah native disini lebih merujuk pada medianya ketimbang
audiensenya. Menurut Interactive Advertising Bureau (I.A.B. 2013), native
advertising adalah jenis iklan yang
dirancang sedemikian rupa sehingga kontennya berbaur dengan konten halaman,
konsisten dengan tema umum halaman saat itu dan dengan platform media masing-masing,
serta dibuat sedemikian rupa sehingga seakan menjadi sudut pandang editorial.
Contoh In-Feed Units yang banyak ditemukan dalam feeding platform
normal; bisa endemik, terkait, atau tertanam dalam unit di-feed. Contohnya
postingan dengan tanda sponsor di Facebook, atau Paid Search Units, iklan teks yang
kontennya disesuai dengan kata atau istilah yang Anda cari yang ditempatkan
sebelum hasil pencarian, contohnya AdWords punya Google.
Saat ini, native advertising menarik banyak perhatian orang
karena saat ini menurut sebuah riset hampir 73% penerbit yang disurvei
menawarkan native advertising, dan 17% sedang mempertimbangkan untuk menawarkan beberapa jenis native advertising.
Impak yang didapat dari native advertising juga bagus. Ini dapat dilihat dari konsumen
yang melihatnya. Konsumen yang melihat native advertising 25% lebih banyak dari
konsumen yang melihat iklan tradisional. Bahkan, 53% diantara mereka lebih
sering melihat iklan native advertising. Karena itu, belanja perusahaan atau
merek untuk native advertising ini bila pada tahun 2013 cuma $ 1,9 miliar, atau
meningkat 2% dibandingkan tahun sebelumnya, tahun depan melonjak menjadi $ 3,1
miliar. Perusahaan riset pasar BIA / Kelsey memperkirakan, pangsa belanja native
advertising ini di media sosial bakal mencapai 41,7% dari total belanja iklan
di media sosial. Namun, dengan makin banyaknya saluran atau media, total belanja
native advertising lebih tinggi dari angka itu.
Susahnya, garis yang membedakan antara konten editorial dan
dibayar itu kini makin kabur (eMarketer - US Native Advertising Update). Pada Desember
2015, setelah mempelajari masalah ini selama lebih dari satu tahun, Federal
Trade Commission (FTC) AS mengeluarkan serangkaian rekomendasi panjang terkait kehadiran
iklan bawaan ini. Dokumen tersebut termasuk panduan prinsip-prinsip, contoh
ketika bisnis harus mengungkapkan konten native advertising dan petunjuk
tentang pencantuman label native advertising.
Sejak pedoman tersebut diterbitkan, sebuah laporan MediaRadar,
April 2016, menemukan keseragaman relatif dalam terminologi sekitar native
advertising. Istilah yang paling umum digunakan (54 %) adalah
"sponsor" atau "yang disponsori," berikutnya "dipromosikan."
Ini masih lebih baik dibandingkan dengan era sebelumnya dimana hampir setengah pengguna
internet di AS yang disurvei di beberapa titik merasa ditipu setelah menyadari
bahwa artikel atau video yang mereka tonton itu kontennya disponsori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar