Tak peduli apakah perusahaan
besar atau kecil, pemasaran dan public relations akan dimulai dengan layanan
pelanggan. Pada tahun 2009, Dave C kesal ketika menjumpai gitar kesayangannya
seharga $ 3,500 rusak saat masuk dalam bagasi sebuah perusahaan penerbangan
besar. Gitar rusak dalam penerbangan.
Ketika dia menelepon
departemen layanan pelanggan, perusahaan penerbagan tersebut menolak memperbaiki
atau menggantinya. Dave menyebarkan pengalamannya itu melalui YouTube. Di video
yang diposting itu, Dave bernyanyi tentang bagaimana maskapai tersebut
memperlakukan gitarnya. Video itu mendapat jutaan views, menghasilkan liputan
media dan menciptakan PR yang mengerikan bagi perusahaan penerbangan itu.
Fenomena ini
memunculkan pertanyaan tentang kesiapan perusahaan menangani keluhan pelanggan dan
penanganan isu yang menyebar di media sosial sehingga berakibat perusahaan
harus membayar membayar harga yang mahal untuk kasus tersebut. Persoalannya
mungkin bukan pada apakah perusahaan mampu menangani persoalan tersebut atau
tidak. Persoalannya adalah terletak pada sistem pembagian kerja dan tanggung
jawab masing-masing departemen. Disii juga termasuk struktur organisasinya.
Perkembangan sosial
media memang mengubah semuanya. Menjadi sesuatu yang bukan luar biasa bila saat
ini pelanggan menyebarkan pengalaman buruknya berhubungan dengan perusahaan
atau merek melalui media sosial. Melalui twitter, Facebook atau youtube, bahkan
semua platform media sosial, orang menyebarkan pengalaman buruk itu. Jutaan
orang melihatnya.
Sosial media kini menjadi
saluran layanan pelanggan yang semakin penting bagi bisnis. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa saat ini semakin banyak konsumen yang beralih mennggunakan media
sosial ketika mereka merasa tidak puas dengan produk, layanan atau merek. Bagi sebagian
besar konsumen, menggunakan percakapan dan pertanyaan terbuka di sosial media jauh
lebih mungkin memberikan hasil yang baik. Ini karena perusahaan dan merek mungkin
juga ingin mendapatkan kesan yang baik ketika pelanggan senang dan citra
perusahaan yang baik di depan umum.
Dulu, membuat pelanggan
senang dan citra baik adalah tanggung jawab dua departemen yang berbeda.
Kini, garis pembatas
atau satu departemen dalam satu perusahaan dengan departemen lainnya menjadi
kabur. Ambil contoh departemen layanan pelanggan. Dalam kasus Dave, mungkin
departemen layanan pelanggan bertanggung jawab menangani keluhan Dave C. Pada
kebanyakan perusahaan sudah ada prosedur tetap penanganannya hingga proses
ganti rugi. Namun semuanya harus seuai dengan standar termasuk mana yang
mendapat ganti rugi dan mana yang tidak serta berapa besaran ganti ruginya.
Sering terdengar
keluhan bagasi yang tersesat atau rusak selama penerbangan. Dalam kasus ini
perusahaan memiliki standar proses dan prosedur untuk menanganinya. Perusahaan melakukan
apa yang tertuang dalam prosedur operasi standar untuk menilai kerusakan dan
menentukan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Ini juga berlaku untuk
internalnya.
Akan tetapi, apakah
departemen layanan pelanggan tersebut memantau apa yang beredar di media
sosial? Apakah mereka melihat video yang muncul di YouTube, Facebook, Twitter
atau saluran lain yang menceritakan pengalaman bagasinya yang hilang atau rusak
dan yang dikatakan orang tentang perusahaan penerbangan itu? Mereka mungkin
sudah bekerja keras melakukan tugas dan tanggungjawabnya, yakni menangani keluhan
layanan pelanggan. Tapi mereka mungkin tidak memantau yang terjadi di luar,
yakni di media sosial dan mungkin pembicaraan dari mulut ke mulut seperti yang
sering terjadi dimana pun.
Setiap kontak poin
dengan pelanggan memiliki potensi untuk membangun loyalitas atau
berkembangbianya ketidakpuasan. Jadi layanan pelanggan yang baik adalah PR yang
baik. Departemen public relations memiliki banyak senjata di atas meja tanpa harus
bercabang ke layanan pelanggan. Jika pelanggan menelepon atau menulis sesuatu
tentang perusahaan, bagaimanapun orang PR harus siap menghadapi tantangan
tersebut.
Pada tingkat yang
paling dasar, dengan menciptakan citra yang sesuai dengan yang diharapkan, pekerjaan
seorang PR membuat konsumen tetap memilih produk atau jasa perusahaan di priroritas
pertama. Tanggungjawab yang kedua adalah PR harus merespons ketika audiens datang
dengan keluhan. Datang bukan berarti sampai ke meja, ke telingah pun harus
ditangani langsung. Jadi tugas PR adalah mendengar suara konsumen baik yang ada
di dunia nyata maupun maya.
Prublic relations adalah
proses yang digunakan orang untuk berkomunikasi dan membangun hubungan dengan pelanggan
menggunakan saluran dan berbagai alat komunikasi. Misalnya, orang-orang yang
bekerja di departemen layanan pelanggan pada dasarnya adalah PR bagi perusahaan
tersebut. Layanannya baik akan menciptakan citra psitif, demikian pula sebaliknya.
Public relations dan
layanan pelanggan bertanggung jawab untuk bekerja membangun citra yang kuat
bagi perusahaan baik dengan cara perusahaan itu sendiri atau produk-produknya. Akan
tetapi, ada beberapa kelebihan penting cara public relations dalam membangun
hubungan yang tidak ditemukan di departemen lain seperti pemasaran. Public
relations memiliki fakta bahwa orangnya lebih di percaya. Perusahaan dapat
menggunakan ini sebagai metode untuk promosi karena lebih kredibilitas dan
strategis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar