Langkah pertama Nelson Mandela setelah dilantik sebagai Presiden Afrika Selatan adalah mengundang Francois Pienaar, kapten tim rugby nasional Afrika Selatan (Springboks) yang berkulit putih, untuk minum teh dengannya. Itulah titik awal Mandela menghilangkan kebencian antar ras di Afrika Selatan
Pada tahun 1993, puluhan ribu Afrikaner (orang kulit putih
Afrika Selatan) bersiap untuk perang. Tiga tahun kemudian, seorang pria bernama
Nelson Mandela dibebaskan setelah 27 tahun dipenjara. Dia bukan pahlawan
kelompok ini. Afrikaner melihat Mandela sebagai pendiri sebuah organisasi
teroris yang mengancam cara hidup mereka dan harus dipenjara. Mereka siap
bertempur.
Seperti yang ditulis oleh reporter dan penulis biografi John
Carlin, itulah saat Mandela memulai 'latihan yang paling tidak mungkin dalam
godaan politik yang pernah dilakukan.' Dibebaskan dari penjara, Mandela tidak membenci dan memusuhi orang-orang yang memenjarakannya. Dia malah mengundang para pemimpin Afrikaner (orang kulit putih Afrika Selatan) untuk minum teh dan mendengarkan keprihatinan mereka. Kemudian, dia membujuk mereka untuk meninggalkan senjata dan kekerasan mereka. Pertarungan tidak pernah terjadi.
Setahun kemudian, Mandela dilantik sebagai Presiden Afrika
Selatan dan berjanji untuk membangun rekonsiliasi untuk meredakan ketegangan rasial
antara orang kulit putih dan orang kulit hitam sebagai prioritas nomor satu.
Entah bagaimana, dia harus mengatasi beberapa dekade kebencian dan meyakinkan
orang-orang bahwa dia siap mati demi keinginannya untuk melihat orang satu sama
lain sebagai saudara.
Langkah pertamanya sebagai presiden, Mandela mengundang
Francois Pienaar, kapten tim rugby nasional Afrika Selatan (Springbok) yang
berkulit putih, untuk minum teh dengannya. Sore itu dia mulai membangun sebuah
aliansi dengan meminta Pienaar membantunya mengubah rugby menjadi sebuah
kekuatan untuk menyatukan semua orang Afrika Selatan.
Saat Kejuaraan Piala Dunia Rugby pada tahun 1995, Pienaar
memimpin Tim Springbok yang sebagian besar beranggotakan pemain kulit putih menyanyikan
lagu lama perlawanan ras hitam -- yang sekarang menjadi lagu kebangsaan baru --
Nkosi Sikelele Afrika (God Bless Africa). Itu adalah demonstrasi paling kuat yang
menunjukkan bahwa para pemain percaya memiliki Afrika Selatan yang bersatu.
Selama kejuaraan, Springbok menunjukkan semangat juangnya
sehingga berhasil mencapai final melawan Selandia Baru. Pada tanggal 24 Juni
1995, beberapa menit sebelum pertandingan final dimulai, Mandela berjalan
menuju ke tengah lapangan stadion tempat pertandingan berlangsung dengan mengenakan
kaos hijau Springbok untuk menyalami Peenaar dan anggota Timnya serta mendoakan
kesuksesan Springbok.
Kerumunan penonton, yang sebagian besar terdiri dari orang
kulit putih Afrika Selatan, tertegun. Selama bertahun-tahun, kaos hijau itu hanya
dipandang sebagai simbol kaum kulit putih Afrika Selatan. Tak pernah terdengar
kabar ada orang kulit hitam yang memakainya. Karena itu, melihat apa yang
dilakukan Mandela, gemuruh sorak sorai meneriakkan ''Nel-son, Nel-son'' meletus
dan semua orang – bauk kulit putih dan kulit hitam -- di seluruh Afrika Selatan
merayakannya.
Mandela terus memimpin rekonsiliasi rasial selama masa
kepresidenannya, dan kemudian menjadi duta besar untuk dunia bagi Afrika
Selatan. Pada tahun 2004, negara ini dianugerahi panggung terbesar di dunia dengan
menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2010. Afrika Selatan juga berpeluang menjadi
tuan rumah olimpiade. Kisah kemenangan rakyat Afrika Selatan ini dicatat oleh
Carlin dalam bukunya Playing the Enemy:
Nelson Mandela and Game That Made a Nation. Begitu hebatnya cerita ini
sehingga menginspirasi film Invictus yang
disutradarai Clint Eastwood memenangkan Academy Award.
Dalam buku Likenomics,
Rohit Bhargava menulis bahwa orang
tidak mengikuti Mandela karena gagasannya. Mereka mengikuti karena dia. Ketika
dia mengundang Anda untuk minum teh dan mendengarkan kekhawatiran Anda, dan
kemudian berbicara, itu mungkin masih belum bisa meyakinkan orang untuk
mempercayai visis Anda. Akan tetapi, ketika Anda membuktikan pernyataan Anda
dengan tindakan, orang yakin dengan visi Anda. Jadi bukan sekadar bersikap baik,
namun dibuktikan dengan bertindak baik. Ketika bertemu dengan Pienaar, orang mungkin melihatnya sebagai sekadar seremonial. Namun, ketika dia mendatangi Tim Springbok di lapangan, itulah pembuktian kelanjutan dari seremonial itu.
Bersikap dan bertindak baik tentu jauh, bahkan seseorang
yang bertindak baik, prasyaratnya adalah membuang kebencian. Dalam kajian
psikologi, kebencian sebagai subjek yang kompleks. Ada dua kategori umum kebencian,
yang rasional dan yang irasional (Hoffer, 1989). Tindakan yang tidak adil
menginspirasi kebencian rasional. Sebaliknya, kebencian seseorang yang didasarkan
pada ras, agama, orientasi seksual, etnis, atau asal kebangsaan merupakan
kebencian irasional.
Kebencian irasional ditunjukkan dalam kegiatan sehari-hari
dalam bentuk misalnya, sindiran teradap ras tertentu dan humor etnis. Yang
menarik, dalam kebencian rasional, pembenci tidak terlalu fokus pada kesalahan
yang orang lain lakukan terhadap dirinya. Kadang-kadang orang menyalahkannya
karena ketidakberdayaan sendiri, rasa bersalah, atau ketidakmampuan mereka
untuk melakukan perubahan.
Karena itu, orang yang menjadi sasaran kebencian rasional
adalah mereka yang dipandang lebih rendah atau lebih lemah sehingga patut
dikasihani. Dengan cara yang sama, kebencian irasional biasanya ada pada orang
yang merasa posisinya lebih tinggi atau merasa lebih benar dibandingkan dengan
orang yang dibencinya. Banyak orang yang merasa tidak aman merasa lebih nyaman
bila bisa memposisikan orang lain pada status yang lebih rendah dari dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar