Lingkungan bisnis berubah dengan
sangat cepat. Agar tidak tertendang, untuk beradaptasi dengan perubahan itu,
perusahaan kini seakan harus dua kali lebih cepat dari lima tahun lalu.
Era digital
ditandai dengan adanya jaringan yang tersebar, aliran informasi yang bebas, dan
bisnis yang dipercepat. Perkembangan ini menuntut perusahaan secepatnya mengubah
cara kerja mereka. Rancangan dan proses bisnis juga harus – bukan hanya
infrastrukturnya -- juga menjadi tangkas.
Electronic
Arts, sebuah publisher game elektronik yang didirikan pada tahun 1982, pernah
menjadi pengembang game terkemuka, pemegang lisensi sebuah tim olahraga dan
judul film untuk game yang dimainkan di konsol video. Zynga – sebuah perusahaan
game mobile – yang berjaya pada tahun 2007 dianggap sebagai pihak utama yang
bertanggung jawab atas kerugian Electronic Arts selama Juni 2005 sampai Desember 2012.
Kenapa? Ini
karena persoalan perubahan. Zynga mengamati bahwa kenyamanan konsumen dan jaringan sosial
adalah fitur yang paling penting dalam sebuah platform game. Pemain lebih suka
berperang (bertanding) melawan teman-teman di ponsel daripada duduk di ruang bawah tanah mereka
dengan konsol game. "Model deluxe" pengembangan game adalah sesuatu
dari masa lalu, dan Zynga percaya bahwa pasar ingin menikmati game online
berbasis data.
Contoh
lainnya, Zara berhasil karena kemampuannya dalam memanfaatkan pertukaran
informasi di seluruh setiap bagian dari rantai pasok Zara -- dari pelanggan ke
manajer toko, dari manajer toko spesialis dan desainer, dari desainer ke staf
produksi , dari pembeli ke subkontraktor, dari manajer gudang ke distributor.
Zara juga melatih karyawan untuk menggali komentar dari pelanggan.
Ketika pelanggan
memberitahu karyawan toko bahwa mereka lebih suka celana tanpa resleting atau
mereka menyukai kerah bulat pada blus
mereka , staf penjualan memberikan informasi ini kepada manajer toko yang
kemudian melaporkannya ke kantor pusat. Di kantor pusat, tim desainer internal
dengan cepat mengembangkan desain baru berdasarkan masukan ini dan
mengirimkannya ke pabrik-pabrik Zara di mana mereka diproduksi .
Fenomena
tersebut membenarkan argumen bahwa kemampuan beradaptasi menjadi lebih penting
daripada kualitas lainnya. Ini karena dalam lingkungan bisnis yang berubah
begitu cepat, membuat apa yang akan kita kerjakan seolah tidak relevan.
Seringkali kita mendapati bahwa ketika kita ingin mengimplementasikan suatu rencana
itu, lingkungan telah berubah lagi.
Dalam Transform. How Leading Companies Are Winning
with Disruptive Social Technology, penulisnya, Christopher Morace, mengilustrasikan
fenomena tersebut dengan mengambil cerita tentang Alice, tokoh utama dalam
karya Lewis Carroll Through the Looking –
Glass. Dalam petualangannya Alice menemui percepatan yang tiada henti sehingga dia sadar bahwa kecepatan merupakan hal yang penting. Satu saat, Alice
bertemu dengan Red Queen yang menantangnya berlomba lari di lapangan berbentuk
seperti papan catur. Dalam permainan
itu, Alice menemui bagaimana dirinya harus berlari lebih cepat dan lebih cepat lagi
hanya untuk tinggal di tempat yang sama.
Dengan rasa frustrasi
dan nafas terengah-engah, Alice menemui dan berkata ke Red Queen, "Di negara kami, jika
berlari cepat dalam waktu yang lama, kita akan berada di tempat yang berbeda.”
Mendengar itu, Red Queen mengatakan dengan nada sindiran, "Negara yang lambat ! Di sini, seperti
yang Anda lihat, Anda harus lari hanya
untuk berada di tempat yang sama. Jika Anda ingin mencapai atau berada di
tempat lain, Anda harus berlari setidaknya dua kali lebih cepat dari
yang biasa Anda lakukan.”
Bisnis saat
ini juga seperti itu. Para pebisnis menjalankan bisnisnys dua kali lebih cepat
tetapi hanya menghasilkan sedikit kemajuan. Ibaratnya kita berlari di treadmill
dengan percepatan yang bisa kita buat semakin tinggi namun garis finishnya sulit
dipahami. Untungnya, dalam bisnis ada alat yang bisa membantu. Ketika proses
bisnis membatasi kecepatannya, perangkat seperti smartphone bisa jadi membuat
pekerja lebih produktif. Akan tetapi, sekali lagi, itu berarti Anda mengorbankan
istirahat malam, akhir pekan, dan liburan Anda.
Sistem komando
dan kontrol yang ketat pernah menjadi gaya manajemen yang dominan dalam perusahaan.
Namun dalam lingkungan informasi yang mengalir begitu cepat, pendekatan ini tidak lagi
seefektif sebelumnya. Sebaliknya, seperti militer yang mengganti peleton besar
dengan pasukan khusus, perusahaan perlu model organisasi adaptif yang responsif
terhadap perubahan yang cepat dalam inovasi produk, selera pelanggan , atau
lingkungan peraturan.
Ketika
perusahaan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan tempo perubahan
yang begitu cepat, mereka bengkok atau patah. Suatu perusahaan ibaratnya sebuah
mesin yang menjalankan seperangkat proses yang besar. Begitu perubahan sering terjadi,
perusahaan harus merespon perubahan ini dengan lebih cepat. Hal ini tentu saja membutuhkan
kelincahan dan kemampuan beradaptasi. Ketika Anda meningkatkan tingkatan dari
sebuah proses, pengecualian untuk proses standar juga harus meningkat.
Di masa lalu,
perusahaan teknologi membantu mengelola dan mengotomatisasi proses. Namun hari
ini, bisa jadi perangkat lunak tersebut tidak lagi sesuai dengan lingkungan
yang terus berkembang. Dengan kata lain, kerja suatu system dibatasi oleh masa.
Suatu sistem bisa bekerja sampai sesuatu dalam lingkungan berubah. Ketika
masalah muncul dengan produk, selera pelanggan berubah, atau pesaing baru muncul,
kemampuan perusahaan untuk bereaksi dengan cepat menjadi lebih penting daripada
konsistensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar