Membangun ekuitas merek
itu mirip membuat kue atau makanan. Enak tidaknya kue ditentukan oleh tepat
tidaknya bahan yang digunakan dan cara membuatnya. Cara membuatnya itulah brand
activation.
Makin banyaknya
perusahaan mempraktikkan pemasaran digital menjadikan merek memiliki kemampuan
untuk menjangkau lebih banyak orang dengan strategi yang lebih bertarget
daripada sebelumnya.
Namun pada saat bersamaan, harus diakui bahwa pemanfaatan
digital untuk berkomunikasi dengan pelanggan tidak mampu mengalahkan percakapan
tatap muka. Ini bukan kerinduan nostalgia untuk hari-hari yang lebih sederhana.
Itulah yang dikatakan data.
Hari-hari ini, semakin
banyak perusahaan mengalokasikan anggaran tahunan mereka untuk berinteraksi langsung
agar dapat terhubung dengan pelanggan, mendidik pesertanya, dan menghasilkan
prospek baru.
Perusahaan-perusahaan seperti Apple, Microsoft, GE, HubSpot,
Salesforce, L'Oreal, Google, Ford dan Wells Fargo memahami pentingnya
berinteraksi langsung. Mereka berkomitmen pada strategi pemasaran yang
berhadapan langsung dengan interaksi dan pusat tatap muka.
Peningkatan penekanan
pada interaksi langsung dalam strategi pemasaran telah dibantu dan didukung
oleh teknologi generasi baru yang telah mempermudah pemasar acara untuk
mengelola, memasarkan, dan mengembangkan acara mereka.
Sepuluh tahun lalu
Pizza Hut hadir minimalis di dunia digital. Ia hanya menggunakan situs web yang
belum sempurna. Lalu CEO perusahaan rantai makanan siap saji yang bermarkas di
Dallas itu, Brian Niccol, ingin menciptakan sesuatu yang inovatif dan
menyenangkan dan dapat mendorong pelanggan muda cerdas dan kekurangan waktu
untuk memesan kue.
Gagasan itu muncul setelah melihat kesuksesan iPhone menjadi
berita utama di banyak media saat itu. Niccol melihat fenemona iPhone sebagai
peluang yang – secara demografis -- mendekatkan PizzaHut kepada pelanggannya.
Niccol lalu menyewa
agen digital Imc2 yang bermarkas di Dallas untuk membuat aplikasi yang pada
akhirnya bisa menempatkan dapur pizza di saku pelanggannya. Melalui aplikasi di
iPhone pelanggannya bisa merasakan seakan-akan ribuan lokasi gerai PizzaHut
menjadi dekat dan pelanggan bisa memutuskan lokasi gerai terdekatnya.
Dengan
pelanggan bisa terlibat dalam proses pemesanan, yang biasanya biasa dan mungkin
tidak terlalu mengasyikkan. Namun, aplikasi itu membangun kepercayaan karena
dengan membangun model pizza mereka, pelanggan yakin bahwa pesanan mereka
benar.
Perusahaan tersebut
mengiklankan aplikasi baru secara online, di media cetak, dan di televisi -
bahkan memenangkan penempatan di iklan iPhone milik Apple sendiri. Dalam dua
minggu, aplikasi Pizza Hut diunduh 100.000 kali dan dalam waktu tiga bulan,
pengguna iPhone memesan pizza senilai $ 1 juta.
Niccol menggambarkan aplikasi
tersebut sebagai "perubahan permainan" dan kini ada jutaan pengguna
di platform iPhone, iPad, dan Android. Niccol mengharapkan setengah pesanan
telepon perusahaan berasal dari aplikasi dan SMS, yang saat itu menghasilkan
pendapatan sekitar $ 500 juta.
Anda mungkin sudah tahu
bahwa garis pemisah antara tempat belanja (ritel), hotel, hiburan dan gaya
hidup saat ini menjadi kian kabur. Andai saja Anda pemilik toko yang kini harus
bersaing dengan toko on-line, pertanyaannya sekarang adalah apa yang Anda
tawarkan kepada pelanggan Anda.
Ketika orang dapat membeli produk dan layanan
di mana saja dan kapan saja, toko tertantang untuk menemukan solusi baru, yakni
memberikan sesuatu yang bisa melibatkan pelanggan dengan cara yang tidak atau
belum dapat direplikasi secara online.
Toko harus bisa
memuaskan keinginan terus menerus sehingga pelanggan menemukan dan merasakan
sentuhan pengalaman. Artinya, tantangan yang dihadapi toko fisik saat ini bukan
hanya gagasan bahwa toko hanya untuk menjual produk. Produk bukan lagi pusat
proposisi toko.
Peritel yang cerdas adalah mereka yang memanusiakan pengalaman
dengan menciptakan 'toko sebagai rumah' tempat berinteraksinya antara seseorang
dengan yang lain dengan beragam layanan sehingga pelanggan ingin berlama-lama,
sebagai ruang belajar, inspirasi dan sosialisasi.
Membangun ekuitas merek
adalah pekerjaan pemasaran yang nomor satu. Pekerjaan itulah yang membuat suatu
merek menjadi premium melebihi sesuatu yang generik. Seperti banyak hal dalam
pemasaran, pekerjaan itu lebih mudah dipahami daripada mendefinisikannya. David
Aaker mengatakan bahwa ekuitas merek adalah seperangkat 'aset atau kewajiban
merek yang terkait dengan nama merek yang menambah atau mengurangi nilai suatu
produk atau layanan.
Untuk meraih ekuitas
merek yang kuat diperlukan posisi yang berbeda, menarik, dan kredibel. Ini
berarti setiap pemasar yang memiliki ambisi untuk membuat posisi merek yang
berbeda, menarik, dan kredibel, harus
memastikan bahwa tujuan itu selalu dihidupkan dalam setiap aktivitas merek
mulai dari formulasi produk, kemasan, layanan, perluasan merek, produk baru,
CSR, sponsorship, sampling, PR, iklan, dan sebagainya.
Untuk membuat suatu
merek berbeda dengan lainnya, pengalaman pelanggan merupakan kunci yang jauh
lebih menentukan ketimbang harga dan produk itu sendiri.
Brand activation adalah pengalaman
multi-sensorik yang menggabungkan komunikasi verbal dan rangsangan
eye-catching, dan digunakan untuk menyampaikan pesan merek penting dalam format
yang mudah diingat. Taktik ini menarik bagi emosi khalayak sasaran, dan dapat
menghasilkan keyakinan, perasaan, pemikiran, dan pendapat tertentu tentang
suatu produk.
Pemimpin opini,
keluarga dan teman membantu memberikan pemahaman mereka tentang merek tersebut
kepada pembuat keputusan lainnya dan menjadi konveyor pesan kunci yang berbagi
wawasan mereka dengan anggota masyarakat lainnya.
Berbagi pengalaman bisa
membangun goodwill dan kredibilitas merek, dan reputasi dan kepercayaan
diperoleh dengan menciptakan hubungan dan hubungan otentik dengan target pasar.
Hal ini menyebabkan loyalitas merek dan pada akhirnya meningkatkan penjualan
produk. Inilah rasionalitas dari pentingnya brand
activation.
Dalam konteks kekinian,
inovator pengganggu (disruptive innovator) terbaik selalu menciptakan
pengalaman (experiential) yang membuat pelanggannya merasa bahwa dia telah
benar-benar menghabiskan waktunya dengan baik
(time well).
Menurut Bos Stone
Mantel, Dr. Dave Norton, di dunia yang telah jenuh dengan kenyamanan, perbedaan
dan gangguan pasar yang nyata berasal dari bagaimana Anda merancang pengalaman
yang bisa memastikan bahwa waktu yang dihabiskan menjadi begitu bermakna.
“Waktu yang dihabiskan dengan baik tidak sama dengan kenyamanan," kata
Norton seperti dikutip Business Wire; New York, 10 April 2006 silam.
Dalam banyak hal,
pengalaman disruptif (mengganggu) menyebabkan pasar bergeser dan memberi
perusahaan peluang untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Hal ini dikarenakan
nilai pelanggan terkait erat dengan waktu yang dihabiskan pelanggan berinteraksi
dengan produk.
Inovasi yang menekankan pada kenyamanan cenderung melakukan hal
yang sebaliknya. Merek seperti Pixar, Whole Foods, Super Suppers, dan Toyota
menciptakan gangguan pasar bukan dengan menawarkan sesuatu yang paling nyaman,
namun dengan membantu pelanggannya merasa bahwa mereka telah menghabiskan
waktunya dengan tepat selama melakukan pembelian dan menggunakan produk.
Bagi pengelola merek,
pepercayaan pelanggan terhadap merek sangatlah penting. Pernyataan yang
menyesatkan dan kesalahan informasi dapat merusak citra dan reputasi merek.
Manajer merek harus menyadari bahwa konsumen tidak memaafkan dan ragu untuk
mendukung merek yang terlalu menjanjikan dan kurang memberikan bukti. Sebuah
merek dapat menampilkan produknya dengan cara yang dikenali, diambil sampelnya
dan dibeli. Disini perlunya pendekatan brand activation yang berbeda.
Popularitas platform
pemasaran digital membuka peluang bagi pengelola merek mengevaluasi kampanye
brand activation mereka melalui indikator kinerja pemasaran seperti tampilan
atau klik, bukan metrik bisnis. Dengan fokus pada aktivasi fisik dan
pengalaman, brand activation belum begitu terpengaruh oleh media digital.
Namun, indikator kinerja suatu peristiwa (misalnya, jumlah peserta, prospek
berkualitas, dll) tidak harus berkorelasi dengan nilai bisnis. Dengan
menggunakan kerangka pengukuran yang berorientasi pada hasil, pemasar acara
dapat menilai dampak di hampir semua jenis brand
activation.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar