Tahun 1995, Kraft memperkenalkan DiGiorno "rising
crust", pizza pertama dengan kerak segar beku dan tidak perlu dimasak.
Alih-alih bersaing di bagian pizza beku lainnya, DiGiorno memilih membuat
subkategori baru, merek pizza beku dengan kualitas seperti pizza yang dikirim
ke rumah atau kantor. Ini menjadikan DiGiorno sebagai satu-satunya merek yang
relevan. Hasilnya bukan hanya penjualannya yang tumbuhb kuat, tingkat pembelian
kembali yang terjad juga tumbuh hampir
50 persen dan harga lebih yang substansial.
Dalam tulisannya di www.prophet.com, Mei 2017 lalui, David Aaker - penulis buku Brand Relevance: Making Competitors Irrelevant menyebut positioning DiGiorno dikembangkan melalui serangkaian cerita yang
disampaikan dalam kampanye periklanan jangka panjang di seputar tagline
"It’s not delivery, it’s DiGiorno." Rising crust biasanya terhubung
dengan cerita. Dalam satu cerita, seseorang direkrut untuk menjadi pengirim
DiGiorno, sebuah posisi yang tidak memerlukan keahlian tertentu. Di tempat
lain, empat orang menonton pertandingan sepak bola menikmati pizza DiGiorno dan
membandingkannya dengan pizza pengiriman yang memiliki kerak basah.
Masih ada lagi, beberapa orang yang menikmati pizza mengamati
bahwa mereka tidak perlu memberi tip pada anak laki-laki pengantar pizzanya.
Lebih dari dua dekade cerita terus berlanjut. Ini membuat semua orang merasa
pizza yang baik atau bahkan lebih baik daripada pizza yang dikirim jika mereka
menggunakan DiGiorno. Mereka juga tidak merasakan ketidaknyamanan meski
harganya yang lebih tinggi. Subkategori merek baru dengan demikian muncul
membedakan dengan proposisi nilai yang menarik.
Tahun 2009, Domino's Pizza menguasai 9 persen pangsa pasar bisnis
restoran pizza. Tahun 2016 pangsanya naik menjadi 15 persen setelah
merekonstruksi ulang mereknya agar tetap relevan dan kemudian membingkai
kembali kategori tersebut dengan menggunakan sejumlah cerita di sepanjang
perjalanannya. Selama itu, harga sahamnya juga naik 700 persen.
Ceritanya dimulai dengan komentar "kardus kerak" dari
pelanggan, tes rasa hingga potongan terakhir, dan penggunaan bahan beku atau
kalengan. Sebagai tanggapan, perusahaan memutuskan untuk benar-benar menemukan
kembali pizza mereka dari keraknya. Puncaknya produk itu memenangkan uji rasa
yang dilakukan sebuah situs PizzaTurnaround.com yang mendokumentasikan
tanggapan pelanggan terhadap pizza baru, sebuah video "Oh yes we did"
2009. Ada sebuah iklan yang menunjukkan koki Domino secara pribadi memberikan
pizza yang benar-benar diformulasikan ulang sebagai tanggapan dari beberapa kritik
terbesar mereka.
Selama waktu itu, Domino menciptakan subkategori merek baru, yakni
pizza yang bisa dipesan dan dikirim ke alamat yang diinginkan pelanggan.
Teknologinya dibuat oleh sebuah tim yang terdiri dari 30 orang baru yang
dipekerjakan pada tahun 2009. Domino menyediakan selusin pilihan cara pemesanan
melalui aplikasi Easy order, Facebook , Twitter, Apple Watch, aktivasi suara,
"zero click", dan sebagainya.
Beberapa konten yang disediakan untuk cerita pengguna. Layanan Pelacak
Pizza online memungkinkan pelanggan untuk melacak status pizza mereka secara
real-time.
Pada tahun 2016, separuh pesanan dilakukan secara online. Itu
berarti meningkat dari 20 persen pada
tahun 2009. Inovasi pengantaran termasuk mobil yang dimodifikasi
sehingga bisa menampung 80 pizza dalam oven pemanasan dan menyimpan minuman
dingin serta eksperimen dengan drone dan robot yang dibuat untuk membangun
cerita yang menarik. Cerita tentang pengantaran pesanan melalui drone di Inggris yang diposting di Youtube dilihat
lebih dari 2 juta pemirsa.
Yang dilakukan Kraft dan Domino memberikan gambaran bahwa
marketing dan branding memberikan peluang bagi suatu merek mememangkan
persaiangan melalui penciptakan subkategori, bukan kompetisi “merek saya lebih
baik dari pada merek Anda." Dalam kompetisi ini, pemenangnya adalah merek
yang paling relevan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar