Pada awalnya, U2 adalah kelompok band rock yang dicemooh dan
ditertawakan orang. Sekarang, setelah menerima Grammy Award ke-22 pada tahun
2005, U2 jauh lebih banyak mendapatkan pujian dari kelompok band manapun dalam
sejarah. Rekor tur dan konsernya jauh melampui Rolling Stones, terlaris dan tercatat
sebagai kelompok band dengan pendapatan tertinggi diantara kelompok band yang
pernah ada.
Para kritikus memuji musik band, dan penggemar di seluruh
dunia seakan khawatir tidak mendapatkan cukup banyak album lagu dan penampilan
konsernya. Semua pujian itu menunjukkan bahwa U2 berada di puncak permainannya
dan kuat di masa mendatang. Bagaimana kelompok ini bisa naik ke puncak ketinggian,
dan apa yang bisa kita pelajari dari keberhasilannya?
Jalan U2 menuju ke puncak seakan lebih luar biasa daripada
musiknya. Empat anggota band; penulis lirik dan penyanyi utamanya Bono, pemain
gitar utamanya "Edge," pemain gitar bassnya Adam Clayton, dan drummer
Larry Mullen Jr. - sudah saling kenal sejak mereka remaja di Dublin, Irlandia.
Yang dilakukan Bono da teman-temannya seakan memberikan
gambaran tentang band lebih dari sebuah organisme ketimbang organisasi. Beberapa
atributnya berkontribusi pada budaya unik ini. Masing-masing anggotanya
menghargai setiap kemampuan untuk mencapai potensi mereka sendiri. Mereka
selalu mempertahankan pandangan bahwa mereka dapat menjadi lebih baik.
Anggota-anggota U2 selalu berbagi visi misi dan nilai
mereka. Anda mungkin mempunyai ekspektasi misi band adalah meraih kesuksesan komersial dengan
ukuran hit nomor 1 dan kehadirannya dalam konser. Namun, misi U2 bukan itu. Misi
U2 adalah untuk meningkatkan kehidupan dunia melalui musik dan pengaruhnya.
Bono menggambarkan dirinya sebagai penjual ide keliling dalam
lagu. Pesan-pesan dalam lagu membahas tentang tema yang diyakini anggota band sebagai
sesuatu yang penting untuk dipromosikan. Disini termasuk tentang hak asasi
manusia, keadilan sosial, dan masalah keyakinan. Bono dan istrinya, Ali,
membantu orang miskin, khususnya di Afrika, melalui filantropi mereka dan
organisasi yang mereka ciptakan.
Anggota U2 menghargai satu sama lain sebagai orang yang tidak
hanya memikirkan satu sama lain sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Bono
pernah mengatakan bahwa meskipun dia mendengar melodi di kepalanya, dia tidak
dapat menerjemahkannya ke dalam tulisan musik. Dia sadar bahwa dirinya itu
pemain gitar dan keyboard yang buruk. Karenanya, dia mengandalkan anggota lain untuk
membantunya menulis lagu dan melemparkan pujian ke mereka karena bakat yang mereka
miliki yang merupakan bagian integral dari kesuksesan U2.
Bono juga seakan menjadi tiang penyangga anggota bandnya ketika
mereka mendapatkan cobaan. Ketika Larry
kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan mobil beberapa lama setelah band
terbentuk, Bono ada di sana untuk mendukungnya. Bono, yang telah kehilangan
ibunya, memahami rasa sakit Larry.
Ketika U2 ditawari kontrak rekaman pertamanya dengan menggunakan
drummer pengganti Larry yang lebih konvensional, Bono mengatakan kepada
eksekutif perusahaan rekaman: Tidak ada kesepakatan tanpa Larry. Ketika Edge harus
melewati masa-masa paska perceraian, teman-teman bandnya ada di sana untuk
mendukungnya.
Ketika Adam muncul di konser dan dilempari batu sehingga dia
tidak bisa tampil, yang lain bisa saja melemparkannya atau membiarkannya
jatuh. Tetapi, mereka meminta seseorang untuk melindunginya, dan kemudian
melanjutkan untuk membantu Adam mengatasi kecanduan narkoba dan alkoholnya.
Di buku Fired Up or Burned
Out (Thomas Nelson, 2007), Michael L. Stallard, Carolyn Dewing-Hommes,
Jason Pankau menulis, ancaman terbesar bagi ekonomi Amerika bukanlah praktik
perusahaan yang tidak etis atau pasar yang bergejolak yang memaksa perampingan.
Survei yang dilakukan Gallup terhadap lebih dari satu juta orang Amerika
menunjukkan bahwa hampir 75 persen pekerja tidak merasa memiliki keterikatan
dan keterlibatan dalam perusahaan (disengaged).
Disengaged adalah penyakit yang menyebar luas di
organisasi-organisasi Amerika, dan telah menyebabkan hilangnya miliaran dolar, ketidakpuasan,
dan kehidupan kerja yang kurang memiliki nilai yang sebenarnya. Tantangan
sekarang – seperti yang ditulis di buku itu adalah mengubahnya dengan tindakan penting, yaknu menjadikan tempat
kerja yang penuh semangat, inovatif, dan berkembang.
Stallard berfokus pada enam kebutuhan universal yang
dimiliki manusia untuk berkembang: rasa hormat, pengakuan, kepemilikan,
otonomi, pertumbuhan pribadi, dan makna. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi,
sistem saraf merespon dengan kemarahan, ketakutan, atau keadaan pasif
“putuskan” untuk mengembalikan rasa kesejahteraan.
Di tempat kerja yang sehat, emosi ini berfungsi untuk salah
dan membangun kembali lingkungan yang berkembang di mana sistem saraf otonom
dan sistem endokrin mempromosikan rasa kesejahteraan dan kesehatan yang baik.
Namun, ketika interaksi dan lingkungan kantor umum tidak memenuhi enam
kebutuhan tersebut, mereka dapat menyebabkan respons emosional yang tidak sehat
oleh karyawan dan manajer. Perasaan putus hubungan ini membuat orang lebih
rentan terhadap stres, kecemasan, depresi, dan kecanduan.
Dalam buku Connection
Culture (ATD Press, 2015), Michael Lee Stallard menulis bahwa sebuah organisasi
akan berkembang ketika karyawan merasa dihargai, lingkungannya diberi energi,
dan menjadikan produktivitas serta inovasi tinggi sebagai norma. Ini
membutuhkan pemimpin baru yang menumbuhkan budaya koneksi di dalam organisasi.
Menurut Stallard ada enam kebutuhan universal yang dimiliki
manusia agar bisa berkembang: rasa hormat, pengakuan, kepemilikan, otonomi,
pertumbuhan pribadi, dan makna. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, sistem
saraf merespon dengan kemarahan, ketakutan, atau keadaan pasif dan keputusasaan
untuk mengembalikan perasaan sejahtera. Di tempat kerja yang sehat, emosi ini
berfungsi sebagai salah satu hal yang dapat membangun kembali lingkungan menjadi
berkembang.
Sistem saraf otonom dan sistem endokrin mempromosikan rasa
kesejahteraan dan kesehatan yang baik. Namun, ketika interaksi dan lingkungan
kantor secara umum tidak memenuhi enam kebutuhan tersebut, mereka dapat memunculkan
respons emosional yang tidak sehat baik pada karyawan maupun manajer. Perasaan disengaged ini membuat orang
lebih rentan terhadap stres, kecemasan, depresi, dan kecanduan.
Yang dibutuhkan adalah koneksi budaya yang dibangun dari identitas,
empati, dan pemahaman bersama. Dalam konteks U2 tadi meisalnya, Bono
menggambarkan band ini sebagai keluarga dan komunitas yang erat. Komitmen
mereka untuk mendukung satu sama lain melampaui empat anggota band ke komunitas
yang lebih besar yang mencakup keluarga mereka, personel, dan kolaborator yang
diantara mereka telah saling kenal selama beberapa dekade.
Rahasia kesuksesan U2 adalah kepemimpinan dan budayanya.
Bono seakan memposisikan dirinya sebagai
pemimpin di antara secara egaliter dan sederajat. Dia selalu mengkomunikasikan
visi yang mengilhami dan menghidupinya, dia menghargai orang sebagai individu,
dan dia memberi mereka suara dalam pengambilan keputusan. Ini adalah budaya
visi, nilai, dan suara yang telah membantu U2 mencapai dan mempertahankan
kinerja superiornya.
Dalam koneksi budaya, orang peduli tentang orang lain dan
peduli dengan pekerjaan mereka karena menguntungkan manusia lain. Mereka
menginvestasikan waktunya untuk lebih mengembangkan hubungan yang sehat dan berusaha
membantu orang lain yang membutuhkan, daripada bersikap acuh tak acuh terhadap
mereka. Ikatan ini membantu mengatasi perbedaan yang secara historis memisahkan
orang, menciptakan rasa koneksi, komunitas, dan kesatuan yang inklusif dan
berenergi, serta memacu produktivitas dan inovasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar