Dalam
branding sebuah kota (city branding) terdapat beberapa hal yang membuat
strategi tersebut berhasil. Pertama,
branding adalah emosional. Setiap orang pada dasarnya adalah seorang yang ahli
dalam bidang yang mereka suka dan penjelasan meyakinkan dari pendapat pribadi
pada suatu merek jarang menjadi prasyarat ketika seseorang mengekspresikan
opininya.
Untuk
itu, ada sesuatu yang harus ditampilkan dalam merek sebuah kota. Dalam konteks
ini, identitas merek - identifikasi dasar organisasi; pesan promosi visual,
kepribadian merek dan karakteristik emosional kota menciptakan image. Visual
merek yang meliputi warna dan grafis juga merupakan identitas merek, bahkan
pemerintahan kota merupakan identitas dari sebuah kota.
Sebuah
bangunan pun bisa menjadi daya tarik. Hilton Hotel di Sydney dikenal sebagai landmark
kota sebagai pernyataan kepercayaan diri warga di kawasan bisnis utama
yang sedang booming itu. Hotel itu juga dijadikan sebagai komponen strategi
pembaharuan perkotaan, dengan desain sebagai ikon untuk industri konvensi
bisnis dan destinasi.
Bentuk
bangunan menunjukkan selera eksterior dan interior yang sangat terapeutik. Para
perancangnya seakan dengan hati-hati mempertimbangkan harmonisasi antara sifat
publik dan pribadi warganya. Ruang hotel juga ekspresif dengan ritual konsumsi,
status, dan menarik selera.
Kota
Seoul misalnya mengalami beberapa kali transformasi. Pemerintah kota Seoul secara
konsisten terus menambah nilai kota dengan menekankan pada kebijakan berbasis
budaya, dengan menggunakan berbagai media dan kegiatan kreatif untuk merangsang
pertumbuhan sosial dan ekonomi.
Paska
krisis ekonomi 1996, Seoul memperbaiki 'citra merek'nya dan strategi
pemasarannya dengan fokus pada event dan transformasi fisik. Kebijakan budaya
dan acara kreatif tersebut menjadi kekuatan pendorong di balik perubahan kota
Seoul. Secara khusus, di bawah Walikota Oh Se-hoon, kota tersebut
meningkatkan dirinya sendiri melalui
kebijakan budaya dengan menggunakan desain sebagai konsep utamanya, menciptakan
'kota desain' dan serangkaian kegiatan acara budaya.
Konteks
budaya ini bahkan ditingkatkan menjadi diplomasi budaya. Pentingnya budaya
dalam city atau place branding makin penting dalam konteks ekonomi global
karena budaya dapat menyatukan produk dan memberikan nilai yang lebih besar
bagi sebuah kota.
Ini karena budaya itu sendiri membedakan antara satu negara
dengan negara lain. Implikasinya, dalam city branding, karena kemungkinan ada
kemiripan antara satu kota dengan lainnya, maka kota harus menampilkan sesuatu
yang berbeda dala budaya itu.
Kedua,
merek memiliki sudut pandang ganda, yang mewakili siapa pengelolanya yang
visioner. Pengelola kota yang sukses pada umumnya yang memiliki visi ke depan
yang didasarkan pada masa lalu.
Ketiga,
kota harus memiliki tagline seperti Michigan, taglinenya adalah Pure
Michigan. Meskipun tidak penting, tagline dapat membantu dalam menyampaikan
makna kognitif suatu simbol visual. Hal ini dapat menjadi sarana utama untuk
menyampaikan pesan, yang memungkinkan seseorang membagun interpretasi lebih
simbolis untuk sebuah visual. Slogan yang terbaik lebihb banik kurang dari tiga
kata yang menyiratkan arti.
Akhirnya,
merek tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang. Ada segmen tertentu yang
membutuhkan kebutuhan tertentu. Karena itu, sebuah kota dianjurkan fokus pada
keunggulan tertentu seperti alam, sungai, menara jam, kerajinan, adat istiadat
masyarakat, tempat untuk sekolah, bisnis, pertemuan, warisan budaya dan
sebagainya.
Setiap
yang ditampilkan harus memberikan ruang bagi pesan tunggal dengan dampak
terbesar pada audience terbesar, baik penduduk dan pengunjug. Pada gilirannya,
bahwa pesan tunggal harus dibuat sehingga memungkinkan interpretasi yang
bermakna. Ini memang bukan pekerjaan mudah, tapi itu layak diusahakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar