Era Google yang dibangun
di atas big data (data besar) dan kecerdasan mesin telah menjadi era yang luar
biasa. Tapi itu akan segera berakhir. Dalam Life after Google: The Fall of Big Data and the Rise of the Blockchain Economy, George Gilder -
visioner teknologi dan budaya - menjelaskan mengapa Silicon Valley (Lembah Silikon) menderita
mengalami gangguan saraf dan memperkirakan munculnya era pasca-Google.
Algoritme Google
menganggap masa depan dunia tidak lebih dari momen berikutnya mengikuti sebuah
proses yang berlangsung secara acak. Dalam buku Life After Google ini, George Gilder menunjukkan seberapa mendalam asumsi ini
berjalan, apa yang memotivasi orang untuk membuatnya, dan mengapa itu salah.
Mengapa pula pada dasarnya masa depan bukan
tergantung pada mesin melainkan tergantung pada tindakan manusia.
Selama beberapa dekade,
menurut Nick Tredennick - Kepala Ilmuwan QuickSilver Technolog- George Gilder
telah menjadi peramal masa depan teknologi yang mumpuni. Raksasa seperti
Google, Amazon, dan Facebook adalah monopolistik tak terhentikan. Apakah raksasa
itu bakal disfungsional dan akan digulingkan oleh mahasiswa putus sekolah yang
paham teknologi dan wirausaha lagi?
Tahun 1994, Gilder
menulis buku Life After Television: The
Coming Transformation of Media and American Life (W. W. Norton &
Company, Revised edition, 1994). Dalam buku itu Gilder menguraikan perkembangan
baru dalam komputer dan teknologi serat optik yang menyebabkan kematian pada
televisi dan telepon tradisional.
Di arena bisnis televise
itu, menurut Gilder saat itu, akan muncul paradigma baru di mana komunikasi
orang-ke-orang memberi jalan kepada tautan antar komputer yang dapat ditemukan
di setiap rumah dan kantor. Munculnya telecomputer (atau "teleputer")
akan mengubah cara orang berbisnis, mendidik anak-anaknya, dan menghabiskan
waktu luang mereka.
Komputer pribadi menjadi
tidak umum. Yang paling umum pada dekade berikutnya adalah telepon seluler
digital dengan alamat IP. . . menghubungkan ke ribuan database dari segala
macam jenis data.
Telecomputer akan
merusak organisasi yang besar, terpusat, dari atas ke bawah seperti jaringan
kabel, perusahaan telepon, pemerintah birokrasi, dan perusahaan multinasional.
Terbukti? Munculnya
bisnis sharing economy seperti GoJek, Uber dan sebagainya seakan menunjukkan
kepada publik tentang ramalan Gilder tersebut. Juga big data dan transformasi
digital serta artificial intelligence di semua kehiduan memperkuat tanda-tanda pembuktian ramalan Gilder.
Sekarang, kemampuan
Google yang menakjubkan dalam mencari dan menyortir telah menyedot perhatian
dan membuat orang di seluruh dunia bergantung ke mesin pencari dan produk lainnya
seperti video, peta, email, kalender, dan sebagainya. Semua yang ditawarkan
secara gratis, atau seakan-akan gratis.
Alih-alih membayar
secara langsung, pengguna cukup mengirimkan iklan. Disini tidak gratis. Sistem agregat
dan iklan berfungsi – setidaknya untuk sementara waktu - jika Anda mengontrol pusat
data. Akan tetapi, pasar tanpa harga yang seringkali mencekik semangat kewirausahaan
, tentu membuat Internet menjadi lahan yang
bebas dari iklan.
Krisis bukan hanya
ekonomi. Bahkan ketika kemajuan dalam kecerdasan buatan menyebabkan delusi
kemahakuasaan dan transendensi, Lembah Silikon telah cukup banyak menyerah pada
ilusi keamanan. Firewall Internet yang seharusnya melindungi semua kata sandi
dan informasi pribadi itu terbukti dapat ditembus.
Krisis tidak dapat
diselesaikan dalam arsitektur komputer dan jaringan saat ini. Masa depan
terletak pada "cryptocosm" - arsitektur baru dari blockchain dan
turunannya. Mengaktifkan cryptocurrency -- yang untuk sementara saat ini babak belur
-- seperti bitcoin dan ether, NEO dan Hashgraph, itu akan memberikan Internet
sistem pembayaran global yang aman, mengakhiri Zaman Google agregat dan iklan.
Lembah Silikon, yang
telah lama didominasi oleh beberapa raksasa, menghadapi "kekacauan
besar", yang akan membubarkan kekuatan komputer dan perdagangan serta
mengubah ekonomi dan Internet.
Kehidupan setelah
Google hampir tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar