Setiap orang memiliki keyakinan, motif atau niat. Karena
itu, ketika mengobservasi individu, orang akan berusaha untuk mencari jawaban
atas pertanyaan, kenapa merek berperilaku seperti itu? Di sisi lain, ketika berusaha
mencari jawaban atas pertanyaan itu, orang tersebut juga menggunakan cara-cara
tertentu.
Disini ada relasi antara cara mereka melihat sesuatu dan
asumsi awal yang muncul pada orang tersebut. Dengan kata lain, persepsi dan
penilaian orang tentang tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh
asumsi-asumsi yang dibuat tentang keadaan internal orang tersebut.
Dalam komunikasi juga dikenal teori atribusi (attribution theory)
untuk mengembangkan penjelasan tentang cara-cara seseorang menilai individu
secara berbeda. Pada intinya teori adalah tentang usaha yang dilakukan individu-individu
ketika mengamati perilaku untuk menentukan apakah itu disebabkan oleh factor internal
atau eksternal.
Sebagian besar penentuan tersebut tergantung pada tiga factor;
kekhususan, konsensus dan konsistensi. Kekhusuan
merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda
dalam sutuasi-situasi yang berbeda. Konsensus apabila semua individu yang
menghadapi situasi serupa meresponse dengan cara yang sama. Konsisten apabila indivisu
tersebut meresponse dengan cara yang sama.
Perilaku yang disebabkan secara internal diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang
individu. Perilaku yang disebabkan oleh faktor eksternal diaggap sebagai akibat
dari sebab-sebab dari luar. Artinya, seseorang melakukan sesuatu lebih karena
dipaksa oleh situasi.
Apabila seorang karyawan terlambat dating ke tempat dia bekerja,
orang lain yang melihatnya mungkin menghubungkan keterlambatannya dengan pesta
sampai larut malam sehingga dia bangun kesiangan. Ini adalah hubungan internal.
Apablia orang lain menghubungkan keterlambatannya dengan
kecelakaan mobil yang membuat kemacetan lalu lintas pada jalan yang biasa
digunakan oleh karyawan tersebut misalnya, ini berarti orang lain itu membuat
suatu hubungan eksternal.
Dalam kasus karyawan yang terlambat, ada kekhawatiran
keterlambatan itu menular kepada yang lain sehingga sebagian orang berpikir
untuk memberikan sanksi. Pertanyaannya adalah apakah keterlambatan yang
dilakukan oleh orang itu salah.
Untuk mengkajinya, orang bisa melihat apakah keterlambatan
itu terjadi setiap hari atau pada hari-hari tertentu. Apabila hanya pada hari
tertentu, apalagi pada hanya hari itu, orang lain melihat itu sebagai hubungan
eksternal. Sebaliknya, bila keterlambatan itu terjadi setiap hari, orang akan
melihatnya sebagai hubungan internal.
Hal lain, misalnya banyak orang mengambil rute yang sama dan
kereka terlambat. Ini seakan menjadi konsensus untuk mengatakan bahwa
keterlambatan itu bukan karena internal, melainkan karena faktor eksternal yang
memaksa orang-orang tersebut datang terlambat.
Akhirnya, seorang pengamat mencari konsistensi dalam
tindakan seseorang. Konsistensi berarti seseorang meresponse secara sama atas
tindakan atau stimulus yang berbeda. Apakah
individu melakukan hal yang sama. Datang terlambat 10 menit ke tempat kerja
tidak diartikan dalam cara yang sama untuk karyawan yang merupakan kasus yang
tidak biasa dan untuk karyawan yang keterlambatannya bagian dari pola rutin.
Sumber:
Robbins SP, Judge TA. 2018. Essentials of Organizational
Behavior, Global Edition. England: Pearson
Education Limited
Tidak ada komentar:
Posting Komentar