"Pemimpin hebat adalah pendongeng yang hebat,"
kata psikolog Universitas Harvard Howard Gardner. Kenapa mendongeng atau
bercerita? Ada fenomena menarik yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan.
Orang tidak tertarik pada Anda, perusahaan Anda, atau produk Anda. Perusahaan
atau organisasi lalu berusaha mengatasi itu dengan membangun komunikasi.
Komunikasi pada dasarnya adalah untuk membangun kesepahaman.
Namun, apa jadinya bila audience menerima pesan Anda dengan skeptik, bahkan
curiga. Mereka mempertanyakan motif. Mereka berusaha mengkonter dan mendebat
apa yang Anda sampaikan. Dalam konteks kekacauan media seperti sekarang,
fenomena itu tidak jarang terjadi.
Beberapa teori mengatakan bahwa mengkomunikasikan visi,
nilai, dan strategi merek organisasi adalah cara untuk menciptakan koneksi
dengan pelanggan dan menginspirasi dan membimbing karyawan. Ini semua hampir
tidak mungkin dilakukan bila tanpa didukung oleh serangkaian fakta.
14 September 2001, Presiden Bush mengunjungi lokasi tragedi
9/11. Dia merangsek diantara kerumunan pekerja penyelamat yang masih berharap
menemukan mayat beberapa dari hampir tiga ribu orang yang tewas ketika menara
World Trade Center itu runtuh tiga hari sebelumnya.
Dia memanjati puing-puing, berdiri berkacak pinggang di atas puing-puing, berbicara dengan para pekerja,
lalu dia merangkul bahu petugas pemadam kebakaran yang mengenakan helm putih,
mengatakan beberapa kata harapan.
Seseorang memberi presiden sebuah pengeras suara. Dia berdiri di atas
potongan-potongan reruntuhan puing menara yang jatuh dan berbicara singkat kepada orang banyak. Apa yang
dia katakan adalah sepenuh hati tetapi orang sering tidak mengingatnya.
Yang sulit dilupakan orang adalah moment sang presiden
berdiri di reruntuhan, lengannya di sekitar seorang petugas pemadam kebakaran,
berbicara kepada orang banyak dengan tenang, tekad yang kuat. Moment itu
diabadikan media.
Moment itu direduksi menjadi satu bingkai video dan
diletakkan di halaman depan seratus surat kabar adalah ceritanya. Realitas itu,
menurut Maxwell dan Dickman (2007), bagian dari elemen-elemen otentisitas argumen
bahwa dia bagian dari mereka, bagian dari musibah, tragedi, dan bagian dari korban. Ini tentu saja membangun citra tentang
kepedulian dan kepemimpinan.
Persuasi butuh fakta (realita?). Dalam konteks Bush, fakta
yang ditampilkan adalah bahwa World Trade Center dihancurkan oleh serangan
teroris. Ini disampaikan dengan jelas di setiap sudut kamera yang kemudian
disebarkan tersebar secara luas, jadi berita dan pembicaraan orang di
segala lapis sosial , termasuk orang awam.
Dengan merangkul petugas pemadam kebakaran, presiden telah
membungkus fakta itu dalam campuran emosi yang sederhana namun sangat kuat —
belas kasihan, penghormatan terhadap pengorbanan mereka yang tewas demi bantuan
orang lain, tekad yang jelas bahwa pengorbanan ini tidak akan sia-sia.
Di belakang citra ini adalah saat ketika bangsa keluar dari
rasa kaget kolektifnya dan memutuskan untuk melakukan sesuatu. Bagaimanapun
gambar yang dilihat public yang merupakan hasil reduksi dari tindakan, lebih
gampang ditangkap audience ketmbang kata-kata. Gambar lebih bermakna. Ketika
itulah semuanya berubah.
Ketika bergerak melalui abad ke-21, seseorang, organisasi
atau perusahaan perusahaan perlu menemukan tujuan moral mereka — sesuatu yang
hidup dalam jiwa bisnis mereka, yang dapat diterjemahkan ke dalam bentuk
kebaikan yang bermanfaat, baik bagi keuntungan perusahaan maupun bagi umat
manusia. Keuntungan memenuhi tujuan itulah sebagai panggilan hati.
Saat ini, aturan keterlibatan (rules of engagement) bisnis
berubah lagi. Sekarang, seseorang atau perusahaan tidak cukup hanya memiliki
gagasan yang inovatif, layanan yang mendapat bintang, dan neraca yang kuat.
Untuk mendapatkan value jangka panjang dan menangkap keterlibatan pemangku
kepentingan yang sejati, seseorang atau perusahaan harus merangkul dan
menunjukkan bahwa ia mempunyai tujuan yang lebih tinggi.
Sekarang seseorang atau perusahaan harus memiliki sesuatu
yang intrinsik dalam DNA mereka untuk mengatasi masalah sosial yang mendesak
seperti perubahan iklim, kelaparan, meningkatkan pendidikan atau peduli dan
perawatan kesehatan. Perilaku otentik adalah produk sampingan dari semua
kegiatan atau operasi tersebut dengan tujuan yang lebih tinggi.
Referensi
Maxwell R, Dickman
R. 2007. The Elements of Persuasion: Use Storytelling to Pitch Better, Sell
Faster & Win More Business. USA: Harper Business
Tidak ada komentar:
Posting Komentar