Dalam beberapa pecan terakhir beberapa kabar penutupan dan
pemberhentian karyawan-karawan perusahaan ritel dan perbankan (www.cnbcindonesia.com, 17/1/19) menarik
perhatian banyak pembaca. Alasan pemberhentian lesunya perusahaan mereka dan ingin
membangkitkan kembali kejayaan perusahaan itu.
Masih belum ada deskripsi tentang posisi banyak karyawan
yang di-PHK. Kenapa memperhatikan masalah tersebut penting? Bukan tidak mungkin
bila terjadi kesalahan dalam – katakanlah – siapa atau pada posisi mana
orang-orang yang diberhentikan itu berakibat lebih parah.
Dengan kata lain perusahaan terjerumus dalam pemasalahan
baru semisalnya kehilangan kompetensinya karena karyawan yang menunjang kompetensi
itu sudah tidak bekerja di perusahaan tersebut.
Januari 2009, manajemen Circuit City mengumumkan bahwa
mereka memilih opsi melikuidasi
perusahaan yang mempekerjakan sekitar 34.000 orang untuk mengoperasikan
567 tokonya di Amerika Serikat itu. Saat itu, Circuit City adalah pengecer
produk elektronik konsumen terbesar di Amerika Serikat.
Apa yang menyebabkan kegagalan Circuit City? Implementasi
strategi perusahaan yang buruk adalah faktor kunci yang menyebabkan kematian
perusahaan. Circuit City memulai basnisnya pada tahun 1949, ketika Samuel S.
Wurtzel membuka toko ritel Wards Company pertama di Richmond, Virginia. Sebagai
pengecer televisi dan peralatan rumah tangga, pada 1959 Wards memiliki total
empat toko di Richmond.
Tahun 1961, Wards menjadi perusahaan publik. Tahun 1983
mereka mencatat pendapatan sebesar $ 246 juta. Selama kurun 1969 dan 1982,
Wards tumbuh dengan mengakuisisi banyak pengecer elektronik di seluruh Amerika
Serikat. Pada tahun 1984, nama perusahaan diubah menjadi Circuit City dan
perusahaan itu terdaftar di New York Stock Exchange.
Pertumbuhan pendapatan berlanjut hingga mencapai pendapatan
sebesar $ 2 miliar pada tahun 1990. Pada 1993, Circuit City mendirikan CarMax,
sebuah usaha ritel yang menjual kendaraan bekas. Setelah beberapa tantangan
awal, CarMax menjadi cukup sukses.
Pada tahun 2002, Circuit City mengumumkan bahwa mereka fokus
pada bisnis elektronik konsumen. Konsekuensinya, Circuit menjadikan anak
perusahaan, CarMax, sebagai perusahaan publik yang terpisah. Pada akhir 2008,
perusahaan menghadapi masalah serius. Mereka menutup 155 toko tutup dan memberhentikan
17 persen tenaga kerjanya.
Penutupan itu dilihat sebagai kegagalan Circuit City dalam
membaca perubahan bisnis yang sebenarnya sudah mulai muncul sejak 1990-an. Circuit
City berpuas diri dan tidak melihat manuver Best Buy sebagai pesaing utamanya. Alan
Wurtzel, putra pendiri perusahaan dan mantan CEO Circuit City, mengakuinya
dengan mengatakan bahwa Circuit City "... tidak menganggap serius ancaman
dari Best Buy dan pada beberapa titik terlalu fokus pada keuntungan jangka
pendek daripada dari nilai jangka panjang."
Selama 1990an, Best Buy mendirikan toko-toko yang lebih
besar di lokasi-lokasi superior. Komitmen Circuit City untuk fokus pada
keuntungan jangka pendek membuat para pemimpin perusahaan lengah dan tidak menyadari
nilai penting dari toko-toko yang dibuka Best Buy.
Fokus jangka pendek ini mengarah pada apa yang ternyata
menjadi beberapa keputusan yang sangat merusak, seperti keputusan untuk memecat
ribuan veteran, karyawan bergaji tinggi, termasuk tenaga penjualan. Tenaga
penjualan ini, yang mendapatkan komisi menarik karena produktivitasnya,
digantikan oleh personel berpenghasilan rendah dan kurang berpengalaman.
Pimpinan Circuit City menganggap kebijakan mereka itu
tidak akan berdampak pada penjualan. Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka
lakukan berdampak merusak pendapatan dan reputasi Circuit City.
Selain berkonsentrasi pada mencari cara untuk mengurangi
biaya daripada menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih bagi pelanggan,
Circuit City membuat kesalahan lain saat menerapkan strateginya. Sebagai
contoh, kegagalan untuk mengelola persediaannya secara efektif mengurangi
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang ada pada waktu yang
tepat dan untuk menjaga toko-tokonya penuh dengan produk-produk terbaru dan
paling inovatif.
Layanan pelanggan yang buruk adalah kesalahan lain. Tentu
saja, keputusan untuk memberhentikan karyawan bergaji tinggi (dan paling produktif)
segera mengurangi kemampuan perusahaan untuk melayani pelanggan secara efektif.
Sangat sulit bagi perusahaan untuk mencapai daya saing strategis dan memperoleh
pengembalian modal di atas rata-rata ketika gagal mengimplementasikan
strateginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar