Terlepas seberapa penting melihat gender sebagai variabel dalam penentuan strategi pemasaran dan komunikasi pemasaran, realitasnya rasio lelaki dan perempuan penduduk memang tidak selalu imbang. Perserikatan Bangsa-bangsa memperkirakan populasi dunia mencapai
sekitar 7,5 - 8 miliar orang pada tahun 2023.
Dalam beberapa tahun terakhir, dikutip dari herbeauty.co, kesenjangan
antara pria dan wanita telah sangat berkurang. Pada tahun 2011, rasio gender sekitar 1: 1
dengan rasio saat lahir diperkirakan sekitar 107 anak laki-laki untuk setiap
100 anak perempuan yang lahir. Pada 2015, persamaan turun menjadi sekitar 102
pria diantara 100 wanita.
Rasio populasi dunia antara pria dan wanita berfluktuasi. Saat ini, rasio antara pria dan wanita lajang memang relatif
sama, tetapi di negara-negara tertentu ada kesenjangan. Ada beberapa penjelasan untuk ini, termasuk
perlakuan terhadap perempuan, perang yang telah mengakibatkan migrasi
massal dan ketidaksetaraan gender yang telah menyebabkan perempuan meninggalkan
negara asal mereka untuk kesempatan kerja yang lebih baik.
Berikut 15 negara di
mana pria mengalami kesulitan menemukan istri karena kekurangan wanita.
1. Qatar
Qatar menjadi yang teratas dalam daftar. Rasio pria dan
wanita di negara Timur Tengah yang kaya minyak dan kaya minyak ini adalah 3,41
banding 1. Tingginya gap rasio di Qatar itu sebagian besar disebabkan oleh
masuknya imigran laki-laki yang sekarang merupakan 94% dari seluruh tenaga
kerja di negara itu. Pemerintah ingin mengeluarkan visa kerja untuk laki-laki
asing untuk mengisi posisi manajerial yang terampil dan pekerjaan konstruksi,
perempuan asing hampir tidak mungkin mendapat visa jika mereka tidak datang
dari tempat-tempat seperti Kanada atau Inggris.
2. Uni Emirat Arab
Pada pergantian abad ke-20, UEA memiliki hanya 40.000 penduduk,
22.000 di antaranya adalah
perempuan. Tetapi penemuan minyak
mengubah gurun ini yang penuh dengan desa-desa nelayan ini membuat negara itu menjadi
tujuan wisata modern yang menjadikan negara itu kini menjadi sangat kaya. Orang asing merupakan 85% dari populasi negara
dan mereka sebagian besar adalah laki-laki. Dengan kurangnya wanita lajang,
banyak pria Emirat meninggalkan negara itu untuk menemukan pasangannya.
3. India
Diperkirakan menyalip China sebagai negara berpenduduk # 1
terbesar di dunia pada tahun 2024, India mengalami situasi kekurangan wanita
yang serius. Rasio gendernya saat ini, 1,08 pria untuk setiap perempuan atau terdapat
37 juta lebih pria dari pada perempuan. Sama seperti China, ada fokus pada
pemilihan jenis kelamin. Sebagian besar pria India masih diharapkan menjadi
pencari nafkah dalam keluarga mereka dan mendukung orang tua mereka begitu
mereka bertambah usia. Sayangnya, kesenjangan itu masih akan terus tumbuh
selama beberapa tahun mendatang.
4. Amerika Serikat
Menurut sensus pada tahun 2010, terdapat 157 juta wanita di
AS dibandingkan dengan 151,8 juta pria. Meskipun demikian, ada beberapa kota
besar di mana pria melebihi jumlah wanita, terutama di Los Angeles dan Las
Vegas. LA adalah rumah bagi 90.000 lebih banyak pria lajang daripada wanita.
Sementara itu, di Sin City, ada 103 pria di atas usia 18 tahun untuk setiap 100
wanita. Artinya, jika Anda seorang wanita lajang yang menikmati sinar matahari
sepanjang tahun, pria LA dan Vegas sangat ingin berkenalan dengan Anda!
5. China
Negara terpadat di dunia ini memiliki 40 juta lebih banyak
pria daripada wanita. Ini disebabkan oleh kebijakan aborsi selektif jenis
kelamin dan keyakinan bahwa ahli waris laki-laki diperlukan. Kesenjangan ini
bahkan lebih umum di desa-desa di mana keluarga lebih menghargai laki-laki.
Pemerintah berusaha ulai mengatasi masalah ini. Para bujangan China yang
memenuhi syarat selalu bisa mencoba untuk memenangkan hati para gadis di negara
tetangga Rusia, negara yang justru kekurangan pria.
6. Mesir
Mesir terpadat di dunia Arab menjadi salah satu negara terbesar di benua Afrika. Dengan rasio 1,05
pria untuk setiap 1 wanita, itu menambah ketidakseimbangan yang signifikan.
Mesir adalah masyarakat paternalistik tradisional di mana perempuan diharapkan
untuk menjalani kehidupan rumah tangga, tetapi sebagian besar perempuan Mesir yang
memiliki pendidikan tinggi bercita-cita bekerja di bidang sains, kedokteran,
dan hukum. Akibatnya, banyak dari mereka yang berimigrasi ke negara-negara yang
lebih progresif.
7. Yunani
Sekali waktu, Yunani berfungsi sebagai titik transit bagi
mereka yang berimigrasi ke Eropa yang kemudian pindah ke Inggris atau Prancis.
Tetapi biaya hidup yang relatif murah dan cuaca yang indah sepanjang tahun akhirnya
menjadikan Yunani tujuan akhir bagi banyak diantara mereka yang ingin
berimigrasi. Sejumlah besar imigran baru berasal dari Timur Tengah adalah
laki-laki, yang mendorong rasio gender lebih tinggi ke arah itu. Fenomena ini makin
meningkat karena kesetaraan upah antara jenis kelamin buruk. Ini menyebabkan
banyak perempuan pindah ke negara-negara Eropa lainnya di mana mereka menerima
upah yang lebih adil.
8. Nigeria
Dengan rasio 1,04 pria dan 1 wanita menempatkan Nigeria di
antara yang tertinggi di benua Afrika. Perkawinan usia dini, dan sebagainya menyebabkan
banyak perempuan berimigrasi untuk mencari tempat-tempat di mana kehidupan
mereka akan lebih baik. Hasilnya adalah kesenjangan laki-laki / perempuan yang
pasti akan tumbuh. Baru-baru ini pemerintah menyatakan keprihatinan atas jumlah
laki-laki dewasa muda yang kesulitan menemukan istri.
9. Afghanistan
Dulu Afghanistan adalah rumah bagi masyarakat yang sangat
progresif di mana perempuan bebas berjalan di jalan-jalan Kabul. Empat puluh tahun belakangan, di negara ini
yang terdengar hanya perang dan kehancuran. Ini mengakibatkan perempuan dan
anak-anak berimigrasi dalam jumlah besar sementara para lelaki berperang. Hasilnya
adalah rasio gender yang condong ke laki-laki.
10. Swedia
Mirip dengan Norwegia, Swedia mulai melihat peningkatan
kecil tapi bertahap dalam rasio pria dan wanita. Dalam beberapa tahun terakhir,
di Swediaterdapat sekitar 12.000 lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. Angka
ini diperkirakan meningkat. Salah satu masalah adalah krisis perumahan di mana
tidak ada cukup rumah untuk menampung warga negara Swedia. Akibatnya, semakin
banyak orang Swedia pindah ke luar negeri, terutama perempuan. Di sisi lain, imigran
dari beberapa negara yang dilanda perang telah menetap di Swedia, termasuk
35.000 laki-laki di bawah umur.
11. Iran
Untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu, jumlah pria
di Iran melebihi jumlah wanita. Salah satu factor penyebabnya adalah bahwa makin
banyaknya perempuan Iran berpendidikan tinggi dan mereka sering mencari
pekerjaan di luar negeri yang sesuai dengan keterampilan mereka. Selain itu,
ada keengganan bagi perempuan Iran
modern untuk menikah dan memulai sebuah keluarga sebelum mereka membangun
karier mereka.
12. Norwegia
Dalam beberapa tahun terakhir, populasi pria di Norwegia melampaui
wanita. Sebagian besar fenomena ini disebabkan oleh imigrasi. Ada sekitar
12.000 lebih pria lajang di negara ini. Sebagai salah satu negara yang paling
liberal dan sederajat di dunia, ada beberapa kekhawatiran bahwa kesenjangan
populasi gender yang menguntungkan laki-laki akan mengancam sebagian kemajuan
yang telah dicapai perempuan dalam beberapa dekade terakhir. Hanya waktu yang
akan memberitahu.
13. Islandia
Ketika Anda memikirkan Islandia, dua hal yang biasanya
terlintas dalam pikiran: penuh dengan es dan Bjork yang secara harfiah adalah satu-satunya
orang yang pernah datang dari sana. Tetapi ada fakta lain yang layak dikemukakan:
Islandia memiliki terlalu banyak pria atau sedikit wanita. Saat ini, ada 1,7%
lebih banyak penduduk pria. Ini berarti banyak pria yang makan malam sendirian
dengan penerangan lilin.
14. Filipina
Perempuan Filipina banyak yang bekerja di luar negeri seperti
Australia, Asia dan bahkan Timur Tengah. Akibatnya, rasio antara pria dan
wanita (saat ini 1,02 banding 1) semakin melebar. Statistik terbaru juga
menunjukkan bahwa jumlah pasangan yang menikah turun. Ini memberikan bukti
lebih lanjut bahwa masalah ini bisa terkait dengan kekurangan wanita.
15. Libya
Dengan populasi yang mencakup 1,07 pria untuk setiap 1
wanita, Libya memiliki kesenjangan rasio gender yang paling lebar di Afrika.
Negara ini telah terlibat dalam perang saudara yang berlarut-larut selama
beberapa tahun. Ini menyebabkan eksodus perempuan yang rentan. Ditambah lagi
dengan peran tradisional yang membatasi perempuan dalam masyarakat Libya. Ini
membuat banyak diantara kaum perempuan Libya lebih suka menikah dengan warga
asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar