Konsep branding untuk
pasar Muslim tidak dapat dipisahkan dari iman dan harus melibatkan pertimbangan
kebutuhan spiritual dari target konsumen (Muslim). Dalam hal merek halal, dimensi spiritual
sangat penting, Halal – Thayyiban. Tantangannya adalah bagaimana membidik
konsumen Muslim namun tetap menjadi pilihan konsumen Non-Muslim?
Sampai awal 2000an, jangan harap Anda menemui produk
kosmetik Wardah di swalayan maupun toko-toko. Namun jika Anda mengunjungi
tempat-tempat media dakwah seperti mejelis taklim atau pengajian untuk wanita
muslim, produk kosmetik yang digagas
Nurhayati Subakat ini, dengan mudah dijumpai.
Saat itu, kosmetika merek Wardah memang sangat populer di
kalangan ibu-ibu pengajian. Beda dengan produk tata rias lain yang tidak
membidik konsumen tertentu, Wardah memang memiliki pasar khusus. Maklum Wardah
yang mengusung moto kosmetika suci dan aman --tidak mengandung alkohol dan
bahan haram lainnya-- ini memang dilempar untuk kaum muslim.
Oleh sebab itu jangan heran apabila rangkaian produk
kosmetik -- seperti tata rias, perawatan kulit, perawatan sehari-hari dan
perawatan rambut -- yang khas ini, memang lebih mudah dijumpai di lokasi-lokasi
yang melibatkan banyak kaum muslimah.
Kesuksesan Wardah di pasaran produk kosmetika yang notebene
persaingannya lumayan ketat ini, memang tidak lepas dari kejelian Nurhayati
melihat ceruk pasar. "Meskipun para pemain di industri kosmetika ini sudah
terlalu banyak, tapi saya masih melihat celah pasar. Karena selama ini saya
belum melihat kosmetik yang memposisikan khusus untuk kaum muslimah saja,"
ungkap Nurhayati.
Hanya populer di kalangan wanita muslim, ternyata bukan soal
buat Wardah. Diam-diam angka nominal penjualan Wardah juga sudah menjurus ruarr
biasa. Awal 2000, omzet produk Wardah sudah di atas Rp1 miliar per bulan.
Padahal ketika awalnya dilempar ke pasaran pada 1995 silam, omzet Wardah
masih hanya berputar pada Rp200 ribu per
bulan.
Strategi membidik target pasar tertentu, belakangan memang
bukan satu-satunya faktor kesuksesan produk Wardah di pasaran kosmetika
domestik. Jalur distribusi yang tidak
terpaku pada satu sistem, boleh jadi faktor berikutnya yang menjadi penentu
keberhasilan Wardah di pasaran. Strateginya gado-gado.
Awalnya Wardah hanya menggunakan sistem tradisional (direct
selling). Setelah itu, penjualan Wardah juga dilakukan lewat cara semi
multilevel marketing (MLM), serta MLM murni. Untuk urusan distribusi, Wardah
saat itu menggandeng Ahad.Net, PT Mutiara Arum Lestari (MAL), dan Ny. Riani di
Bandung.
Meskipun penjualan secara multilevel menggelembungkan
penjualan Wardah, Wardah saat itu masih
menggarap penjualan langsung. Langkahnya ini didukung oleh empat tim yang
terdiri atas delapan orang per tim yang
kerjanya berkeliling dengan mobil khusus untuk memasarkan Wardah secara
tradisional. Karena jumlahnya masih terbatas, makanya jangkauannya masih
sebatas wilayah Jabotabek dan Jawa Barat.
Meski tidak terlalu wah, Wardah juga beriklan di sejumlah
acara di televisi swasta. Sesuai dengan misi produknya, saat itu Wardah
beriklan di acara-acara religius seperti Siraman Rohani, Tasawuf dan Penyejuk
Iman. Diakui Nurhayati, belanja iklan Wardah di televisi memang hanya Rp20 juta
per bulan yang dialokasikan lewat acara-acara religius.
Wardah kini menuai sukses besar dengan mengidentifikasi diri
mereka dengan Islam. Penelitian Kantar Worldpanel menunjukkan bahwa merek terus
bergerak semakin kuat. Wardah berhasil membangun posisi terdepan di pasar dalam
make-up sehingga pada tahun 2014 misalnya, pangsa pasar kosmetik dari 5 persen
menjadi 16 persen di wilayah perkotaan.
Namun, kesuksesan itu lebih dari sekadar menawarkan produk
perawatan kecantikan halal. Sebagai brand kosmetik, Wardah terus berinovasi
dengan meluncurkan berbagai produk yang dapat menjawab kebutuhan gaya hidup
modern. Di antaranya, perempuan millennials usia 18-30 tahun yang aktif,
seperti first jobber maupun profesional muda.
Untuk pasar yang memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga
tidak punya waktu yang cukup untuk ber-make up ini, Wardah menawarkan produk make
up instan all in one. Produk ini memiliki formula yang membuat hasil riasan
tahan lama. Contohnya, lip matte-nya yang tahan sampai 12 jam. Selain itu, Wardah
menyajikan warna kekinian yang memang menjadi tren dan preferensi perempuan
muda saat ini.
Secara tradisional, agama sering dianggap sebagai elemen
abadi dari lingkungan budaya. Karena itu, perusahaan dipaksa untuk menyesuaikan
penawaran dan praktik pemasaran mereka dengan karakteristik keagamaan di suatu
negara, terutama jika produknya sensitif terhadap lingkungan keagamaan.
Akibatnya, agama terkadang dipandang sebagai faktor pembatas karena membatasi
penggunaan beberapa produk dan layanan.
Acuan ini juga sering memunculkan interpretasi bahwa
konsumen Muslim tidak seperti konsumen lain pada umumnya. Stereoptipe yang
sering muncul bahwa konsumen Muslim tidak menyukai Barat, atau anti Amerika. Padahal
di banyak belahan bumi, konsumen Muslim juga mengikuti gaya hidup seperti
menonton TV, berselancar di internet, makan burger, dan sebagainya.
Di Malaysia, Nestle Malaysia dan Halal Centre of Excellence-nya
telah menjadi produsen produk halal terbesar di dunia. Di Amerika Serikat,
Saffron Road dengan produk halal dan organiknya telah menjadi model
keberhasilan bagi pengusaha Muslim dan non-Muslim. Dari Asia hingga Amerika,
sektor makanan halal menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Islam dan global
yang lebih luas.
Hanya saja sistem diet dan konsumsi Islam berbeda dan unik
dibandingkan dengan sistem diet etnis lainnya. Komunitas dunia kini mulai
memahami pentingnya kebutuhan umat Islam akan makanan dan konsumsi lain yang
dikenal sebagai halal.
Pasar untuk makanan dan produk halal bersertifikat tumbuh
kuat, baik di dalam negeri maupun internasional. Meskipun istilah halal tidak
pernah menarik perhatian sebanyak saat ini, saat ini di mana ada konsumen
Muslim yang selera dan preferensi diatur oleh aturan halal pada spesifikasi
makanannya, pasar makanan halal nyatanya sangat besar.
Produsen dan pemasar memahami bahwa setiap Muslim harus
memastikan bahwa apa yang mereka makan berasal dari sumber halal. Ini tidak
hanya berarti memeriksa bahan-bahan saja, tetapi juga memastikan bahwa seluruh
proses sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.
Sampai satu dekade yang lalu, produk makanan halal hanya ditawarkan
di toko-toko pojok tradisional dan tukang daging. Kini, pasar halal telah menyaksikan perubahan permintaan
secara universal dan rantai pasokan produk makanan halal terus berkembang.
Produk halal semakin tersedia di toko-toko grosir gaya Barat
termasuk supermarket dan rantai hypermarket. Di banyak negara barat,
supermarket dan produsen makanan mulai menjangkau konsumen Muslim dengan
menawarkan pilihan produk makanan halal yang lebih luas.
Makanan halal menjadi bagian yang meningkat dari diet Barat
dan telah menjadi industri global bernilai miliaran dolar yang melibatkan
perusahaan multinasional seperti Tesco, Unilever dan Nestlé yang telah secara
agresif memperluas lini produk bersertifikat halal mereka.
Pertumbuhan pasar kosmetik halal dan perawatan pribadi halal
kini menjadi terbesar dan memiliki nilai finansial besar setelah makanan halal.
Penggerak utama permintaan kosmetik halal dan produk kecantikan halal ini
berasal dari demografi populasi Muslim profesional muda yang sadar religius dan
dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar