Toilet Hundertwasser
dianggap sebagai daya tarik utama itu kota Kawakawa. Toilet itu paling banyak
difoto di Selandia Baru. Bus-turis yang melihat toilet dan berfoto di
sekitarnya jauh lebih banyak daripada orang-orang yang berkunjung hanya untuk
menggunakan fasilitas itu. Di Selandia Baru memang banyak ditemui toilet umum
yang unik.
Apa yang membedakan kota Jakarta, Bandung, Surabaya,
Banyuwangi dan kota-kota lainnya? Jakarta terkenal dengan Monumen Nasional
(Monas). Ikon itu dikenal banyak orang karena di logo Pemerintah Jakarta
terdapat Tugu Monas. Bandung mempunyai gedung Sate, Surabaya memiliki Tugu
Pahlawan. Banyuwangi mempunyai rumah Oseng.
Tanda tapak (landmark ) yang mudah dikenali ini menjadi
identitas kota Jakarta. Demikian pula dengan kota-kota lainnya. Di London ada
Big Ben, Menara Eiffel (Paris), Patung Liberty (New York) dan Christ the
Redeemer (Rio de Janeiro). Lalu kalau suatu kota memiliki ikon itu dan
dikunjungi banyak wiatawan, cukupkah ikon itu?
Ada persamaan diantara perbedaan ikon-ikon tadi, pengunjung
butuh tempat yang bisa memuaskan kebutuhan untuk menyelaraskan dengan fungsi
tubuhnya, buang air. Karena itu, pengelola kota atau tempat destinasi harus
menyediakan toilet. Itu sebabnya, banyak orang mengatakan bahwa toilet bisa
menjadi pembeda beriktnya setelag ikon-ikon tadi.
Kenapa? Toilet adalah budaya. Budaya masing-masing orang
atau kelompok atau masyarakat berbeda-beda. Setiap hari, orang beberapa kali ke
toilet beberapa kali, dimanapun termasuk di tempat destinasi tadi. Untuk
menikmati hidup, dengan kata lain, untuk menciptakan pengalaman yang melekat di
memori pengunjung, pengelola kota harus mengembangkan budaya toilet baik untuk
menjawab beragam tuntutan pengunjung.
Budaya ini terdiri dari banyak masalah yang beragam dan
saling terkait termasuk penyediaan, perencanaan dan desain, sikap budaya,
perilaku, kesehatan masyarakat, keselamatan, keterampilan dan metode
pembersihan, pemeliharaan bangunan, aksesibilitas penyandang cacat, norma dan
standar penetapan, kebijakan dan perundang-undangan, manajemen, penelitian dan pengembangan,
teknologi, pendidikan publik dan isu-isu lingkungan seperti pengolahan dan daur
ulang air dan limbah.
Di seluruh dunia, toilet berkembang menurut tradisi budaya setempat.
Bagaimana toilet itu dirancang dan dibangun dan disediakan kepada public, masing-masing
negara atau kota memiliki konsep yang berbeda tergantung bagaimana pemerintah
setempat melihat pentingnya kebersihan dan kesehatan warganya.
Karena itu, rancangan dan bentuk bangunan toilet umum berbeda
untuk masing-masing kota atau daerah. Konsekuensinya juga pada apa yang
tersedia di dalamnya, termasuk akses ke kertas sekali pakai dan ketersediaan
air. Intinya, fungsi tubuh kita yang paling alami ini ditangani dengan berbagai
cara yang berbeda.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu negara atau kota
juga melahirkan konsep bangunan yang juga berbeda. Toilet pabrik melayani
pengunjung yang berbeda dari pusat perbelanjaan, atau sekolah, rumah sakit,
kantor, kedai kopi, klub renang atau hotel, dan masalah ini berbeda lagi di
berbagai lokasi perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan. Tingkat pengembangan
atau kemakmuran di setiap lokasi juga memainkan peran penting dalam menentukan
kebutuhan dan prioritas.
Kebutuhan pengguna toilet juga beragam. Tuntutan dan
ketentuan harus berbeda untuk pria, wanita, anak, orang tua, bayi, dan berbagai
jenis orang yang kurang beruntung secara fisik seperti mereka yang memiliki
gangguan penglihatan, penderita inkontinensia, dan kursi roda yang terikat.
Lebih jauh, perbedaan budaya perlu diperhitungkan, terutama dalam pandangan
globalisasi yang cepat.
Banyak yang telah menemukan bahwa fasilitas toilet yang baik
tidak hanya merupakan layanan penting tetapi sebenarnya dapat menawarkan
pengembalian investasi yang sehat. Toilet adalah alat pencegahan penyakit.
Mereka membantu mengurangi biaya penyediaan kesehatan masyarakat, dan
meningkatkan kualitas hidup, produktivitas, dan moral masyarakat.
Seperti yang dibuktikan oleh 'Loo of the Year Award' di
Inggris, pusat perbelanjaan dan hotel menemukan bahwa menyediakan toilet yang
bagus menghasilkan dividen yang baik dalam bentuk peningkatan lalu lintas
pembelanjaan dan tingkat hunian.
Perusahaan, seperti kawasan perbelanjaan Great World City
dan Singapore Zoo, menampilkan toilet mereka sebagai daya tarik penting bagi
pengunjung. Beijing, melalui Biro Pariwisata Beijing, adalah contoh yang bagus
tentang bagaimana sebuah kota dapat meningkatkan pendapatan pariwisata dengan
meningkatkan citranya melalui penyediaan fasilitas toilet umum yang lebih baik.
Selandia Baru menghabiskan banyak uang untuk memperbaiki
infrastruktur guna mengatasi meningkatnya jumlah wisatawan. Mereka membangun
toilet yang menarik dan unik sehingga menciptakan tempat wisata baru. Toilet Matakana misalnya, elemen-elemen desainnya diambil dari sejarah lokal - kamar-kamar melengkung yang menyerupai lambung kapal untuk mencerminkan pentingnya pembangunan kapal di daerah tersebut.
Matakana Public Toilet
Hundertwasser Toilets adalah toilet umum yang terletak di 60
Gillies Street, jalan utama kota Kawakawa di Selandia Baru utara. Toilet umum
yang dirancang sangat unik selesai dibangun pada tahun 1999 dan dinamai
Hundertwasser dari nama perancangnya, Friedensreich Hundertwasser. Ini adalah
salah satu dari beberapa blok toilet yang dipandang sebagai karya seni
internasional dan objek wisata tersendiri.
Toilet tersebut ditopang oleh kolom-kolom keramik berwarna
cerah yang mendukung serambi yang melengkung. Gaya khas Hundertwasser, dengan
garis-garis bergelombang, ubin keramik tidak beraturan, patung-patung kecil
yang terintegrasi, kaca berwarna dan pohon hidup yang dimasukkan ke dalam
arsitektur.
Di atasnya terdapat semacam taman rerumputan. Tumbuhan
seakan tumbuh dari atap. Hundertwasser
sempat meminta agar setiap vegetasi yang dipindahkan untuk pembangunan g
toilet itu ditanam kembali di atap hijau gedung.
Tidak ada garis lurus di dalam bangunan. Bagian dalam
diperlengkapi dengan sebagian besar ubin
putih, diselingi dengan ubin warna-warna, dan
nat hitam diantaranya. Jika Anda duduk di salah satu kafe di seberang
jalan, Anda dapat menyaksikan bis-bis wisata berhenti sehingga pengunjung dapat
memotret fasilitas. Bahan daur ulang, termasuk botol kaca dan batu bata bekas
dari komunitas bekas cabang Bank of New Zealand, digunakan di seluruh sudut
bangunan.
Secara fungsional, tidak berbeda dengan toilet umum 'normal'
lainnya. Ada area pria dan wanita yang terpisah, tetapi kedua belah pihak
terkadang dilihat oleh pengunjung yang lebih penasaran setelah memberikan
peringatan sebelumnya. Tahun lalu,
Menteri Pariwisata Selandia Baru Kelvin Davis mengumumkan alokasi $ 19,3 juta
dana pariwisata, dengan sejumlah perubahan untuk memperbaiki toilet umum. Ini
menandakan pentingnya penyediaan toilet umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar