Perkembangan teknologi dan masyarakat menuntut perubahan karakteristik kepemimpinan lembaga atau organisasi non-pemerintah. Perubahan apa yang mempengaruhi kepemimpinan dan kepemimpinan seperti apa yang dibutuhkan pada era industri 4.0 ini?
Akhmad Edhy Aruman, dosen STIKOM LSPR Jakarta.
Makalah pada SEMINAR
UMUM FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN UNIVERSITAS PERTAHANAN: Model Kepemimpin
pada Era Revolusi Industri 4.0”
Universitas Pertahanan, Kawasan IPSC Sentul Sukahati
Citereup Bogor 16730, 21 Februari 2019
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan salah satu bentuk
organisasi non-profit yang tidak bergantung pada pemerintah dan sektor bisnis.
Organisasi ini lebih mementingkan untuk mempromosikan dan melayani kepentingan
publik daripada untuk mendapatkan keuntungan atau memajukan kepentingan
sekelompok individu yang sempit.
Kemandirian organisasi seperti ini memungkinkan untuk
memantau kinerja pemerintah dan mengadvokasi perbaikan. Karena itu, LSM yang
memiliki reputasi yang baik dan disegani oleh semua pihak akan dapat membantu
memediasi konflik atau menemukan solusi untuk masalah kemasyarakatan.
Hal ini disebabkan oleh kemandirian LSM dari pemerintah,
partai politik dan lembaga keagamaan, sehingga memungkinkan LSM tersebut lebih
mudah dalam memobilisasi relawan dan sumber daya lainnya untuk mencapai visi
yang telah ditentukan.
Dalam perkembangan LSM, terdapat dua hal penting yang sangat
berpengaruh, yaitu sistem manajemen dan kepemimpinan yang diterapkan pada
organisasi tersebut. Dalam konteks ini, manajemen membahas tentang sebuah struktur
yang berfungsi untuk mengatasi kompleksitas yang terjadi di dalam suatu
masyarakat.
Sistem manajemen yang baik akan membawa ketertiban dan
konsistensi pada dimensi utama seperti kualitas dan profitabilitas produk.
Kondisi ini terjadi karena manajemen yang baik akan senantiasa membuat sistem
dan teknologi berfungsi dengan baik pula.
Sedangkan kepemimpinan (leadership) membahas tentang cara
menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan. Semakin banyak perubahan
yangterjadi, maka akan semakin menuntut lebih banyak perubahan dalam cara
pandang kepemimpinan.
Kepemimpinan inilah yang kemudian akan menciptakan suatu
sistem dan mengubahnya dengan cara memanfaatkan peluang dan menghindari bahaya.
Dalam suatu organisasi non-profit, kepemimpinan merupakan kemampuan yang hanya
dimiliki oleh beberapa orang tertentu.
Kemampuan ini dapat dilihat dari
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, mendorong, memotivasi, atau
memimpin mereka untuk bertindak dengan cara tertentu yang disepakati.
Kepemimpinan ini sangat berkontribusi besar dalam mencapai tujuan suatu
organisasi.
Hingga saat ini, industri di dunia telah berkembang
sedemikian rupa. Diawali dengan Era Revolusi Industri 1.0 yang ditandai dengan
pengenalan alat-alat mekanik dalam fasilitas produksi, salah satunya adalah
kemunculan mesin tenun pertama pada tahun Perkembangan ini terus berlanjut
hingga Era Revolusi Industri 2.0 yang ditandai dengan pembangian pekerja dan
jumlah produksi dengan bantuan energi listrik.
Selanjutnya, Era Revolusi Industri 3.0 yang ditandai dengan
pengunaan alat-alat elektronik dan sistem informasi dan telekomunikasi yang
lebih mempermudah pekerjaan. Kini dunia sedang dihadapkan pada Era Revolusi
Industri 4.0 yang menggunakan sistem siber.
Seiring dengan perkembangan dunia industri, konsep tentang
kepemimpinan pun mengalami perkembangan yang hampir sama. Sebelum tahun an,
kepemimpinan hanya dipandang sebagai masalah politik, agama dan militer. Namun
setelah memasuki awal tahun 1900-an, kepemimpinan mulai dikenal sebagai sebuah
sistem yang diperlukan dalam suatu organisasi.
Era ini berlangsung sejak tahun 1900 hingga tahun 1980. Era
ini ditandai oleh, pertama, adanya pergeseran teknologi yang dapat diuraikan
sebagai berikut: 1) Pada tahun 1901, Marconi mengirimkan pesan radio trans-Atlantik pertama; 2) Pada
tahun 1903, Wright bersaudara melakukan penerbangan bertenaga pertama; dan 3)
Pada tahun 1908, Henry Ford mulai memproduksi Model T secara massal.
Kedua, kemajuan dalam komunikasi, travel, dan otomatisasi.
Ketiga, cara baru pengorganisasian dan kepemimpinan. Keempat, organisasi
menjadi semakin besar. Kelima, perhatian utama para pemimpin mereka adalah
sistem dan operasi produksi yang efisien.
Keenam, memenuhi permintaan produk
dan layanan yang terus meningkat.
Ketujuh, organisasi cenderung sangat terstruktur dan pyramidal. Kedelapan,
karyawan biasanya loyal terhadap organisasi, dan kesepuluh, ketertiban,
kepastian, dan keteguhan adalah semboyan hari itu.
Sedangkan Era Leadership 2.0 dimulai pada awal tahun 1980
hingga tahun Era ini ditandai dengan adanya: persaingan internasional yang
ketat, terutama dari Jepang, yang mendorong pergeseran ke arah kualitas.
Pada
era ini, perhatian utama para pemimpin adalah untuk menciptakan produk dan
layanan di atas rata- rata, menghasilkan produk atau layanan terbaik, paling
murah, paling cepat, terkuat atau paling menarik. Limbah, cacat, keterlambatan,
dan ketidakefisienan ditargetkan untuk dieliminasi seefisien mungkin.
Organisasi juga berkembang menjadi sangat matriks. Sebagian
besar karyawan memiliki manual untuk meningkatkan proses dalam pekerjaan
mereka. Perampingan tak terelakkan sehingga terjadi banyak pemutusan hubungan
kerja. Pada era ini, pergeseran hubungan pekerja-majikan juga berlangsung.
Selanjutnya, Era Leadership 3.0 dimulai sejak tahun 2000
hingga sekarang. Era ini ditandai dengan berkembangnya alat untuk meningkatan
produktivitas, seperti: internet, dan media sosial.
Akses ke informasi dan
jaringan, penetrasi pekerjaan ke dalam kehidupan pribadi. Peluang yang
diciptakan dari perkembangan teknologi semakin berlimpah. Demikian pula dengan
ancamannya.
Perhatian utama para pemimpin saat ini adalah bagaimana
untuk memanfaatkan perubahan besar dalam teknologi, kemampuan koneksi, dan
perdagangan. Organisasi menjadi lebih cair dan menelurkan tim ad hoc untuk
mengejar peluang yang muncul.
Terakhir, Era Leadership 4.0 dimulai dari saat ini hingga
beberapa tahun ke depan di masa depan. Era ini ditandai dengan adanya akuisisi
dan pengembangan talenta akan menjadi keunggulan kompetitif paling tinggi. Konsekuensi
dari perkembangan ini para pemimpin perlu mengandalkan talenta agar mampu
bersaing.
Dalam hal ini nilai kreativitas dan inovasi akan meningkatkan
kesenjangan produktivitas. Karena itu, pemimpin yang berkinerja tinggi diharapkan
dapat 10 kali lebih produktif daripada pekerja yang lainnya.
Komunikasi juga tidak lagi dipandang sebagai kompetensi
tetapi menjadi identik dengan kepemimpinan. Karena itu, peran pemimpin adalah memberikan
makna dan tujuan agar membuat orang berpikir secara berbeda dan bertindak
bersama. Inovasi juga berkembang menjadi bisnis semua orang.
Dalam situasi seperti ini, setiap orang perlu menghasilkan
produk atau sesuatu yang baru, meningkatkan layanan, mengidentifikasi aliran
pendapatan yang tidak konvensional, dan membawa bakat kreatif mereka untuk
bekerja.
Seorang pemimpin juga dituntut selalu memimpin perubahan sehingga
perubahan dan adaptasi terhadap perubahan itu menjadi pekerjaan sehari-hari. Perubahan
akan menjadi kondisi operasi yang terus menerus atau konstan, dan tugas para
pemimpin adalah menciptakan jalur, berbagi keahlian, dan melatih orang lain
agar siap menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan.
Tren mikro menciptakan ancaman dan peluang di industri atau
sektor tertentu. Tren mikro tersebut mempengaruhi banyak hal khususnya pemasok,
pesaing, pengganti, mitra, dan pelanggan utama atau pelanggan potensial saat
ini. Hal ini terjadi karena perubahan paradigma masa depan yang berbeda dari
masa lalu.
Keberhasilan model bisnis peer-to-peer dan "economy
sharing" yang inovatif sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya, hukum,
sosial dan teknologi tempat mereka beroperasi. Inovasi seperti streaming video
atau kencan online yang sebenarnya cukup tua dan hanya berhasil ketika kondisi
sosial ekonomi yang tepat muncul, menjadi semakin berkembang menyesuiakan dirinya
dengan tuntutan dan kebutuhan publik.
Perkembangan di era revolusi industri ini terus berkembang
hingga diperkirakan akan mencapai era Revolusi Industri 5.0 yang dikenal
sebagai super smart society. Prosesnya
memang cukup panjang. Perkembangan ini dimulai dari masyarakat berburu,
masyarakat agraris, masyarakat industri, dan masyarakat informasi.
Masyarakat baru hasil transformasi yang diakibatkan oleh
inovasi ilmu dan teknologi inilah yang kemudian menjadi super smart society yang dicirikan: (1) Kebutuhan masyarakat
dibedakan dan dipenuhi. (2) Produk dan layanan dideliver untuk orang-orang yang
membutuhkannya dan saat mereka membutuhkannya. (3) Produk dan layanan yang
diperlukan dideliver dalam jumlah yang diperlukan.
Peruabahn itu menuntut organisasi untuk melakukan
transformasi. Sasaran transformasi tersebut adalah agar orang dapat menerima
layanan berkualitas tinggi dan menjalani kehidupan yang nyaman dan penuh
semangat, meski memiliki perbedaan seperti usia, jenis kelamin, wilayah, atau
bahasa.
Berikut adalah tujuh
karakteristik leadership 4.0 yang akan membedakan pemimpin yang sukses dengan
pemimpin yang lain. Seorang pemimpin harus mempunyai responsibility,
berorientasi pada outcome atau hasil, mendistribusikan informasi dan
pengetahuan serta keahliannya, objektif dan membuka peluang bagi public untuk mengkoreksi
bila salah, dan terinnovasi untuk terus menciptakan dan beradaptasi dengan perubahan
itu.
Sedangkan dalam organisasi non-pemerintahan sedang dibutuhkan sosok pemimpin
yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Paternalistic; 2) Activist; 3)
Managerialist; 4) Catalytic.
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan sebagai upaya
untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang berupa gangguan teknologi dan
persaingan lintas batas negara yang keberlanjutan dan mempengaruhi perusahaan
di semua sektor dan industri, serta untuk menciptakan tantangan kompetitif dan
sosial baru.
Harus diakui bahwa pada era itu, industri dan sektor juga
terganggu oleh peraturan baru, kebutuhan pelanggan baru dan teknologi baru yang
memaksa perusahaan mempertimbangkan kembali keberlanjutan aset dan kegiatan
dari model bisnis baru.
Perusahaan kecil dan besar lintas sektor – termasuk juga
organisasi non-pemerintah -- harus menempatkan inovasi antara prioritas
strategis jika tidak ingin menderita nasib seperti dinosaurus. Dalam kaitan
tersebut, mengembangkan kemampuan manajemen inovasi untuk mengidentifikasi,
memilih dan menangkap peluang inovasi yang tepat, sejalan dengan ekosistem dan
strategi perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar